Kebertahapan dan bersandar pada pembinaan dan kejelasan langkah merupakan manhaj yang terang dalam jalan da’wah Ikhwanul Muslimin. Hal ini disebabkan mereka percaya bahwa semua da’wah harus melewati tiga fase:
Pertama, rase ta’rif. Yakni propaganda, pengenalan dan pemberitahuan tentang fikrah Islam dan menyampaikannya ke seluruh lapisan masyarakat.
Kedua, fase takwin. Pemilihan anshar dan kaderisasi jundi, kemudian memobilisasi barisan da’wah dari kalangan orang-orang yang telah diseru.
Ketiga, fase tanfidz. Tahap pelaksanaan, kerja dan produktifitas. Ketiga tahapan ini, dapat dilakukan secara simultan, hingga makin memperkokoh persatuan da’wah dan kuatnya hubungan antara ketiganya. Seorang da’i menyeru, dan pada waktu yang sama, ia melakukan pemilihan kader dan membina, dan pada waktu yang sama juga, ia bekerja dan melaksanakan.
Yang pasti, tujuan terakhir atau hasil yang sempurna takkan wujud kecuali setelah pengenalan Islam secara merata, jumlah anshar yang banyak, dan pembinaan yang solid.
Dalam batas fase-fase itulah, da’wah Ikhwanul muslimin berjalan hingga saat ini. Da’wah Ikhwan mulai mendidik ummat melalui pelajaran yang diberikan secara rutin, melalui buku-buku dan melalui perkumpulan-perkumpulan umum dan khusus, melalui majalah pekanan, dan mereka terus melakukan da’wah hingga tak satupun tersisa orang yang belum menerima da’wah Islam yang benar dan bersih.
Setelah itu, mereka melangkah pada fase kedua, yakni fase selektifitas, pemilihan, pembinaan dan mobilisasi. Fase ini diwujudkan dalam tiga bentuk:
Pertama, pembentukan katibah-katibah (kelompok), untuk memperkokoh barisan da’wah. Para anggota saling mengenal, jiwa dan ruh mereka melebur menjadi satu, memerangi adat dan kebiasaan yang tidak islami, melatih diri dalam memperkuat hubungan dengan Allah serta memohon pertolongan-Nya. Inilah yang dikatakan ma’had tarbiyah ruhiyah (tempat penempaan ruh) bagi Ikhwanul Muslimin.
Selain itu adalah pembentukan tim dan grup, seperti kelompok kepanduan dan permainan olahraga. Sasarannya untuk memperkuat barisan dengan memperhatikan perkembangan fisik, membiasakan anggota untuk berlaku taat, disiplin, berakhlak sportif dan mempersiapkan mereka menjadi prajurit yanng benar sebagaimana dikehendaki Islam terhadap setiap muslim. Di kalangan Ikhwan, hal ini disebut ma’had tarbiyah jismiyah (tempat pembinan fisik).
Selain itu, adalah ta’lim (pengajaran), yang dilakukan baik dalam katibah-katibah atau melalui seminar Ikhwan yang dimaksudkan untuk menyebarkan nilai Islam, memperkuat barisan dalam hal pengembangan wawasan berpikir anggota. Dilakukan melalui pengkajian-pengkajian komprehensif terhadap materi-materi Islam dan keduniaan yang mutlak diketahui setiap muslim. Ini dinamakan ma’had tarbiyah ilmiyah dan fikriyah (tempat pembinaan keilmuan dan pemikiran).
Itu semua, ditambah lagi dengan berbagai aktifitas lain, dimana para Ikhwan dapat berlatih mempersiapkan diri melakukann kewajiban yang menanti mereka, membimbing ummat untuk dapat
memberi hidayah pada sekalian alam.
Setelah tahap kedua tersebut, dengan izin Allah Ikhwan melakukan langkah ketiga yakni langkah amaliyah yang kelak akan menghasilkan buah yang sempurna bagi da’wah Islam.[1]