1. Penuh Perhatian terhadap Ayah
Tentang cerita masa kecilnya, Abdullah berkata: “Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah melaksanakan shalat di dekat Ka’bah dan di sana ada sekumpulan orang Quraisy sedang duduk-duduk. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata: ‘Apakah kalian tidak melihat orang yang suka mencari muka itu? Siapa di antara kalian yang mau pergi ke tempat unta keluarga si fulan, lalu mengambil kotoran, darah, dan ari-ari (hewan tersebut yang telah mereka potong sebelumnya)? Bawa semua kotoran itu ke sini dan tunggu sebentar. Apabila dia telah sujud, maka letakkanlah kotoran tersebut di atas pundaknya. Maka berangkatlah orang yang paling celaka di antara mereka (yaitu Uqbah bin Abi Mu’ith) untuk mengambil kotoran tersebut. Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang sujud, dia meletakkan kotoran tersebut ke atas pundak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tetap saja sujud, sementara mereka tertawa terbahak-bahak sampai mereka miring satu sama lainnya. Lalu ada seseorang yang berangkat untuk memberitahu Fathimah. Fathimah ketika itu sudah gadis remaja. Dia segera berlari ke tempat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat. Beliau masih tetap dalam keadaan sujud hingga Fathimah membuang kotoran tersebut dari pundak beliau. Setelah itu Fathimah memaki-maki orang-orang Quraisy tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)[1]
Tentang cerita masa dewasanya, dari Sahal Radhiyallahu ‘Anh dikatakan bahwa dia ditanyai tentang luka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hari peperangan Uhud, maka dia berkata: “Wajah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terluka, gigi geraham beliau patah, dan topi baja yang ada di atas kepala beliau pecah tertembus panah. Lalu Fathimah membasuh darah (luka beliau) sementara Ali memegangi. Ketika Fathimah melihat darah luka itu semakin banyak mengalir, dia mengambil tikar, lalu membakarnya sehingga menjadi abu, kemudian menempelkannya ke tempat luka sehingga darah berhenti mengalir.” (HR Bukhari dan Muslim)[2]
2. Menikah dengan Ali bin Abu Thalib
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anh berkata: “Ketika aku hendak membina rumah tangga dengan Fathimah, putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, aku mengikat janji (bersepakat) dengan seorang pandai emas dari Bani Qainuqa untuk pergi bersamaku mengambil kayu idzkhir (yang harum aromanya) yang akan kujual kepada para pandai emas sehingga uangnya dapat kupergunakan buat penyelenggaraan pesta perkawinanku.” (HR Bukhari dan Muslim)[3]
3. Sabar dan Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga
Ali mengatakan bahwa Fathimah Radhiyallahu ‘Anh datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengadukan tangannya yang lecet akibat gilingan miliknya. Dia mendengar bahwa ada seorang budak datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Tetapi, ketika itu Fathimah tidak menemukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehingga masalah itu akhirnya dia ceritakan kepada Aisyah. Setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang, Aisyah menyampaikan cerita Fathimah tadi kepada beliau. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu menemui kami. Waktu itu kami sudah berada di tempat pembaringan. Kami bangun menemui beliau. Beliau berkata: “Tetaplah di tempat kalian.” Beliau lalu duduk di antara kami. Saat itu aku merasakan betapa dinginnya telapak kaki beliau yang menyentuh perutku. Kemudian beliau berkata: “Maukah kalian aku beritahu mengenai sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian minta? Apabila kalian sudah siap di tempat tidur kalian, maka hendaklah kalian baca tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga kali, dan takhir tiga puluh empat kali. Hal itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pelayan.” (HR Bukhari dan Muslim)[4]
Menurut riwayat Abu Daud, Ali berkata: “Suatu ketika Fathimah putri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di dekatku. Dia memutar gilingan hingga lecet tangannya, dia memanggul girbah air hingga lecet pundaknya, dan dia menyapu rumah sehingga berdebu pakaiannya.” Di dalam riwayat Abu Daud yang lain dikatakan: “Fathimah membuat roti sehingga warna mukanya berubah (terkena arang).”[5]
4. Kemarahan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Membela Fathimah
Miswar bin Makhramah berkata: “Ali meminang putri Abu Jahal. Berita itu sampai kepada Fathimah. Lalu dia pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: ‘(Wahai Rasulullah), kaummu menduga bahwa kamu tidak akan pernah marah untuk membela putri-putrimu. Itulah Ali, dia mau kawin dengan putri Abu Jahal.’ Mendengar berita itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri. Kemudian saya mendengar beliau membaca syahadat dan bersabda: ‘Sesungguhnya aku telah menikahkan Abul Ash bin ar-Rabi, lalu mempercayai aku. Dan sesungguhnya Fathimah adalah bagian dari diriku, dan aku tidak suka kalau ada sesuatu yang menyakitinya.’ –Menurut satu riwayat: ‘Dan sesungguhnya aku merasa khawatir jika agamanya sampai terfitnah … Aku tidak mengharamkan sesuatu yang halal dan tidak menghalalkan sesuatu yang haram. Akan tetapi, demi Allah, tidak mungkin berkumpul putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan putri musuh Allah sama sekali.’[6] Akhirnya Ali membatalkan pinangannya tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)[7]
5. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Memuliakan Fathimah, Suami, dan Kedua Putranya
Aisyah berkata: “Pagi-pagi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar dengan memakai pakaian yang tidak dijahit terbuat dari bahan bulu berwarna hitam. Datang al-Hasan bin Ali, lalu beliau mengajaknya masuk. Kemudian datang al-Husain dan masuk bersamanya. Kemudian datang Fathimah dan beliau mengajaknya masuk. Kemudian datang pula Ali dan beliau pun mengajaknya masuk. Kemudian beliau membacakan firman Allah: ‘Sesungg;uhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kalian, hai ahlal bait. dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.'” (HR Muslim)[8]
Aisyah, Ummul Mukminin berkata: “Pada waktu Rasulullah sakit kami para istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkumpul bersama beliau. Tidak seorang pun dari kami yang pergi meninggalkan tempat. Lalu datang Fathimah … Begitu melihat Fathimah, beliau menyambutnya seraya berkata. ‘Selamat datang putriku.’ Kemudian beliau menyuruh putrinya itu duduk di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Setelah berbicara sejenak secara berbisik-bisik, lalu Fathimah menangis tersedu-sedu. Melihat kesedihan yang dialami putrinya itu, beliau berbicara secara berbisik-bisik sekali lagi, sehingga Fathimah tersenyum. Aku berkata kepada Fathimah: ‘Aku adalah salah satu dari istri-istri beliau Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hanya memilih berbisik dengan kamu di antara kita semua. Kemudian kamu menangis.’ Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pergi, aku langsung bertanya kepada Fathimah: ‘Masalah apa yang dibisikkan beliau kepadamu?’ Fathimah menjawab: ‘Aku tidak mungkin mengungkapkan rahasia Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam’ Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat, aku kembali menanyai Fathimah: ‘Aku sengaja menemuimu untuk menanyakan apa sebenarnya yang dibisikkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepadamu, sebab dahulu kamu tidak mau menceritakannya kepadaku.’ Fathimah berkata: ‘Sekarang baiklah akan aku ceritakan kepadamu.’ Lalu Fathimah menceritakannya kepadaku sebagai berikut: ‘Pembicaraan beliau yang pertama kali adalah mengenai Jibril yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an oleh beliau setiap tahun satu kali. Dan pada tahun ini hal itu dilakukan sampai dua kali. Itu menurutku menunjukkan sudah dekatnya ajalku. Karena itu (kata beliau padaku) hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan bersabar. Sesungguhnya sebaik-baik salaf adalah aku terhadapmu. (Fathimah berkata) karena itulah aku menangis seperti yang engkau lihat. Tatkala melihat kesedihanku itulah beliau berbicara kepadaku secara rahasia untuk kedua kalinya. Beliau berkata: ‘Wahai Fathimah, apakah kamu tidak merasa senang apabila kamu menjadi pemimpin wanita-wanita mukmin atau sebagai pemimpin umat ini?’ Di dalam satu riwayat disebutkan[9]: ‘Ucapan beliau tersebut membuat Fathimah tertawa.'” (HR Bukhari dan Muslim)[10]
Dalam satu riwayat menurut Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i disebutkan: “… apabila Fathimah datang untuk menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beliau berdiri menghampiri Fathimah, menciumnya, dan menyuruhnya duduk di tempat duduk beliau. Sebaliknya Fathimah juga melakukan hal yang sama apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang untuk menemuinya. Tatkala Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sakit, Fathimah datang untuk menemui beliau, lalu memeluk dan menciumnya.”[11]
Abu Hurairah Ad Dausi Radhiyallahu ‘Anh berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar sesaat di siang hari. Beliau tidak berbicara denganku dan aku juga tidak berbicara dengan beliau hingga sampai ke pasar Bani Qainuqa. Lalu beliau duduk di pekarangan rumah Fathimah. Beliau bertanya: ‘Apakah di sana ada Luka (nama kecil Al Hasan bin Ali)?’ Fathimah menahan Hasan sebentar. Saya kira Fathimah memasangkan kalung (yang terbuat dari bahan yang harum baunya) kepada Hasan atau memandikannya. Lalu Hasan datang bergegas sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merangkul dan menciumnya seraya berkata: ‘Ya Allah, cintailah ia dan cintailah orang yang mencintainya.'” (HR Bukhari dan Muslim)[12] Dari Ibnu Umar, dia berkata: “… aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Keduanya (Hasan dan Husain) adalah sekuntum bunga dunia dan akhirat untukku.'” (HR Bukhari)[13]
6. Mirip Fathimah dan Putranya
Aisyah berkata: “… lalu Fathimah datang dengan berjalan kaki. Cara berjalannya mirip sekali dengan berjalannya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam” (HR Bukhari dan Muslim)[14] Dari Anas, dia berkata: “Tidak ada seseorang yang lebih mirip rupanya dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibandingkan dengan Hasan bin Ali.” (HR Bukhari)[15]
Menurut riwayat Abu Daud, At Tirmidzi, dan An Nasa’i: “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih minp rupa, gaya, dan pembawaannya dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam cara berdiri dan duduk seperti Fathimah.”[16]
7. Allah Memuliakan Fathimah
Aisyah Radhiyallahu ‘Anh mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Fathimah: “Apakah kamu tidak senang apabila kamu menjadi pemimpin wanita-wanita penghuni surga?” (HR Bukhari)[17]
[1] Bukhari, Kitab. Shalat, Bab: Seorang wanita membuang dari mushalla sesuatu yang bisa mengganggu, jilid 2, hlm. 141. Muslim, Kitab: Jihad dan peperangan, Bab: Gangguan yang diterima Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari orang-orang musyrik dan munafik, jilid 5, hlm. 179.
[2] Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Memakai topi baja jilid 60 hlm. 437. Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Perang Uhud, jilid 5, hlm. 178.
[3] Bukhari, Kitab: Kewajiban seperlima, Bab: Pertama, jilid 3, hlm. 3. Muslim, Kitab: Minuman, Bab: Pengharaman khamar, jilid 6, hlm. 85.
[4] Bukhari, Kitab: Nafkah dan keutamaan memberikan nafkah kepada keluarga, Bab: Bekerjanya seorang wanita di rumah suaminya, jilid 11, hlm. 433. Muslim, Kitab: Dzikir, doa, tobat, dan istigfar, Bab: Tasbih di permulaan siang dan di waktu mau tidur, jilid 8, hlm. 84.
[5] Fathul Bari, jilid 13, hlm. 366.
[6] Bukhari, Kitab Kewajiban seperlima,Bab: Apa yang disebutkan mengenai baju besi, tongkat, dan pedang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jilid 7, hlm. 22.
[7] Bukhari, Kitab Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Kisah mengenai semenda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di antara mereka adalah Abu al-Ash bin Rabi, jilid 8, hlm. 87. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Fathimah, putri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jilid 7, hlm. 142.
[8] Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan anggota keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jilid 7, hlm. 130.
[9] Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian dalam Islam, jilid 7, hlm. 440.
[10] Bukhari, Kitab: Minta izin, Bab: Orang yang berbisik di hadapan orang banyak dan orang yang tidak mau menceritakan rahasia temannya, jilid 13, hlm. 322. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Fathimah putri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jilid 7, hlm. 142.
[11] Fathul Bari, jilid 9, hlm. 200.
[12] Bukhari, Kitab: Jual beli, Bab: Apa yang disebutkan mengenai pasar, jilid 5, hlm. 244 Muslim, Kitab: Keutamaan-Keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Hasan dan Husain Radhiyallahu ‘Anh, jilid 7, hlm. 130.
[13] Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Menyayangi anak, mencium, dan merangkulnya, jilid 13, hlm. 32.
[14] Bukhari, Kitab: Manaqib, bab: Tanda-tanda kenabian, jilid 7, hlm. 440. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Fathimah putri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jilid 7, hlm. 142.
[15] Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Manaqib Hasan bin Husain, jilid 8, hlm. 97.
[16] ibid
[17] Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian, jilid 7, hlm. 440.