Dakwah secara bahasa berarti panggilan atau seruan. Dengan makna ini, ia dapat berarti upaya yang dilakukan dan bisa juga berarti kandungannya. Di antaranya Alah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Bagi Dia-lah seruan kebenaran,” yaitu ketika kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Termasuk dalam hal ini di’ayah (propaganda). Dalam sebuah hadits disebutkan, “Aku mengajarkanmu dengan propaganda Islam,” yang dimaksud adalah dengan kalimat Syahadah.
Dengan demikian dakwah adalah member dorongan dan semangat dalam suatu urusan, atau dengan kata lain menyerukan dengan mencurahkan segala kemampuan berkomunikasi dan berpropaganda sehingga dapat dimengerti. Dengan definisi ini, dakwah adalah sinonim kata i’lan (promosi) dan di’ayah (propaganda).
Akan tetapi sebagian penulis kontemporer membedakan antara keduanya. Mereka berkata, “Dakwah adalah upaya yang dicurahkan untuk menyampaikan risalah, I’lan adalah upaya yang dicurahkan untuk membela risalah, sedangkan di’ayah adalah metode untuk mempropagandakan risalah itu dengan cara memberikan pengaruh yang kuat kepada individu atau kelompok orang dengan membujuk mereka dengan seluruh kemampuan yang dimiliki.
Namun, dakwah Islam sangat khas dengan tujuan akhirnya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala karena itu ia diungkapkan dalam bentuk kalimat ad-da’wah ilalah. Ungkapan ini memberikan batasan dan patokan yang jelas bahwa dakwah Islam adalah menyeru seluruh umat manusia dalam rangka merealisasi penghambaan manusia yang bersih hanya kepada Allah saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata. Mahasuci Allah dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik.”” (Yusuf: 108).
Dalam Islam, dakwah mempunyai kedudukan yang sangat tinggi berdasarkan kesaksian Al-Quran. Ucapannya adalah sebaik-baik ucapan, amal para pelakunya direkomendasikan sebagai amal saleh, dan pernyataan berafiliasi kepada kandungannya menunjukkan akan kebanggaan dan kebesaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Siapakah yang lebih baik perkatannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Fushilat: 33)
Dakwah Islam mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan dakwah yang lain. Di antaranya adalah:
- Rabbaniyah, karena ia bersumber dari Allah dan untuk Allah. Dia-lah pemiliknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hanya bagi Allah-lah doa yang benar.” (Ar-Ra’d: 14)
- 2. Menyeru kepada kebenaran, sementara dakwah lainnya menyeru kepada kebatilan. Allah Subhanahu wa Ta’ala Bberfirman, “Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain dari Allah tidak dapat menghukum dengan suatu apa pun.” (Ghafir: 20)
- Menyeru kepada keselamatan, sedangkan dakwah selainnya mengajak ke neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyerukan ke neraka.” (Ghafir: 41)
- Bertujuan tetap, sifat ini tidak dimiliki dakwah selainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata. Mahasuci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf: 108)
- Mengajak kepada kehidupan, sedangkan dakwah yang lain mengajak kepada kematian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang menghidupkanmu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.” (Al-Anfal: 24)
- Kesemestaan, seruannya ditujukan kepada umat manusia seluruhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfiman, “Dan tidaklah aku mengutusmu (Muhammad), kecuali untuk seluruh umat manusia sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.” (Saba’: 28)
Itulah karaketristik terpenting dakwah Islam. Masih banyak lagi karakteristiknya dalam Al-Quran dan Sunah yang tak pernah kering mata airnya dan tidak pernah habis kebaikannya.
Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimah sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Tidak ada yang dikecualikan dalam kewajiban ini, selain mereka yang tidak termasuk mukalaf, “Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku….” (Yusuf: 108)
Yang mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah setiap mukmin.
Ia bukan khusus bagi para ulama atau ruhaniawan menurut sebagian orang, karena ia adalah kewajiban semua orang. Rasaulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Sampaikanlah olehmu dariku walau satu ayat. Yang benar adalah bahwa bagi para ulama ada tambahan di samping kewajiban dakwah pada umumnya, yaitu menjelaskan perincian agama, hukum, dan nilai-nilainya sesuai dengan keluasan ilmu dan pengetahuan mereka tentang seluk beluknya. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh para sahabat dan generasin berikutnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Alkitab. Mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah tobat, melakukan perbaiakan, dan menerangkan (kebneran), maka terhadap mereka itu Aku menrima tobatnya dan Aku-lah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Al Baqarah: 159-160)
Dakwah secara individu dilakukan oleh orang Islam sebagai individu dalam jamaah yang menyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali ‘Imran: 104). Maksud dari ayat ini adalah agar ada segolongan dari umat ini yang menyambut kewajiban dakwah walaupun ia wajib atas setiap individu umat ini sesuai kemampuan masing-masing. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Dalam pandangan Islam, dakwah harus mendahului jihad, -apa pun bentuk jihad itu- sebab manusia tidak akan dihukum atas tugas-tugas yang diwajibkan kecuali setelah dakwah itu sampai kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kami tidak akan mengazab suatu kaum sebelum Kami mengutus seorang Rasul.” (Al-Isra’: 15)
Penyampaian tidak mungkin terlaksana dengan baik kecuali dengan dakwah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah menyerang suatu kaum dan tidak menghukum seorang pun atas perbuatan yang dilakukannya kecuali setelah hal itu disampaikan dan diberitahukan. Dalam hadits Muadz bin Jabal saat ia diutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke Yaman, terdapat dalil yang sangat jelas tentang apa yang kami katakana ini.
Dakwah Islam ditegakkan di atas empat pilar:
- Dai, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan orang-orang beriman yang mengikutinya hingga hari kiamat.
- Dakwah (kandungannya), yaitu kalimat syahadat dan konsekuensi yang harus dipenuhi. Inilah yang disebut jalan Allah
- Mad’u (objek dakwah) yaitu seluruh umat manusia, baik yang Arab maupun yang ‘ajam, yang berkulit putih maupun yang berkulit merah.
- Uslub (Metode), yaitu hikmah, mau’izhah hasanah, dan mujadalah (berdebat) dengan cara yang (paling) baik. Semua ini telah Allah himpun dalam satu ayat pada firman-Nya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, mau’izhah hasanah (pelajaran yang baik), dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)
Dengan pemaparan singkat tentang definisi dakwah, urgensi, kedudukan, karakteristik, hukum, dan pilar-pilarnya di atas, menjadi jelaslah apa yang diisyaratkan oelh Imam Syahid Al-Banna bahwa Islam adalah dakwah sebagaimana ia adalah jihad dengan segala makna yang terkandung di dalamnya. Wallahu’alam.