Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Jihad

[Perhatikanlah antara firman Allah: “Sesungguhnya beruntunglah omng yang mensucikan jiwanya.” (Asy Syams: 9), dan firman-Nya: “Dan hendaklah ada dari kalangan kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali lmran: 104), dan firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan din kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapatkan keberuntungan.” (Al Ma’idah: 35)

Keberuntungan dalam kedua ayat terakhir di atas bergantung kepada da’uuah kepada kebaikan, amar ma’ruf, nahi munkar, taqwa, amal shalih dan jihad. Hal ini menunjukkan bahwa keberuntungan yang bergantung kepada tazkiyatun nafs mencakup semua hal tersebut.

Sesungguhnya da’wah kepada kebaikan dan yang ma’ruf dapat mempertegas kedua hal tersebut di dalam jiwa, dan itulah pensuciannya. Sedangkan mencegah kemunkaran dapat memperburuk gambaran kemun-karan di dalam jiwa dan itulah pensuciannya. Demikian pula jihad, dapat membebaskan jiwa dari cinta kehidupan dan cinta dunia di samping merupakan transaksi pembelian jiwa dari Tuhannya dimana hal ini merupakan puncak tertinggi yang dapat dicapai oleh jiwa yang tersucikan. Oleh karena itu, da’wah kepada kebaikan, amar ma’ruf, nahi munkar dan jihad termasuk sarana tazkiyatun nafs. Dalam buku kami Jundullah Tsaqafatan wa Akhlaqan dijelaskan rincian berbagai masalah ini dan kami kutipkan pula penjelasan Al Ghazali tentang berbagai tingkatan amar ma’ruf dan nahi munkar. Pada kesempatan ini kami tidak perlu menjelaskannya lagi.

Sesungguhnya penataan amar ma’ruf, nahi munkar dan da’wah kepada kebaikan termasuk kewajiban zaman. Demikian pula mengerahkan berbagai potensi kaum Muslimin di jalan jihad fi-sabilillah.

Sedangkan kedua hal tersebut tidak akan terealisasikan kecuali jika nilai-nilai ini telah menjadi akhlaq bagi jiwa. Sebelum nilai-nilai ini menjadi akhlaq bagi jiwa maka tetap terdapat jarak yang jauh antara jiwa dan kesucian.]