Sebelum terjun dalam Perang Pantellaria, Sultan Murad sadar sepenuhnya, bahwa dia sedang berjihad di jalan Allah dan bahwa kemenangan itu semata-mata hanya karunia Allah belaka. Oleh karena itu, dia selalu memperbanyak doa kepada Allah dan selalu merendahkan diri di hadapan-Nya, serta bertawakal kepada-Nya.
Berikut ini adalah sebagian doa dari Sultan Murad sebelum terjun ke medan perang, membela agama Allah dengan pedang dan tauhid:
“Ya Allah, Yang Maha Pengasih, Tuhan Langit yang menerima doa, janganlah Engkau jadikan aku orang merana. Wahai Yang Maha Pengasih, kabulkanlah doa hamba-Mu yang fakir ini. Turunkanlah kepada kami hujan yang lebat, sirnakanlah mendung kegelapan, sehingga kami bias melihat musuh kami. Kami tak lain hanyalah hamba-hamba-Mu yang berlumpur dosa, sedangkan Engkau Maha Pemberi karunia kepada hamba-hamba-Mu yang fakir. Aku tak lebih dari seorang hamba yang demikian rindu karunia-Mu. Wahai Dzat Yang Mahatahu, Maha Mengetahui segala perkara yang gaib, segala rahasia tersembunyi, dan apa-apa yang ada di dalam dada. Sesungguhnya tak ada tujuan di dalam diriku baik berupa kepentingan atau maslahat, tidak pula berambisi untuk mendapatkan harta rampasan perang. Aku tidak memiliki ambisi apa-apa,kecuali rasa rinduku untuk mencapai ridha-Mu.”
“Wahai Allah Yang Mahatahu, wahai Dzat yang mengetahui segala yang wujud, ruhku menjadi tebusan untuk-Mu. Maka penuhilah harapanku, jangan Engkau jadikan kaum muslimin tertipu di hadapan musuh-musuhnya. Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, janganlah Engkau jadikan aku menjadi penyebab kematian mereka. Jadikanlah mereka orang-orang yang menang, sesungguhnya ruhku kupersembahkan untuk-Mu, wahai Penguasa langit dan bumi. Sesungguhnya hamba-Mu ini sangat rindu dan hingga kini kerinduanku masih menggebu untuk mati syahid saat menjadi tentara Islam. Maka janganlah Engkau perlihatkan kepadaku bencana yang menimpa mereka. Wahai Rabbi, untuk kali ini perkenankanlah hamba syahid di jalan-Mu dan demi mencapai ridha-Mu.”[1]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Sultan berdoa dengan mengucapkan, “Ya Tuhanku sesungguhnya hamba berdoa dengan keagungan dan kebesaran-Mu, bahwa hamba tidak menginginkan dunia yang fana ini. Hamba hanya menginginkan ridha-Mu, hanya ridha-Mu wahai Tuhan-ku. Dengan kebesaran dan keagungan-Mu, hamba bersumpah, bahwa hamba berada di jalan-Mu, maka tambahkanlah kemulian pada hamba dengan mati syahid di jalan-Mu.”[2]
Dalam riwayat lain disebutkan, “Ya Tuhanku, Wahai Pelindungku, kabulkanlah doa dan permohonan hamba. Turunkanlah pada kami hujan dengan rahmat-Mu yang menghapus debu-debu di sekitar kami. Curahkanlah cahaya pada kami di sekitar kami, hingga kami mampu menyingkap gelap, sehingga kami mampu melihat dengan jelas tempat-tempat musuh, lalu kami memerangi mereka untuk menegakkan agama-Mu yang mulia ini.
Tuhan-ku, sesungguhnya semua kerajaan dan kekuatan adalah milik-Mu, Engkau berikan kepada siapa saja yang Engkau sukai dari hamba-hamba-Mu. Aku ini hanyalah hamba-Mu yang lemah dan fakir. Engkau tahu semua rahasia diriku, dan semua yang tampak dari diriku. Aku bersumpah dengan kemuliaan dan keagungan-Mu, bahwa aku tidak mengharapkan dari jihad ini gemerlapnya dunia dan kesenangan yang fana. Aku hanya mengharapkan ridha-Mu. Tuhan-ku, hamba mohon dengan wajah-Mu yang mulia, jadikanlah hamba sebagai tebusan bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Janganlah Engkau jadikan aku sebagai penyebab kematian salah seorang dari kaum muslimin di jalan yang bukan jalan-Mu yang lurus.
Tuhan-ku, jika kesyahidanku akan menjadi penyelamat tentara kaum muslimin,maka janganlah Kau halangi hamba untuk mencapai mati syahid di jalan-Mu agar bisa berpulang ke sisi-Mu. Sungguh keberadaanku disisi-Mu adalah senikmat-nikmat keadaan yang aku dambakan, wahai Tuhan-ku.Tuhan-ku, Engkau telah memberi hamba kemuliaan dengan menunjukkan jalan menuju medan jihad, maka tambahkanlah kepada hamba kemulian mati syahid di jalan-Mu.”[3]
[1] Al-Futuh Al-Islamiyyah ‘Abar Al-‘Ushur, 390
[2] Jawanib Mudhi’ah, hlm.190
[3] Jawanib Mudhi’ah, hlm.40-41