Kontemporer

Muhyiddin Al Qulaibi

(Pemimpin dan Mujahid, 1318-1374 H/1901-1954M)

Tempat, Tanggal Lahir, dan Masa Kecil Muhyiddin Al Qulaibi

Muhyiddin Al Qulaibi lahir di desa Qulaibiyah, Tunisia. Menyelesaikan kuliah di Universitas Zaitunah. Bekerja di media cetak sebagai pimpinan redaksi surat kabar harian Al Idarah, surat kabar pekanan Ash-Shawab, Lisanusy Sya’b, dan surat kabar tertua di Tunisia Az-Zahra.

Memimpin Partai Ad Dusturi At-Tunisi setelah pemimpinnya, Abdul Aziz Ats-Tsa’alibi pergi ke Timur. Ats-Tsa’alibi berkata kepadanya saat hendak berangkat, “Saya serahkan partai kepadamu sebagai amanah yang harus kamu jaga.”

Tahun 1934, Muhyiddin Al Qulaibi ditangkap penjajah Perancis dan diasingkan ke padang Sahara. Setelah dua tahun baru dibebaskan. Ia menunaikan ibadah haji ke tanah Haram tahun 1947, kemudian berangkat ke Mesir dan menetap di sana untuk mencari solusi bagi persoalan negaranya. Di Mesir, ia bertemu Imam Asy Syahid Hasan Al Banna, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, yang membantu mengenalkan persoalan negara-negara di Afrika Utara melalui surat kabar dan majalah Ikhwanul Muslimin.

Sifat-Sifat Muhyiddin Al Qulaibi

Muhyiddin orang istimewa, pemimpin tulen, mujahid tulus, dan mengutamakan kerja daripada bicara. Ia melawat ke negara-negara Islam, baik di Barat maupun di Timur, untuk mengenalkan persoalan negara, Tunisia, yang sedang ditindas Perancis. Perancis menimpakan berbagai siksaan pada bangsanya, menyebarkan kefasikan dan kebobrokan, menciptakan kerusakan, menyingkirkan agama dari kehidupan, melepaskan adat dan akhlaknya, agar menjadi bagian negara Perancis dengan segala kebobrokan dan kerusakannya.

Pemimpin besar Tunisia ini komitmen pada Islam, baik dalam perkataan, tindakan, akhlak, dan perilakunya. la figur muslim yang bangga dengan agama, merasa tinggi dengan iman, menjauhkan diri dari kemunafikan, dan menghindari kerumunan para boneka yang mengklaim punya kekuasaan. Mereka boneka-boneka yang dikendalikan dan dijadikan pahlawan oleh penjajah untuk menipu rakyat. Padahal, mereka budak-budak penjajah yang ditundukkan untuk melayani tuannya dan mengokohkan cengkeramannya atas negeri-negeri kaum muslimin.

Muhyiddin Al Qulaibi yang Saya Kenal

Saya melihat foto Muhyiddin Al Qulaibi di kolom Ta’aruf majalah bulanan Asy Syihab, yang diterbitkan Imam Asy Syahid Hasan Al Banna, tahun 1947. Saya membaca tulisan Al Banna yang memperkenalkan sosok pemimpin, Al Qulaibi. Lalu saya mencintainya dan mengagumi jihad dan upayanya dalam memperjuangkan Islam, terutama di negara-negara Afrika Utara.

Ketika dikarunia kesempatan bertemu dengan Muhyiddin Al Qulaibi, saya tahu ia lebih hebat dari yang saya bayangkan. la sosok istimewa, dai, mujahid, teguh pendirian, memiliki tekad membaja, beraktivitas siang malam, sering berkeliling, dan membantu orang-orang lemah di muka bumi.

Lawatan Muhyiddin Al Qulaibi

Akhir tahun 1940-an dan 1950-an, Mujahid Muslim Muhyiddin Al Qulaibi telah melakukan banyak lawatan ke Mesir, Suriah, Irak, Yordania, negara-negara Arab, dan Islam lainnya. Di setiap lawatan, ia bertemu tokoh-tokoh pergerakan Islam semisal Imam Asy Syahid Hasan Al Banna di Mesir, Syaikh Shawwaf di Irak, Dr. As Siba’i di Suriah, tokoh pemikir, aktivis dakwah, dan pemimpin Arab di bagian Timur maupun Barat. Mereka bersama-sama mengkaji kondisi negara-negara Afrika Utara secara khusus dan dunia Islam pada umumnya. Ketika itu, terjadi pertarungan antara aktivis Arab dan Islam di satu pihak dengan aktivis pembaratan di pihak lain. Penjajah Perancis mendukung aktivis yang memusuhi Arabisme dan Islamisme dengan berbagai sarana.

Pertemuan Muhyiddin Al Qulaibi dengan para pemimpin kaum muslimin itu punya pengaruh baik. Dari pertemuan itu, terselenggaralah muktamar, seminar, dan demonstrasi menuntut Perancis membebaskan Tunisia dan negara-negara Afrika Utara lainnya. Majalah pekanan Al Ikhwanul Al Muslimun menerbitkan edisi khusus tentang bangsa Afrika Utara dan penderitaan mereka akibat kejahatan penjajah Perancis.

Kesederhanaan dan Zuhud Muhyiddin Al Qulaibi

Penampilan Ustadz Muhyiddin Al Qulaibi sangat sederhana. Ketika Al akh dari Suriah yang ditugasi menemaninya mengusulkan ia memakai pakaian baru untuk menemui perdana menteri, ia menjawab dengan nada marah, “Kita tidak menemui manusia dengan pakaian, tapi dengan jiwa kita. Laki-laki itu diukur dengan pengalamannya, bukan dengan penampilannya.” Al akh itu pun diam dan mengucapkan syair, ‘apabila jiwa seseorang besar maka fisik kelelahan mengikutinya’.

Perdana Menteri menyambut Ustadz Muhyiddin Al Qulaibi dengan penuh hormat dan penghargaan, karena wibawanya yang istimewa dan akhlak luhurnya. Bahkan, Perdana Menteri sangat memperhatikan apa saja yang diucapkan Al Qulaibi tentang kondisi bangsa Tunisia yang tertindas dan penderitaan mereka, karena ulah penjajah Perancis dan kaki tangannya.

Wejangan-wejangan Muhyiddin Al Qulaibi

Di setiap pertemuan dengan pemuda Mesir, Suriah, Irak, Yordania, dan Palestina, Muhyiddin Al Qulaibi selalu menegaskan pentingnya pembinaan pribadi muslim yang memiliki aqidah murni, pribadi kokoh, akhlak mulia, akal cerdas, dan bijaksana dalam menangani persoalan.

Muhyiddin Al Qulaibi selalu menanamkan kebanggaan pada Islam dan umatnya, menegaskan universalitas Islam, kesatuan bangsa-bangsa muslim, dan keharusan bersatu dalam satu ikatan, untuk meninggikan bendera tauhid, berteduh di bawah naungan Islam, dan menegakkan syariat Islam di tengah manusia. la jelaskan, hAl hal di atas tidak terwujud, kecuali dengan membentuk kader yang meneladani generasi sahabat, tabiin, dan orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka.

Muhyiddin Al Qulaibi juga mengingatkan mereka untuk tidak mempedulikan orang-orang yang enggan berjuang, atau para pengacau. Sebab, hakikat kehidupan itu pertarungan antara hak dan batil, antara kekafiran dengan keimanan. Tunggulah, pada akhirnya Islam pasti menang. Kaum muslimin mengalami kekalahan, jika meninggalkan manhaj Allah dan Rasul-Nya. Sunnatullah pasti terus berlaku dan tidak mengenal pilih kasih. Siapa menanam, ia memetik hasilnya. Siapa bersungguh-sungguh, ia menemukan harapannya. Siapa yang berjalan, ia tiba di tempat tujuan.

Para pemuda harus selalu menyiapkan diri dan perbekalan. Musuh Allah tidak pernah berhenti memerangi Islam dan kaum muslimin, hingga kaum muslimin meninggalkan Islam dan mengikuti keinginan mereka.

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (Al Baqarah: 217)

Waspadalah wahai pemuda Islam. Kalian harapan umat, maka jangan kecewakan harapan mereka. Jadilah tokoh masa depan yang cemerlang dan bekal umat dalam menghadapi ancaman.

Kecintaan Pemuda kepada Muhyiddin Al Qulaibi

Muhyiddin Al Qulaibi sering bertemu para pemuda Islam Mesir, Irak, Suriah, Yordania, dan Palestina, di pertemuan, dialog, seminar, rekaman, dan bincang-bincang santai. Mereka mengambil pelajaran dari pengalaman, nasihat, dan wasiatnya. Mereka mencintainya sebagaimana anak mencintai ayahnya, atau murid mencintai gurunya. Mereka berjanji kepadanya untuk menjadi aktivis Islam dan pembawa amanah dakwah. Sebagian besar dari mereka menepati janjinya. Maka, ada yang menjadi syahid, dan sebagian sisanya menanti giliran.

Ustadz Muhyiddin Al Qulaibi punya tempat di hati kami dan kami mencintainya. Kami merasa ia ayah yang mengasihi anak-anaknya, guru yang membina muridnya, dai bijaksana, aktivis ikhlas, dan lelaki pemberani.

Ia sosok istimewa yang mengutamakan akhirat daripada apa yang dimiliki manusia, sebagaimana tokoh-tokoh lain meninggalkan dunia dalam keadaan tidak memiliki kekayaan apa pun, kecuali jihad, mujahadah, dan kesabaran.

Muhyiddin Al Qulaibi mutiara berharga di tubuh pergerakan Islam. Apa pun upaya orang-orang kerdil untuk menghapus nama dan menutupi jasanya, namun aktivis kebenaran di semua tempat tetap mengenalnya. Bangsa Tunisia yang tulus, muslim, dan setia memahami peran pentingnya dalam membela agama, umat, dan tanah air. Bahkan, dunia Islam mengetahui sikap-sikapnya yang tampak di setiap muktamar dan jihad dalam rangka membela Islam dan kaum muslimin, baik di Tunisia, atau negara-negara muslim lainnya.

Komentar Tokoh tentang Muhyiddin Al Qulaibi

Ustadz Isham Athar berkata, “Saya melihat Muhyiddin Al Qulaibi saat muktamar Islam di Al Quds, tahun 1953. Ia muncul dengan tubuh yang tinggi, kurus, agak miring di dekat dua pundaknya, wajahnya oval, kening lebar, kedua matanya kecil mengesankan, dan jenggot tipis yang beruban. Ia duduk di bagian belakang di resepsi dan pertemuan, karena mendahulukan orang lain. Kami merasa kehilangan dia pada acara basa-basi atau penampilan, dan tidak melihatnya saat melakukan amal tersembunyi. Apabila banyak orang menghadiri muktamar untuk menampakkan diri, Muhyiddin Al Qulaibi datang di muktamar untuk menyelesaikan masalah umat dan menyerukan kerja-kerja produktif. Karena itu, ia memandang masalah dengan serius, beramal secara terprogram, dan melaksanakan rencana dengan segera.

Syaikh yang tinggi, kurus, dan kelihatan sedih ini fenomena yang menarik perhatian hadirin. Seolah-olah, ia telah putus asa dari generasi terdahulu dan optimis pada generasi mendatang. Muhyiddin Al Qulaibi memiliki pandangan keislaman yang murni. Suatu ketika, ia berbicara di depan massa besar, di gedung serbaguna milik organisasi ternama di Damaskus, bertepatan dengan dibubarkannya Ikhwanul Muslimin Mesir, tahun 1954. Saat itu, ia mengumumkan ketidaksetujuannya dengan ungkapan, “Ini masalah internal yang hanya dibicarakan orang Mesir.” Ia tidak mengakui batas-batas negara dan bahasa di antara kaum muslimin. Ia hanya meyakini satu tanah air, yaitu agama, bukan tanah air fanatisme dan tanah liat.

Muhyiddin Al Qulaibi menganggap pembubaran Ikhwanul Muslimin sebagai masalah besar umat. Ia mengajak hadirin mempelajari akar masalah di setiap masa dan tempat, fenomenanya di masa lalu dan akan datang, serta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Setelah itu, ia memberi isyarat jalan yang benar dalam melakukan amal.

Saya mengunjungi Muhyiddin Al Qulaibi di rumah Kamil At-Tunisi. Saat itu, ia sakit, terbaring di tempat tidur, sekujur tubuhnya bengkak, wajahnya pucat, dan kelihatan sangat lelah. Beberapa hari setelah itu, saya bertemu Mursyid Am Hasan Hudhaibi di kunjungannya ke Suriah tahun 1954. Hasan Al Hudhaibi bertanya kepadaku, ‘Bagaimana keadaan Ustadz Al Qulaibi?’ Setelah saya ceritakan kondisi Ustadz Al Qulaibi, Hasan Al Hudhaibi berkata kepadaku, Apabila kamu kembali ke Damaskus, sampaikan salamku kepadanya, dan pesanku bahwa kaum muslimin ingin Anda memperhatikan kesehatan.’

Saya mengunjunginya di Rumah Sakit Bedah Duma, karena sakitnya bertambah parah. Saat itu, saya menyampaikan salam dan pesan Mursyid Hasan Al Hudhaibi. Ia bertanya, ‘Apa pesannya?’ Saya jawab, ‘la mengatakan kepadamu bahwa kaum muslimin sekarang menghendakimu memperhatikan kesehatan dan menghentikan aktivitas.’ Mendengar itu, ia berkata, “Apa manfaat hidup dan kesehatanku, jika tidak kugunakan untuk memenuhi hak Allah dan melaksanakan kewajibanku? Saya hidup untuk beramal di jalan Allah. Karena itu, saya tidak akan meninggalkan amal demi hidup.” Setelah itu, ia berkata dengan mantap dan air mata mengalir di pipinya, “Saya merasa ajalku telah dekat. Sementara ada beberapa hal yang ingin kukatakan dan lakukan buat kaum muslimin. Mungkin, tiada waktu yang cukup untuk menunggu. Karena itu, saya harus memaksa diriku, demi mewujudkan apa yang kuinginkan, sebelum ajalku datang. Saya tidak akan berhenti melayani aqidahku, karena mempertahankan tubuh yang akan binasa ini dan tidak akan mengutamakan keselamatanku daripada penunaian risalahku. Apabila saya terbunuh karenanya, saya ucapkan selamat datang kematian demi taat kepada Allah.”

Setelah beberapa hari, Muhyiddin Al Qulaibi dipindah ke Rumah Sakit Al Mujtahid Damaskus. Akhir malam bulan Nopember 1954, saya dan Dr. Mushthafa As Siba’i membezuknya namun ia tidak sadarkan diri. Maka, kami berdoa dengan hati bergetar, agar Allah memberi pertolongan pada laki-laki agung ini.

Pada hari kedua, saya mengiringi jenazah Muhyiddin Al Qulaibi. Kemudian, Dr. Said Ramadhan, Ustadz At-Tunisi, dan saya menyampaikan sambutan secara berurutan. Saya berkata, “Kita tidak merasa kehilangan Ustadz Al Qulaibi. Ia telah pindah dari dunia luar kita menuju dunia hati kita. Ia didekap raga sebelum didekap kubur, dicatat dalam sejarah sebelum ditampung tanah. Ia contoh indah pandangan Islami, kepemimpinan yang piawai, dan syahid di jalan Allah.”

Pengaruh-Pengaruh Muhyiddin Al Qulaibi

Al Qulaibi lebih suka hAl hal yang realistis dan aplikatif. Meskipun ia wartawan, aktif berdakwah di tengah masyarakat, dan berjuang membela Islam, ia masih menyempatkan diri mewariskan beberapa buku, misalnya:

  1. Ma’satu ‘Arsy.
  2. Risalah ‘Anit Ta’lim fi Tunis.
  3. Dzikral Himayah.

Disamping itu, beberapa riset, makalah, dan ceramah Muhyiddin Al Qulaibi yang dimuat di berbagai surat kabar dan majalah Arab Tunisia serta lainnya.

Aktivis muda Islam Tunisia mengenal tokoh-tokoh pendahulunya yang telah merintis jalan, memasang rambu-rambunya, menjelaskan peran yang harus dimainkan umat, dan memotivasi umat untuk meraih sebab-sebab kemenangan.

Saya anjurkan pemimpin gerakan Islam kontemporer di Tunisia, agar memperkenalkan biografi Muhyiddin Al Qulaibi kepada aktivis. Dengan begitu, mereka dapat mengambil pelajaran dari kecemerlangan jihadnya, aktivitas yang tiada henti, sikap-sikap kokoh, dan pendapat-pendapatnya yang benar.

Ini hanya standar minimal pemenuhan hak ulama aktivis, mujahid yang tulus, dan pejuang yang muncul pada masa-masa paling sulit. la perintis jalan, pemimpin rombongan, pahlawan di saat-saat krisis, dan tokoh di banyak kesempatan.

Kita mohon kepada Allah Yang Mahatinggi dan Mahakuasa, agar memberi sebaik-baik balasan pada Ustadz Muhyiddin Al Qulaibi. Semoga Allah memberi keteguhan kepada aktivis dakwah Islam di Tunisia dalam menghadapi ujian dan menunggu datangnya kemenangan.

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.” (Al Hajj: 40)

More from Kontemporer