Bukit Cahaya

Ketika ia diturunkan pertama kali kebanyakan pendukungnya adalah orang-orang yang tak dikenal, para budak,dan orang-orang miskin. Ia mendobrak kebiasaan lama, saat sejarah hanya peduli pada orang-orang ningrat, raja-raja, dan anak-anak raja. Nabinya ummi; buta huruf, untuk suatu hikmah yang dijelaskannya sendiri. (QS. Al Ankabut : 48).

Namun dengan ketulusannya yang luar biasa, kesabarannya yang di atas rata-rata dan optimismenya yang melampaui batas-batas harapan orang biasa, ia menjadi akhlaknya, seperti jawaban Ummul Mu’minin Aisyah Radhiyallohu’anha, Akhlaknya adalah Al Qur’an.

Beberapa orang kaya dengan pengalaman perjalanan mancanegara, kebiasaan berdagang dalam suasana merdeka dan pikiran jernih asli dalam kemasan fitrah, telah menjadi pendukung, pendana, bahkan pelaksana langsung bagi dakwah yang diberkati ini. Sejak pertama ia telah bersentuhan dengan politik, walau tak seorang pun di antara mereka mengambisikan kekuasaan atau sombong ketika musuh bertekuk lutut di bawah kilatan pedang kebenaran. Para budak yang lama disiksa dan tumbuh dalam penderitaan, kelak menjadi wali negeri dan gubernur. Mereka  sama sekali tak terhanyutkan dendam kemiskinan maupun dendam penindasan yang kerap menghinggapi begitu banyak pemburu kekuasaan. Makhluk yang terakhir ini jarang menjadi mangsa-mangsa baru seperti para pendahulu yang mereka jatuhkan.

Di bawah naungannya tak ada lagi orang yang merasa hina karena kemiskinan, sombong karena kekayaan atau gentar  menghadapi kematian. Hidup di bawah naungan Al Qur’an adalah nikmat, tak ada yang mengetahuinya kecuali yang telah merasakannya sendiri. Nikmat yang memberkahi, menyucikan dan mengembangkan umur.(Sayid Quthb). Hawa nafsu dan syaithan telah menjadi hal yang paling dihindari, setelah pengenalan kepada Allah menjadi landasan utama kehambaan. Alangkah indahnya kemiskinan yang membuat pemiliknya bersabar. Alangkah nikmatnya kekayaan yang membuat pemiliknya bersyukur. Alangkah menyenangkannya kekuasaan yang membuat penyandangnya berlaku adil.

Allah telah mengangkat dengan Al Qur’an sebagai manusia dan Ia jatuhkan dengannya sebagian lainnya. Tak pernah Ia memberi miskin kepada seseorang karena berzakat. Atau memberikan kematian karena berpuasa, bahkan tak pernah memberi kematian kepada yang terbunuh di jalan-Nya. Atau memberikan keterbelakangan karena bertakwa. Allah tak pernah kehilangan kasih sayang, sekalipun mereka lemah dan bernoda. Tak pernah kehilangan ketegasan walaupun mereka cantik, tampan pintar dan kaya. Tak pernah mundur dan absen berapapun jumlah musuh-Nya dan sendirian-Nya Ia berikan peluang setiap hamba untuk mengutuhkan kehambaannya dengan sukarela. Sebagaimana alam raya telah ia pilihkan sikap sukarela itu (QS. Fushilat:11). Ia berikan kepada air sifat mengalir, kepada udara sifat berhembus, kepada api sifat menjulang lidah dan kepada galaksi sifat keseimbangan.

Dalam akal yang ia berikan mereka bebas memilih benar dan baik. Dengan nafsu yang Ia tanamkan, mereka nikmati hidup. Di antara banyak pilihan mereka berjuang. Ada yang tumbang dan ada yang menang. Bagi mereka yang mengandalkan indera dan berjalan mengekor nafsu, onak, dan duri bertaburan sepanjang jalan ke surga dan wangi terhampar sepanjang jalan ke neraka.

Tak ada efek tarbiyah sedalam tarbiyah generasi Al Qur’an. Ia perkenalkan kata Saraab (fatamorgana, QS. An Nur: 39), gunung-gunung yang berarak seperti awan (QS. Al Baqarah : 88) dan mata’ul ghurur (benda-benda yang menipu, QS. Ali Imran : 185) sebagai koreksi total pandangan materialistik. Ia pindahkan poros kehidupan dari gelas khamr, perempuan, musik, kuda dan pundi-pundi emas, menuju kerja besar membangun dunia, persaudaraan yang adil,penghormatan akan hak laki-laki dan perempuan dan membangun dengan etos akhirat. Ia cintakan agama ke hati umat manusia setelah rahbaniyah (kerahiban) memadamkan gairah hidup dan menjauhkannya dari nilai-nilai keimanan dan menjadikan keshalihan sebagai hal yang tak tersentuh.

Hidup membujang menjadi pendekatan diri (taqarrub) kepada Tuhan dan pelakunya menduduki kasta tinggi dan memperoleh hak-hak istimewa. Ia dorong rakyat menuntut haknya dengan berani dan ia ajarkan  kepada para pemimpin, bahwa mereka pelayan rakyat   dan pemimpin dalam pengabdian kepada Allah dan penegakan syari’ah-Nya. Ia ajarkan kemuliaan perempuan yang begitu besar karena pengorbanan mereka sejak hamil sampai membesarkan generasi, menjadi mitra penenteram kehidupan laki-laki dari kegalauan dan kegelisahannya. Madrasah utama sebelum bangunan-bangunan tak bernyawa menjadi strata lanjut pendidikan mereka.

Dalam penghancuran ketenteraman rumah tangga hari ini para istri meneriakkan seruan klise perempuan seberang pengidap dendam kepada kekasih gelap yang berselingkuh; Fight! Fight!Fight! Lawan para suami dan tolak hak reproduksi, seakan suami itu adalah musuh yang harus diperangi.

Dalam pembantaian sesama, mereka rela bekerja sama dengan musuh-musuh umat, dan lupa akan pesan Muslim saudara muslim, ia tak boleh menghianatinya, membiarkannya (dizalimi) atau menyerahkannya (kepada musuh).

Di Bukit Cahaya itu, Rasulullah Al Musthafa menerima malam Qadar yang mengungguli bahkan beribu bulan, menggemakan Iqra’ menjadi titik tonggak perubahan peradaban manusia dan menyemai kata adil , setara, taat, merdeka, hak asasi dan seterusnya, dalam kamus kemanusiaan yang kerontang. Tahun demi tahun malam itu senantiasa datang untuk untuk mereka yang ingin menjadikannya nuzul selalu dalam dirinya.

Kini terurai aurat kepalsuan dan makar Zionis Yahudi, Nasrani, kaum pemuja benda dan akan picik yang bersekutu dalam koalisi Ahzab dan menggelegar. Adakah malam Qadar kembali lagi dan fajar membala salam?

Marhaban Ramadhan datang

Di pucuk dikau kuletak damba

Datangnya menyibak kelam

Melenyap duka sengsara.

 

About Redaktur

https://slotjitu.id/ https://adslotgacor.com https://adslotgacor.com/bandar-togel-online-4d-hadiah-10-juta https://linkslotjitu.com/ https://slotgacor77.id https://slotjudi4d.org/slot-gacor-gampang-menang https://slotjudi4d.org/ https://togelsgp2023.com https://s017.top https://slotjitugacor.com/