Para ulama Islam dahulu bukan saja mengkritik Syi‘ah secara lisan malah mereka telah membuktikan ketidaksetujuan terhadap Syi‘ah melalui tulisan-tulisan yang mengkritik Syi‘ah secara khusus. Di antara ulama Islam dahulu yang telah menulis kitab khusus bagi mengkritik Syi‘ah bahkan mengkafirkannya, ialah:
- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (wafat 728) dengan kitabnya Minhaju As Sunnah An Nabawiyah. Di dalam kitab tersebut Imam Ibnu Taimiyah telah menulis bahwa ajaran Syi‘ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah berasal daripada ciptaan orang-orang zindiq dan munafiqin yang telah dihukum oleh Sayidina ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anh semasa hayatnya. Di antara mereka ada yang telah dibakar oleh beliau, ada pula yang dihukum bunuh tetapi sempat mereka melarikan diri dari menerima hukuman tersebut dan ada pula yang diancam oleh beliau dengan hukuman sebat sebagaimana yang dapat diketahui daripada sejarah.
- Jalaluddin As Suyuthi (wafat 911 H) di dalam kitabnya Miftahu Al Jannah Fi Al I‘tishami Bi As Sunnah.
- Mirza Makhdum, pengarang kitab An Nawaqidh. Kitab beliau ini telah diringkaskan oleh Syaikh Barzanji dan diberi nama kitab Nawaqidh Ar Rawafidh.
- Syaikh ‘Ali Al Hiiti, pengarang kitab As Saifu Al Baatir.
- ‘Allamah Mahmud Al Alusi (wafat 1270 H) pengarang kitab Tafsir Ruhu Al Ma‘ani dengan kitabnya Al Ajwibatu Al ‘Iraqiyah Ala Al As’ilati Al Iraniyah. Kitab kedua beliau ialah Nahju As Salamah Ila Mabahithi Al Imamah. Kitab ketiga beliau tentang Syi‘ah ialah Al Ajwibatu Al ‘Iraqiyah ‘An Al As’ilati Al Lahoriyah.
- Syaikh Al Bandaniji dengan kitabnya Al Ajwibah ‘Ala Al As’ilati Al Lahoriyah.
- Syaikh ‘Utsman bin Sanad dengan kitabnya Ash Sharimu Al Qirdhab Fi Nahri Man Sabba Akabira Al Ashab (Pedang Yang Sangat Tajam Di Tengkuk Orang Yang Memaki Shahabat-Shahabat Agung)
- Syaikh ‘Abdullah Al Baitusyi yang digelar “Sibawaih Yang Kedua” salah seorang tokoh ulama Kurdi dengan kitabnya Hadiqatu As Sara’ir dan syarahnya.
- Syaikh Ibnu Hajar Al Haitsami Al Makki (wafat 973 H) dengan kitabnya Ash Shawa‘iqu Al Muhriqah Fi Ar Raddi ‘Ala Ahli Al Bidai‘ Wa Az Zandaqah (Petir Yang Membakar Golongan Ahli Bid‘ah Dan Zindiq)
- ‘Allamah Mahmud Syukri Al Alusi (wafat 1924 M) cucunda kepada ‘Allamah Mahmud Al Alusi pengarang kitab tafsir Ruhu Al Ma‘ani telah menulis buku untuk mengkritik Syi‘ah selain dari buku Mukhtasar Tuhfah Itsna ‘Asyariyah yaitu ringkasan kepada kitab Tuhfah Itsna ‘Asyariyah oleh Syah ‘Abdul ‘Aziz aAd Dihliwi. Beliau telah menulis buku-buku yang bernama: Sa‘adatu Ad Darain Fi Syarhi Haditsi Ats Tsaqalain, Sabbu Al ‘Azab ‘Ala Man Sabba Al Ashhab (Curahan Adzab Ke Atas Orang Yang Memaki Shahabat)
- Syah Waliyullah (wafat 1176 H) dengan bukunya: Qurratu Al ‘Ainain Fi Tafdhili As Syaikhain, Izalatu Al Khafa ‘An Klilafati Al Khulafa’. Al Majmu‘atu As Saniyah.
- Syaikh Ahmad As Sarhindi (wafat 1034 H) yang dikenali sebagai Mujaddid Alfi Ats Tsani juga telah menulis sebuah risalah dalam bahasa Farsi bernama Raddi Rawaafidh.
Selain dari itu ada banyak lagi ulama-ulama Islam yang telah mengangkat penanya untuk menentang dan memadamkan fitnah yang dinyalakan oleh Syi’ah di dalam masyarakat Islam dahulu.
Jika diperhatikan tulisan-tulisan ulama Islam yang mengkritik Syi’ah atau menjawab soalan-soalan yang ditimbulkan oleh mereka melalui tulisan-tulisan mereka kita akan mendapati ia bermula lebih kurang pada abad ke-6 H dan abad-abad selepasnya. Adapun pada abad-abad sebelumnya kitab-kitab Syi’ah itu langsung tersembunyi atau jika adapun terlalu sedikit dan tidak sempat sampai ke tangan semua ulama Islam pada masa itu. Karena itulah ulama-ulama Islam sebelumnya tidak menulis kitab khusus untuk menentang Syi’ah atau menjawab persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh mereka. Para ulama Islam hanya mengeluarkan pendapat atau fatwa tentang orang-orang Syi’ah berdasarkan amalan dan perkataan mereka semata-mata atau mereka menghukum berdasarkan beberapa pribadi yang dianggap atau dikenali sebagai Syi’ah pada zaman masing-masing.
Ringkasnya golongan Syi’ah lebih menonjol di zaman ummat Islam berada dalam arus kejatuhan, dan lebih menyatakan belangnya pada ketika ummat Islam terlalu lemah atau hilang langsung kekuasaan mereka, termasuklah di zaman kita ini. Karena itulah kalau dilihat di dalam sejarah umpamanya sejarah benua kecil India dan Iraq kita akan dapati terlalu banyak kitab-kitab Syi’ah disebarkan namun begitu kitab-kitab seperti Al Kafi, Hayatu Al Qulub, Majalisu Al Muminin, Jila’u Al ’Uyun, Biharu Al Anwar, dan sebagainya tidak tersebar hingga ke zaman Syah Waliyullah. la tersebar dan baru sampai ke tangan ulama Islam selepas beliau yaitu di zaman anak beliau Syah Abdul Aziz (Ad Dahlawi), seperti yang diceritakan oleh Maulana Manzur Nu’mani di dalam bukunya Revolusi lran.
Kita sendiripun dapat mengetahui bahwa kitab-kitab Syi’ah yang tersebut tadi tidak sampai ke tangan ulama-ulama sebelum Syah Abdul Aziz, karena ketika mengkritik Syi’ah atau menjawab persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh Syi’ah, mereka tidak pernah menyebut nama-nama kitab yang tersebut tadi.