Kamp Militer Ad Dakhilah Dan Mayor Mahmud Labib

Pada tahun 1937, Ikhwan mengadakan perkemahan untuk kepanduan, bertepatan dengan liburan musim panas. Acara itu dilangsungkan untuk melakukan perjalanan di kawasan Ad-Dakhilah di Iskandariah. Dalam acara tersebut, turut diundang beberapa perwakilan setiap cabang Ikhwan dari seluruh daerah. Ketua Umum Ikhwan, Ustadz Hasan Al-Banna, juga terlibat secara aktif dalam acara yang dimaksudkan sebagai lembaga pelatihan Ikhwan dalam bidang olahraga dan penguatan sisi akidah mereka. Kepanduan itu juga memadukan seluruh level status sosial, dari berbagai negeri dan dari berbagai macam latar pendidikan.

Sementara itu, di tempat lain, Akh Zaki Thabikhah sedang menggunakan trem dalam kota Iskandariah menuju perkemahan Ikhwan di Ad-Dakhilah. Salah seorang penumpang tiba-tiba melihat kalimat menyolok di atas bahunya bertuliskan “Kepanduan Al-Ikhwan Al-Muslimun”. Ia segera mendekati Akh Zaki dan bertanya padanya tentang Al-Ikhwan Al-Muslimun. Akh Zaki lalu memberi tahu bahwa Jamaah Ikhwan sedang mengadakan perkemahan di Ad-Dakhilah.

Mendengar keterangan tersebut, orang itu pun menampakkan kegembiraannya dan tertarik untuk bertemu dengan kepanduan Ikhwan. Ia lalu mengikuti Akh Zaki menuju bumi perkemahan dan sangat terkejut ketika menyaksikan kumpulan manusia menyatu di sana. Ia juga disambut hangat oleh setiap Ikhwan dan dibawa ke hadapan Hasan Al-Banna. Setelah duduk, ia segera bertanya tentang organisasi ini sambil menyaksikan berbagai kegiatan yang berlangsung di hadapan matanya. Orang ini juga dapat melihat dari dekat jalinan ukhuwah dan kecintaan yang tulus terhadap guru mereka, sehingga Allah melapangkan dadanya untuk menerima jamaah ini.

Setelah menyaksikan seluruh aktivitas kepanduan Ikhwan yang ada di hadapannya,ia pun memperkenalkan dirinya kepada Mursyid ‘Aam, bahwa dia adalah Mayor Mahmud Labib­­3, anggota terkemuka partai nasionalis, kawan Kolonel Muhammad Farid di pengasingan. Setelah masa hukuman berakhir, Raja Fuad lalu memberinya amnesti. Setelah itu, ia pun kembali ke Mesir untuk sebuah pekerjaan besar; membebaskan lembah sungai Nil dari cengkeraman penjajah. Oleh karena itu, ia berpikir untuk mengajak masyarakat  Mesir guna mengikuti prinsip-prinsip partai yang ia anut dengan membentuk klub olahraga yang markasnya telah ia siapkan di salah satu apartemen di gedung Mayestik di Mansyiah. Ia juga telah memasang sebuah spanduk besar bertuliskan nama klub olahraga tersebut.

Namun, setelah ia bertemu dengan Mursyid ‘Aam dan puas mendengar paparan pemikiran, sistem, dan misi yang diemban jamaah Ikhwan, Mayor Mahmud Labib kemudian menyatakan pengunduran dirinya dari klub olahraga tersebut dan berbalik mengusung nama Al-Ikhwan Al-Muslimun di Iskandariah. Sejak saat itulah Jamaah Ikhwan memiliki kantor di tempat yang paling luas, di Iskandariah.

Mayor Mahmud Labib lalu meninggalkan perkemahan. Tak lama kemudian, ia muncul kembali membawa berbagai macam hadiah yang terdiri dari beras, sayus-sayuran, daging, dan buah-buahan. Bukan sesuatu yang aneh bagi kami di Kota Rasyid mendapatkan hadiah yang banyak itu. Sebab, Mayor Mahmud Labib adalah seorang tentara di bagian pesisir pantai Rasyid, yang dikenal dengan keberanian, kewiraan, dan kedermawanannya kepada manusia. Segala kebaikannya senantiasa dikenang oleh manusia yang hidup pada zamannya dan sempat bergaul dengannya. Allah ta’ala juga yang menghendaki Mayor Mahmud Labib menjadi Wakil Ketua Umum Ikhwan Divisi Kepanduan dan berbagai masalah kemiliteran lainnya. Kita akan dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang beliau pada halaman-halaman buku selanjutnya. Insya Allah.