Apakah Dasar Kebangsaan?

Apakah Dasar Kebangsaan?

Saudaraku, marilah kita mendengar bersama gaung keagungan llahi yang menggema pada segenap ufuk, yang memenuhi mayapada dan tujuh susun langit, yang membisikkan dalam diri setiap mukmin makna kebanggaan dan kemuliaan tertinggi, saat ia mendengar panggilan ini; gaung itu didengar oleh langit dan bumi beserta isinya sejak Al Amin menyampaikannya di alam wujud ini, sampai suatu. saat yang tak berpenghabisan, karena ia ditakdirkan untuk menjadi abadi,

“Sesungguhnya Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman.” (Al Baqarah: 257)

Yah, benar saudaraku. Benar. Itulah panggilan Tuhanmu pada kalian semua. Maka kami menjawab panggilan-Mu, ya Allah. Segala puji, segala syukur yang tiada terbilang hanya untuk-Mu. Engkau dan hanya Engkaulah Pelindung orang-orang beriman, Penolong orang-orang yang berbuat kebajikan, Pembela orang-orang tertindas, yang diperangi dalam rumah-rumah mereka sendiri dan diusir dari negeri-negeri mereka.

Sungguh terhormatlah orang yang bersandar pada-Mu, dan niscaya menanglah orang yang berlindung di bawah perlindungan-Mu.

“Sesungguhnya Allah niscaya akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya.” (Al Hajj: 40)

Benar saudaraku, Benar. Marilah kita bersama mendengar suara Al Quran yang  Mulia, mari kita bersenandung ria dengan membaca ayat-ayatnya yang jelas, sembari mencatat indahnya kegagahan ini, yang tertera dalam lembaran-lembaran Kitab yang disucikan itu;

“Allah adalah Pelindung orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.” (Ali Imran: 257)

“Tetapi (ikutilah Allah) Allah-lah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaikbaik Pelindung.” (Ali Imran: 150)

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (Al Maidah: 55)

“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al  Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Al A’raf: 196)

Katakanlah, “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah, orang-orang yang beriman harus bertawakkal.” (At Taubah: 51)

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus: 62)

“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.” (Muhammad: 11)

Tidakkah engkau melihat bahwa dalam ayat-ayat yang jelas itu, Allah Subhanahahu wa Ta’ala telah menisbatkanmu kepada diri-Nya, memberimu keutamaan ketika berada dalam perlindungan-Nya dan membanjirimu dengan lautan keperkasaan-Nya?

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (Al Munafiqun: 8)

Dan dalam hadits qudsi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah Subhanahahu wa Ta’ala berfirman pada hari kiamat, ‘Wahai anak cucu Adam, aku membuat nasab dan kalian pun membuat nasab, maka kalian berkata Fulan Bin Fulan, sedang Aku berkata, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” maka hari ini Ku-tinggikan nasabKu dan Ku-rendahkan nasab kalian.”‘

Itulah sebabnya saudaraku, kaum Salaf yang shalih lebih suka menisbatkan nasabmereka kepada Allah Subhanahahu wa Ta’ala, dan menjadikan dasar shalat sebagai pusat segala amal mereka untuk mencapai nasab yang mulia. Dengarlah ketika seorang di antara mereka berseru,

Jangan panggil aku

kecuali dengan seruan “Hai hamba-Nya,”

karena itulah semulia-mulia namaku

Sementara ada lagi orang lain, ketika ditanya apakah ia berasal dari kabilah Tamim atau Qais, dia menjawab,

Islamlah ayahku,

aku tak punya ayah selain itu

biarlah mereka bangga dengan Qais atau Tamim

Tak Ada Kehormatan Selain Itu

Saudaraku tercinta, orang sering membanggakan nasabnya karena -selain merasa lekat dengan kehormatan dan kejayaan yang pernah diraih oleh nenek moyang merekamereka ingin menanamkan rasa bangga dan wibawa pada diri anak-anak mereka, Tak ada maksud lain selain kedua hal itu. Maka apakah Anda tidak melihat bahwa dengan menisbatkan nasab kepada Allah, berarti Anda lelah memperoleh semua makna kehormatan’ dan wibawa yang diimpikan oleh setiap orang?

“Sesungguhnya kekuatan itu semua hanya bagi Allah.” (An Nisa’: 139)

Bukankah itu yang akan mengangkat jiwa Anda menuju ketinggian, meniupkan semangat kebangkitan bersama semua orang yang senantiasa berbuat? Adakah kemuliaan yang lebih agung dan kekuatan pendorong kepada keutamaan yang lebih hebat melebihi kenyataan ketika Anda melihat diri Anda menjadi Rabbani, di mana hubungan Anda dengan Allah terus terpaut dan selalu kepada-Nya Anda menisbatkan nasab? Maka untuk suatu hal tertentu, Allah Subhanahahu wa Ta’ala berfirman,

“Akan tetapi (dia berkata), ‘Hendaklah kamu menjadi orangorang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”‘ (Ali lmran: 79)

Sumber Kekuatan Terbesar

Dengan menisbatkan nasab kepada Allah Subhanahahu wa Ta’ala akan ditemukan makna tersendiri yang hanya ditangkap oleh mereka yang melakukannya. itulah wacana iman yang senantiasa penuh, keyakinan akan keberhasilan yang selalu memadati hati dan jiwamu, hingga tak lagi ada secuil pun rasa takut dalam dirimu kepada semua orang, bahkan juga kepada segenap alam, walaupun mereka semua berdiri tegak di hadapanmu, hendak merampas aqidah dan menodai ideologimu.

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan,’Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,’ maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Ali Imran: 173)

Kelompok orang-orang yang beriman kepada Allah, kepada pertolongan dan bantuan-Nya itu, seringkali berdiri dengan gagah berani menghadapi bala tentara raksasa. Mereka tidak takut pada keganasan pasukan, karena mereka hanya takut kepada Allah.

Maka adakah kekuatan yang lebih dahsyat dari kekuatan yang dirasakan lelaki mukmin ketika dadanya bergelora dengan firman Allah Subhanahahu wa Ta’ala,

“Jika Allah menolong kamu, niscaya takkan ada yang sanggup mengalahkanmu.” (Ali Imran: 160)

Kebangsaan Kami Adalah Nasab Universal

Ada satu makna lagi -dari sekian banyak makna keluhuran sosial- yang dirasakan seseorang ketika ia menisbatkan nasabnya (berafiliasi) kepada Allah Subhanahahu wa Ta’ala Yakni persaudaraan antar suku bangsa, yang dengannya akan mematikan fanatisme kesukuan yang telah mewariskan begitu banyak malapetaka kepada manusia. Maka siapakah yang dapat menyatukan dunia di bawah bendera Allah?