Kepribadian Wanita:Ummu Salamah Ummul Mukminin

1. Ummu Salamah Hijrah ke Habasyah

Aisyah mengatakan bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan tentang sebuah gereja yang mereka lihat di Habasyah. Di dalam gereja itu terdapat gambar-gambar. Lalu mereka menceritakan hal tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Mereka itu, apabila ada salah seorang laki-laki saleh di antara mereka yang meninggal, mereka membangun sebuah tempat ibadah di atas kuburannya dan mereka membuat di dalamnya gambar-gambar seperti itu. Mereka itu adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat.” (HR Bukhari)[1]

2. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Memuliakan Suami Ummu Salamah (Abu Salamah)

Ummu Salamah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke rumah Abu Salamah, dan ternyata mata Abu Salamah masih terbuka. Lalu beliau menutupkannya. Kemudian beliau bersabda: ‘Sesungguhnya apabila roh itu dicabut, mata akan mengikutinya.’ Mendengar ucapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu anggota keluarga Abu Salamah menjerit-jerit. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Janganlah kalian mendoakan diri kalian kecuali dengan kebaikan. Karena malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.’ Kemudian beliau mendoakan Abu Salamah seraya berkata: ‘Ya Allah, ampunilah Abu Salamah. Angkatlah derajatnya di tengah orang-orang yang mendapatkan hidayah-Mu. Jadikanlah penggantinya pada keturunannya yang masih tinggal. Ampunilah kami dan dia, wahai Rabb sekalian alam. Lapangkanlah dia di dalam kuburnya dan terangilah dia di sana.'” (HR Muslim)[2]

3. Bersabar Demi Mematuhi Perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Ummu Salamah berkata: “Tatkala Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata: ‘Dia orang asing dan mati di bumi perantauan.’ Aku menangisinya sambil menyebut-nyebut kebaikannya. Aku benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menangisinya. Ketika itu ada seorang wanita datang dari daerah Sha’id (kawasan dusun Madinah) ingin membahagiakanku dengan cara ikut menangis dan meratap. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyambut kedatangannya dan berkata: ‘Apakah engkau ingin memasukkan setan ke dalam rumah yang darinya setan telah diusir oleh Allah?’ Beliau mengucapkan kalimat itu dua kali. Maka aku pun berhenti dan tidak menangis lagi” (HR Muslim)[3]

4. Kesetiaan Ummu Salamah kepada Suaminya (Abu Salamah)

Ummu Salamah berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Setiap muslim yang terkena musibah, lalu dia mengucapkan apa yang diperintahkan Allah kepadanya:

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami pasti kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahalanya dalam musibahku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya,” pasti Allah akan memberinya ganti yang lebih baik daripadanya.’ Ummu Salamah berkata: ‘Ketika Abu Salamah meninggal, aku berkata sendiri: “Siapakah di antara orang Islam yang lebih baik daripada Abu Salamah? Dia adalah Ahlul Bait pertama yang hijrah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”‘ Kemudian aku mengucapkan kalimat-kalimat yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut. Ternyata Allah memberiku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai penggantinya.” (HR Muslim)[4]

5. Perkawinan Ummu Salamah dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Ummu Salamah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutus Hathib bin Abi Balta’ah untuk melamarku. Aku berkata: “Aku mempunyai seorang anak perempuan dan aku adalah seorang wanita pencemburu.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Ada pun anak perempuannya itu akan aku doakan kepada Allah agar tidak terlalu tergantung kepadanya, dan aku akan berdoa kepada Allah agar berkenan menghilangkan sifat cemburu itu.” (HR Muslim)[5]

Ummu Salamah mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ketika menikahi Ummu Salamah, tinggal di sisinya selama tiga hari. Beliau berkata: “Kamu tidak usah merasa rikuh terhadap keluargamu. Ambillah hakmu secara penuh. Kalau kamu mau aku akan tinggal bersamamu selama tujuh hari. Dan jika itu yang kamu mau, maka aku pun harus berbuat yang sama terhadap istri-istriku yang lain. Dan jika kamu menginginkan tiga hari, aku akan tinggal bersamamu tiga hari.” Kemudian aku berpaling, dan berkata: “Tiga hari saja.” (HR Muslim)[6]

6. Kepedulian Ummu Salamah terhadap Masalah Umum dan Keseriusannya dalam Mendengarkan Pidato Pemimpin Islam

Ummu Salamah, istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Aku pernah mendengar beberapa orang menyebut-nyebut masalah telaga, padahal aku sendiri belum pernah mendengar hal tersebut dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Pada suatu hari ketika seorang pelayan perempuan menyisir rambutku, aku dengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhotbah dari atas mimbar: ‘Wahai sekalian manusia.’ Mendengar itu aku berkata kepada pelayanku: ‘Tinggalkan aku dulu!’ Pelayanku menjawab: ‘Beliau hanya memanggil kaum laki-laki dan membiarkan kaum wanita.’ Aku berkata: ‘Aku pun termasuk manusia.’ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Aku mendahului kalian berada di telaga itu, datangilah aku, janganlah salah seorang di antara kalian datang, lalu dijauhkan dari aku seperti menjauhnya seekor unta yang sesat sehingga aku bertanya: ‘Mengapa dia?’ Kemudian dikatakan: ‘Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu.’ Aku berkata: ‘Menjauhlah kalian.'” (HR Muslim)[7]

Usamah bin Zaid mengatakan bahwa sesungguhnya Jibril a.s. datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang ketika itu berada di samping Ummu Salamah. Setelah berbincang-bincang dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Jibril pun berdiri dan pergi. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada Ummu Salamah: “Siapakah orang itu?” Ummu Salamah menjawab: “Dia adalah Dihyah.” Selanjutnya Ummu Salamah berkata: “Demi Allah, aku tidak mengiranya selain Dihyah, sampai aku mendengar khotbah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menceritakan bahwa orang itu adalah Jibril.” (HR Bukhari dan Muslim)[8]

Demikianlah uraian singkat yang berkaitan dengan riwayat Ummu Salamah. Aisyah telah menjelaskan apa yang diperbincangkan Jibril dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika itu sebagaimana yang kemudian beliau jelaskan dalam khotbahnya. Aisyah berkata: “Jibril datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –peristiwa ini terjadi sekembalinya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Perang Ahzab– lalu berkata: ‘Engkau sudah meletakkan senjata? Demi Allah, kita belum boleh meletakkannya. Sekarang pergilah kepada mereka!’ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya: ‘Kemana?’ Jibril menjawab: ‘Ini, ke situ.’ Jibril menunjuk ke arah Bani Quraizhah.”[9]

7. Keberanian Ummu Salamah

Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa dia masuk menemui Hafshah, lalu berkata: “Wahai putriku, engkau telah membuat ulah terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sehingga beliau murung seharian.” Hafshah berkata: “Demi Allah, kami memang telah membuat ulah terhadap beliau.” Lalu aku berkata: “Bukankah kamu sudah tahu bahwa aku sudah pernah memperingatkanmu dari siksa Allah dan murka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?” Kemudian Umar berkata: “Setelah itu aku keluar dan pergi menemui Ummu Salamah karena dia masih mempunyai hubungan keluarga denganku. Setelah masalah itu aku ceritakan kepadanya, dia berkata: ‘Sungguh aneh kamu ini, wahai putra al-Khattab! Kamu ingin mencampuri segala sesuatunya, sampai-sampai kamu ingin mencampuri masalah keluarga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan para istri beliau.’ Demi Allah, hatiku benar-benar terketok oleh ucapan Ummu Salamah itu, dan akhirnya aku keluar meninggalkannya …” (HR Bukhari dan Muslim)[10]

8. Ummu Salamah Penuh Perhatian terhadap Anak-anaknya

Ummu Salamah berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Wahai Rasulullah, apakah aku akan memperoleh pahala seandainya aku memberi nafkah kepada Bani Abu Salamah, padahal aku bukanlah orang yang mewarisi mereka sekian dan sekian, sebab mereka itu sendiri adalah keturunanku (anak-anakku)?'” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Tentu, kamu mendapat pahala dari apa yang kamu nafkahkah kepada mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)[11]

9. Ummu Salamah Memiliki Akal Cerdas dan Saran yang Bermanfaat

Miswar bin Makhramah dan Marwan berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar pada waktu peristiwa Hudaibiyah … Setelah mengurus masalah naskah perjanjian (damai dengan orang Quraisy) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada para sahabatnya: ‘Bangkitlah kalian untuk menyembelih kurban, kemudian bercukurlah.’ Miswar berkata: ‘Demi Allah, ternyata seruan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu tidak diperhatikan oleh seorang pun dari mereka, kendatipun beliau sudah mengulang-ulang seruannya itu sampai tiga kali.’ Dengan perasaan kesal, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menemui istrinya, Ummu Salamah, untuk menceritakan masalah tersebut. Dengan sabar Ummu Salamah mengatakan: ‘Wahai Nabiyallah, maukah engkau menerima saranku? Sebaiknya engkau keluar sendirian tanpa perlu berbicara sepatah kata pun kepada seorang pun dari mereka. Engkau sembelih sendiri hewan kurbanmu, kemudian panggillah tukang cukur untuk mencukur rambutmu.’ (Saran itu dituruti oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Beliau keluar tanpa berbicara sepatah kata pun dengan salah seorang dari mereka, sampai beliau melakukan apa yang disarankan Ummu Salamah. Beliau menyembelih hewan kurbannya, lalu memanggil tukang cukur untuk mencukur rambutnya. Melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan yang demikian, akhirnya para sahabat bergegas bangkit untuk menyembelih hewan kurbannya, kemudian mereka mencukur rambut satu sama lainnya …” (HR Bukhari)[12]

10. Ummu Salamah Meriwayatkan Hadits

Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anh memberitahu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersumpah untuk tidak berkumpul dengan sebagian istrinya selama satu bulan. Setelah berjalan dua puluh sembilan hari, beliau datang atau pergi menemui istri-istrinya tersebut. Lantas beliau ditanya seseorang: “Wahai Nabiyallah, engkau telah bersumpah untuk tidak berkumpul dengan mereka selama satu bulan.” Beliau menjawab: “Sesungguhnya satu bulan itu ada yang dua puluh sembilan hari.” (HR Bukhari dan Muslim)[13]

Abu Bakar bin Abdurrahman mengatakan bahwa Marwan menyuruhnya menemui Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anh, untuk menanyakan masalah seorang laki-laki yang pada pagi hari bulan Ramadhan masih dalam keadaan junub: apakah dia boleh berpuasa? Ummu Salamah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah sampai pagi hari bulan Ramadhan dalam keadaan junub karena bersetubuh, dan bukan karena mimpi, lalu beliau tidak berbuka dan juga tidak mengqadha (mengganti) puasanya itu. (HR Muslim)[14]

Ummu Salamah mengatakan bahwa ada seorang perempuan datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, putriku baru saja ditinggal mati oleh suaminya, dan kini dia sakit mata. Apakah aku boleh memberinya celak?’, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Tidak (dua atau tiga kali).” Setelah itu beliau bersabda: “Dia harus berkabung selama empat bulan sepuluh hari, dan kalian tidak perlu meniru kebiasaan wanita jahiliah yang suka memperlama masa ‘iddah dan dilempar dengan kotoran unta pada perputaran awal tahun (pada zaman jahiliah, seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya biasanya ditempatkan di rumah kecil dan jelek, memakai pakaian yang paling jelek, serta tidak boleh memakai wewangian. Setelah lewat satu tahun, dicarilah seekor burung, lalu diusapkan ke kulit wanita itu. Jarang sekali burung yang tidak mati setelah menyentuh kulit wanita seperti itu. Setelah itu baru wanita itu dikeluarkan dari rumah tadi, kemudian dia dilempari dengan kotoran hewan dari belakang. Setelah itu barulah dia boleh memakai wewangian).” (HR Bukhari dan Muslim)[15]

Ummu Salamah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Bakal muncul para pemimpin yang sebagian perbuatannya kamu sukai dan sebagiannya lagi kamu benci. Barangsiapa mengetahui keburukan mereka, dia akan bebas (dari dosa) dan barangsiapa mengingkari keburukan mereka maka dia akan selamat. Tetapi, barangsiapa rela dan mengikutinya, maka dia tidak selamat.” Para sahabat bertanya: “Apakah kami boleh memerangi mereka?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Tidak boleh, selama mereka masih melaksanakan shalat.” (HR Muslim)[16]

Ummu Salamah, istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang minum dengan menggunakan wadah yang terbuat dari perak, berarti dia menggelegakkan dalam perutnya api neraka Jahannam.” (HR Bukhari dan Muslim)[17]

Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anh, berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke tempatku. Ketika itu di sampingku ada seorang banci. Lalu aku dengar dia berkata kepada Abdullah bin Abi Umayyah: “Wahai Abdullah, jika Allah kelak menaklukkan kota Tha’if untuk kamu, maka carilah putri Ghilan, karena dia bertubuh gemuk.” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Dia (banci itu) jangan sampai masuk ke tempat kalian.” (HR Bukhari dan Muslim)[18]

Ummu.Salamah Radhiyallahu ‘Anh mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat di rumahnya seorang pelayan perempuan yang wajahnya merah kehitam-hitaman. Beliau bersabda: “Jampilah wanita itu sebab dia terkena ketajaman mata orang yang hasad (iri).” (HR Muslim)[19]

Ubaidillah bin al-Qibthiyyah berkata: “Al-Harits bin Abi Rabi’ah, Abdullah bin Shaiwan, dan aku ikut bersama mereka berdua menemui Ummu Salamah. Mereka bertanya kepada Ummu Salamah mengenai tentara yang dibenamkan ke bumi, dan hal itu terjadi pada masa Ibnu Zubair.” Ummu Salamah menjawab: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda: ‘Ada orang yang berlindung di Baitullah, kemudian sepasukan tentara dikirim untuk menangkapnya. Ketika tentara itu sampai di suatu tanah kosong, mereka dibenamkan.'” Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang tidak suka atas perbuatan mereka?” Beliau menjawab: “Ikut dibenamkan bersama mereka, tetapi dia akan dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niatnya.”

Abu Ja’far berkata: “Tanah kosong itu adalah tanah kosong Madinah (terletak antara Madinah dan Mekah, sebelum Dzul Hulaifah).” (HR Muslim)[20]

Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anh mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Ammar: “Kamu akan dibunuh oleh kelompok pemberontak” (HR Muslim)[21]



[1] Bukhari, Kitab: Manaqib, bab: Hijrah ke Habsyah, jilid 8, hlm. 189.

[2] Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Tentang menutup mata mayit dan mendoakan ketika dipersiapkan, jilid 3, hlm. 38.

[3] Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Mengurusi Jenazah, jilid 3, hlm. 39.

[4] Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Apa yang diucapkan ketika terjadi musibah, jilid 3, hlm. 37.

[5] ibid

[6] Muslim, Kitab: Persusuan, Bab: Berapa lama harus tinggal bersama istri yang baru saja dinikahi sebelum diboyong, baik istri yang perawan ataupun yang janda? jilid 4, hlm. 173.

[7] Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan, Bab: Penetap telaga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan sifat-sifatnya, jilid 7, hlm. 67.

[8] Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian dalam Islam, jilid 7, hlm. 442. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sababat, Bab: Di antara keutamaan Ummu Salamah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm 144.

[9] Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Kembalinya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Ahzab, jilid 8, hlm. 411.

[10] Bukhari, Kitab: Tafsir surat at-Tahrim, Bab: Firman Allah “Kamu mencari kesenangan istri-istrimu,” jilid 10, hlm. 283. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Masalah ila’ dan menjauhi istri, jilid 4, hlm. 190.

[11] Bukhari, Kitab: Nafkah, Bab: “Dan bagi pewaris juga seperti itu,” jilid 11, hlm. 443. Muslim, Kitab: Zakat, bab: Keutamaan memberikan nafkah dan sedekah kepada karib kerabat, suami dan anak-anak, meskipun mereka musyrik, jilid 3, hlm. 80.

[12] Bukhari, Kitab: Syarat, Bab: Syarat-syarat berjihad dan berdamai dengan musuh perang dan penulisan syarat-syarat tersebut, jilid 6, hlm. 274

[13] Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghindar dari istri-istrinya di selain rumah mereka, jilid 11, hlm. 213. Muslim, Kitab: Puasa, Bab: Sesungguhnya satu bulan itu ada yang dua puluh sembilan hari, jilid 3, hlm. 126.

[14] Muslim, Kitab: Puasa, Bab: Sahnya puasa orang yang mendapati pagi dalam keadaan junub, jilid 3, hlm. 138.

[15] Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: Wanita yang ditinggal mati suaminya berkabung selama empat bulan sepuluh hari, jilid 11, hlm. 413. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Kewajiban berkabung selama masa ‘iddah karena ditinggal mati dan haram hukumnya tanpa alasan tersebut kecuali hanya tiga hari, jilid 4, hlm. 203.

[16] Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Wajib hukumnya mengingkari perintah pemimpin yang menyalahi ajaran agama, namun tidak boleh selama mereka mengerjakan shalat, jilid 6, hlm. 23.

[17] Bukhari, Kitab: Minuman, Bab: Bejana perak, jilid 12, hlm. 199. Muslim, Kitab: pakaian dan perhiasan, Bab: Haram menggunakan wadah yang terbuat dari emas atau perak untuk minum dan sebagainya, jilid 6, hlm. 134.

[18] Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Thaif pada bulan Syawal tahun 8 H, jilid 9, hlm. 105. Muslim, Kitab: Salam, Bab: Larangan bagi lelaki banci masuk ke tempat wanita ajnabi, jilid 8, hlm. 110.

[19] Bukhari, Kitab: Kedokteran, Bab: Menjampi orang yang terserang ‘ain, jilid 12, hlm. 311. Muslim, Kitab: Salam, Bab: diizinkan menjampi orang yang terkena ain, luka lambung, terkena racun, dan pandangan orang hasad, jilid 7, hlm. 18.

[20] Muslim, Kitab: Bencana dan tanda-tanda kiamat, Bab: Pembenaman tentara yang menyerbu Ka’bah, jilid 8, hlm. 166.

[21] Muslim, Kitab: Bencana dan tanda-tanda kiamat, Bab: Kiamat tidak akan terjadi sampai ada seseorang melewati kubur orang lain, lalu dia ingin menggantikan mayit itu lantaran beratnya cobaan dunia, jilid 8, hlm. 186.