Kepada Apa Kami Menyeru Manusia?

Pendahuluan

Dalam banyak kesempatan anda mungkin pernah berbicara kepada orang banyak tentang berbagai masalah. Anda yakin bahwa semua cara yang mungkin digunakan untuk menjelaskan apa yang anda inginkan, telah anda lakukan. Dan anda merasa bahwa semua telah menjadi jelas, sejelas fajar subuh, atau bahkan sejelas matahari di hari siang. Tapi seketika anda mungkin terhenyak. Karena ternyata para pendengar jauh dari memahami penjelasan anda.

Saya telah menyaksikan dan merasakan hal ini di banyak kesempatan. Saya percaya bahwa rahasia yang ada di balik itu adalah -tidak akan lebih dari- salah satu dari dua hal berikut ini; pertama, mungkin karena tolak ukur yang digunakan oleh masing-masing kita dalam mempersepsi apa yang ia dengar dan apa yang ia katakan saling berbeda, sehingga terjadilah perbedaan pemahaman itu. Atau mungkin juga karena ucapan itu yang samar dan tidak jelas, meskipun sang pembicara sendiri yakin bahwa ia telah menyampaikannya dengan jelas.

Tolok Ukur

Melalui kalimat-kalimat berikut saya ingin menjelaskan -dengan sejelas-jelasnya tentang berbagai dimensi dakwah Ikhwanul Muslimin; meliputi tujuan, sasaran, metode dan sarana-sarana yang digunakannya. Tapi sebelumnya saya ingin membatasi tolak ukur yang harus digunakan dalam mengukur tingkat kejelasan tersebut. Kemudian saya akan berusaha untuk menjelaskannya semudah mungkin, sehingga setiap pembaca yang ingin mengambil manfaat daripadanya dapat memperolehnya. Saya kira tidak seorang Muslim pun akan berbeda dengan saya untuk mengatakan bahwa tolak ukur itu adalah Kitabullah; dialah lautan dari mana kita meraup mutiara kecemerlangan, dan referensi kepada mana kita menentukan hukum.

Wahai Kaum,

Al Qur’an Mulia adalah Kitab sempurana yang padanya Allah Subhanahu wa Ta’ala Memadukan dasar-dasar kepercayanan, kaidah-kaidah perbaikan sosial, prinsip-prinsip umum hukum keduniaan, serta sederet perintah dan larangan. Adakah kaum Muslimin telah melaksanakan kandungan Al Qur’an itu? Adakah mereka telah meyakini kepercayaankepercayaan yang seharusnya diyakini? Benarkah mereka telah memahami betul tujuantujuannya? Kemudian, apakah mereka telah menerapkan sistem-sistem lain yanga vital dalam kehidupan mereka?

Jika dalam pembahasan ini kita sepakat bahwa mereka telah melakukannya, maka itu berarti kita telah sampai pada tujuan. Tapi jika kita ternyata menemukan bahwa mereka masih sangat jauh dari ajaran-ajaran Quran, maka merupakan tugas kita dan orang-orang yang mengikuti kita untuk bersama-sama kembali ke jalan itu.