Versi Taurat
Kisah ini terdapat di dalam Taurat dalam satu Safar lengkap yang khusus menjelaskannya. Safar ini diberi nama Safar Yunan bin Amatan. Taurat menyatakan bahwa dia adalah salah seorang Nabi Bani Israil.
Yang pasti adalah bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. Nama-namanya terdapat kemiripan dalam lafazhnya. Kisahnya mengandung sebagian kejadian dan peristiwa yang dibicarakan oleh Al Quran dan hadits, walaupun terdapat kekurangan dan perubahan disebabkan oleh penyelewengan yang menimpa Taurat.
Dan sebagian hadits shahih menyatakan bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta.[1]
Nama asli Yunan menurut orang-orang Yahudi adalah Yunatsan, yang berarti pemberian Allah, atau sebagaimana dikatakan oleh para penjelas Taurat, “Yehova memberi” (yakni, Allah memberi). Yehova menurut mereka adalah Allah.[2]
Taurat menyatakan bahwa dia berasal dari kota Palestina yang bernama Jat Hafir (Safar Muluk kedua, Ishah 14 poin 25). Kota ini terletak dekat dengan kota Nashira, sejauh tiga mil darinya.
Salah satu suku Bani Israil bernama Zablun (Safar Yasyu’, Ishah 19 poin 10-16). Oleh karena itu, para penjelas Taurat menguatkan bahwa Yunan berasal dari suku ini. Hanya Allah yang mengetahui kebenaran berita-berita seperti ini.
Taurat mengklaim bahwa Allah mengutus Yunus dari kotanya di Palestina kepada penduduk Ninaway ketika keburukan dan kejahatan merajalela di kalangan mereka, agar dia memperingatkan mereka terhadap adzab dan siksa Allah. Ninaway adalah kota besar dekat kota Maushil di Irak. Lalu Yunus menolak pergi ke kota itu, karena ia takut terhadap keburukan penduduknya. Yunus lari dari Allah Tabaraka wa Taala. Dia naik perahu dari kota Yafa ke kota yang jauh bernama Tarsyisy. Para penafsir Taurat menyatakan bahwa kota ini barada di Maroko atau Spanyol. Aku tidak mengerti bagaimana Yunus menjadi Nabi lalu dia mengira mungkin bisa lari dari Allah.
Ketika perahu sampai di tengah lautan, lautan bergolak dan bergejolak sampai perahu hampir pecah. Maka para penumpang membuang barang bawaan mereka agar perahu tidak karam. Pada saat itu Yunus sedang tidur di bagian bawah perahu. Nakhoda mendatanginya dan membangunkannya. Dia meminta kepada Yunus berdoa kepada Allah agar menyelamatkan mereka dari kesulitan tersebut.
Sebagian penumpang mengusulkan agar dilaksanakan undian, bukan untuk meringankan beban perahu, melainkan untuk mengetahui seorang penumpang penyebab kesulitan yang menimpa mereka. Yunus memperoleh undian. Mereka pun bertanya-tanya tentang kejadian apa yang menimpa Yunus. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengenalnya ketika Yunus naik pertama kali bersama mereka. Ketika mereka mengetahui bahwa Yunus lari dari hadapan Allah, mereka ketakutan. Yunus meminta mereka agar melemparkannya ke laut, sehingga mereka bisa selamat dari murka Allah, karena dia mengetahui bahwa dialah penyebab dari bergolaknya laut. Lalu mereka melemparkannya ke laut. Yunus ditelan ikan besar. Dia tertahan di perut ikan selama tiga hari tiga malam.Taurat menyebutkan doa yang dibaca oleh Yunus kepada Tuhannya. Doanya bukan doa di dalam Al Quran. Allah memerintahkan ikan agar memuntahkannya ke daratan, lalu memerintahkannya agar pergi ke kota Ninaway untuk memberi peringatan kepada penduduknya dan memberitahukan kepada penduduknya bahwa kota mereka akan diadzab setelah empat puluh hari.
Ketika penduduk Ninaway mengetahui peringatan Yunus, mereka pun bertaubat, beriman dan kembali kepada Allah. Mereka berdoa kepada-Nya, maka Allah mengampuni dan menyayangi mereka. Hal ini membuat Yunus kesal dan marah karena Allah menyayangi mereka. Yunus menyalahkan Tuhannya atas ampunan-Nya kepada mereka. Yunus meninggalkan kota. Dia duduk di arah timur dari kota itu di bawah payung yang dibuatnya, untuk melihat apa yang terjadi di kota. Lalu Allah menumbuhkan pohon labu besar yang menaunginya agar dia melupakan kekesalannya. Yunus berbahagia dengan pohon itu. Esok harinya, pada saat terbit fajar, pohon labu itu mengering karena Allah mengirim ulat yang memakannya. Yunus bersedih karenanya, maka Tuhannya mencelanya atas kesedihannya terhadap kematian pohon labu, sementara dia tidak bersedih atas binasanya sejumlah besar penduduk Ninaway.
Dalam Ishah pertama dalam Safar Yunan termaktub, “Tuhan berfirman kepada Yunan bin Amatan, ’Bangkitlah, pergilah ke Ninaway, kota yang besar, serukan padanya karena keburukan mereka telah sampai di hadapan-Ku.”
Maka Yunan pun bangkit untuk pergi ke Tarsyisy dari wajah Tuhan. Dia singgah di Yafa dan menemukan perahu yang berangkat ke Tarsyisy. Dia membayar ongkos dan naik ke atasnya untuk pergi bersama mereka ke Tarsyisy dari wajah Tuhan.
Tuhan mengirim angin kencang ke laut. Maka terjadilah badai besar di laut yang hampir memecahkan perahu.
Para penumpang ketakutan. Semuanya berdoa kepada Tuhan, barang-barang mereka dibuang ke laut untuk meringankan beban perahu.
Yunan sendiri masuk ke lambung perahu, dia tidur nyenyak. Nakhoda mendatanginya dan berkata, “Mengapa kamu hanya tidur? Bangun dan berdoalah kepada Tuhanmu, semoga Tuhan menarik badai ini sehingga kita semua tidak celaka.”
Sebagian penumpang berkata kepada sebagian yang lain, “Kita membuat undian supaya kita mengetahui siapa penyebab kesulitan ini.” Mereka membuat undian. Maka Yunanlah yang meraih undian.
Mereka berkata kepadanya, “Katakanlah apa penyebab semua ini? Apa yang kamu lakukan? Darimana kamu datang? Apa kotamu? Dari bangsa mana kamu ini?” Yunan menjawab, “Aku orang Ibrani. Aku takut kepada Tuhan langit yang menciptakan langit dan bumi.” Maka para penumpang ketakutan. Mereka berkata kepada Yunan, “Mengapa kamu melakukan ini?” Orang-orang mengetahui bahwa dia berlari dari wajah Tuhan karena dia memberitahukan kepada mereka. Mereka berkata, “Apa yang mesti kami lakukan kepadamu agar laut ini bias tenang?” Pada waktu itu laut semakin bergejolak.
Yunan berkata, “Lemparkan aku ke laut, niscaya laut menjadi tenang, karena aku tahu dirikulah penyebab datangnya badai besar ini kepada kalian.” Para penumpang berusaha membelokkan perahu ke daratan, akan tetapi mereka tidak berhasil karena laut semakin bergolak. Mereka berdoa kepada Tuhan, “Ya Rabbi, kami tidak mau celaka disebabkan oleh jiwa laki-laki ini. Janganlah Engkau menjadikan atas kami darah yang bebas, karena Engkau, ya Rabbi, melakukan apa yang Engkau kehendaki.” Kemudian mereka membuang Yunan ke laut, maka laut berhenti bergejolak. Orang-orang sangat takut kepada Tuhan. Mereka menyembelih untuk Tuhan dan bernadzar untuk-Nya. Tuhan menyiapkan ikan besar yang menelan Yunan. Maka Yunan berada di dalam perut ikan besar selama tiga hari tiga malam.
Dalam Ishah kedua tertulis, “Yunan berdoa kepada Tuhannya di dalam perut ikan. Dia berkata, ‘Aku berdoa dari kesulitanku, ya Tuhan, maka perkenankanlah. Aku berteriak dari perut ikan besar maka Engkau mendengar suaraku. Karena Engkau telah melemparkanku ke kedalaman di dasar lautan, aku diliputi oleh sungai, di atasku bergejolak seluruh arus dan gelombang-Mu, maka aku berkata, ‘Aku telah diusir dari hadapan mata-Mu, akan tetapi aku kembali melihat kepada bentuk kesucian-Mu. Air telah meliputiku mencekik nafas, arus deras meliputiku, rumput laut mengelilingi kepalaku. Aku turun gunung yang paling bawah, bumi tertutup atasku untuk selama-lamanya. Kemudian, ya Rabbi, Tuhanku, hidupku naik dari tempat rendah ketika nafasku semakin sulit bagiku. Aku mengingat Tuhan, maka doaku mendatangimu, kepada bentuk kesucianmu orang-orang menjaga kebatilan-kebatilan dusta meninggalkan nikmat mereka. Dengan suara pujian aku menyembelih untukmu dan menunaikan apa yang aku nadzarkan. Ikhlas karena Tuhan.” Maka Tuhan memerintahkan ikan untuk ia memuntahkan Yunan ke daratan.
Dalam Ishah ketiga tertulis, “Kemudian Tuhan berfirman kepada Yunan untuk kedua kalinya, ‘Bangkitlah, pergilah ke Ninaway kota yang besar, serukan kepadanya dengan seruan yang aku sampaikan kepadamu.’
Yunan bangkit. Dia pergi ke Ninaway seperti dalam firman Tuhan. Ninaway adalah kota yang besar bagi Allah, berjarak perjalanan selama tiga hari. Yunan mulai masuk kota dengan perjalanan satu hari. Dia berseru, “Ninaway akan dibalik setelah empat puluh hari.”
Penduduk Ninaway beriman kepada Allah dan mereka menyerukan berpuasa. Mereka memakai pakaian ibadah, baik orang dewasa maupun anak-anak. Hal ini didengar oleh raja Ninaway. Dia pun bangkit dari kursinya, melepas jubahnya, menutup diri dengan pakaian ibadah dan duduk di atas abu. Di Ninaway diserukan bahwa perintah raja dan pembesarnya, “Hendaknya manusia, hewan ternak, sapi dan kambing tidak mencicipi apa pun. Tidak digembalakan dan tidak minum air. Hendaknya manusia menutup diri, demikian pula binatang ternak, dengan pakaian ibadah. Mereka berteriak dengan keras kepada Allah. Setiap orang meninggalkan jalan hidupnya yang buruk dan membuang kedzaliman yang ada di tangan mereka. Semoga Allah kembali dan menyesal dan menghapus adzab-Nya, maka kita tidak binasa.”
Ketika Allah melihat amal mereka, bahwa mereka meninggalkan kehidupan mereka yang buruk, maka Allah menyesal atas keburukan yang telah diucapkannya untuk dilaksanakan kepada mereka. Dia pun tidak melaksanakannya.”
Dalam Ishah keempat termaktub, “Maka hal itu membuat Yunan sangat kesal. Dia marah dan berdoa kepada Tuhan. Dia berkata, ‘Ya Tuhan, bukankah ini adalah ucapanku manakala aku masih di kotaku? Oleh karena itu aku segera berlari ke Tarsyisy, karena aku mengetahui bahwa Engkau mengasihi dan menyayanginya, tidak cepat marah, banyak rahmat dan menyesal atas keburukan. Maka sekaranglah, wahai Tuhan, cabutlah nyawaku dari diriku karena kematianku lebih baik daripada kehidupanku.” Tuhan bertanya, “Apakah kamu marah kepada kebenaran?”
Yunan keluar dari kota itu. Dia duduk di sebelah timur kota. Di sana dia membuat payung dan duduk di bawahnya sehingga dia bisa melihat apa yang terjadi di kota. Maka Tuhan menumbuhkan sebuah pohon labu yang tingginya melebihi Yunan sehingga bisa memayungi kepalanya, agar dia melupakan kesedihannya. Karena pohon labu ini Yunan menjadi sangat bahagia. Kemudian esok harinya di waktu fajar, Allah mengirimkan ulat yang menyerang pohon labu hingga mengering. Dan pada waktu terbit matahari Allah mengirim angin timur yang panas. Matahari memanaskan kepala Yunan dan pohon itu mengering. Lalu Yunus memilih mati untuk dirinya. Dia berkata, “Matiku lebih baik dari hidupku.”
Allah berfirman kepada Yunan, “Apakah kamu marah terhadap kebenaran demi sebatang pohon labu?” Yunan menjawab, “Aku marah kepada kebenaran sampai mati.” Tuhan berkata, “Kamu mengasihi sebatang pohon labu padahal ia bukan hasil keringatmu, bukan pula kamu yang merawatnya. Ia tumbuh di malam apa pun dan kamu meninggalkannya pada malam ketika ia mengering. Apakah aku tidak mengasihi orang-orang Ninaway, kota yang besar di mana terdapat lebih dari dua belas kabilah manusia yang tidak mengenal mana yang kanan dari yang kiri dan ternak mereka yang banyak?”
Komentar Terhadap Versi Taurat
Barangsiapa membaca kisah ini dalam Taurat setelah dia mengetahui kisah yang benar di dalam Al Quran dan hadits yang shahih, maka dia mengetahui bahwa kisahnya telah diselewengkan dan dirubah. Yang tersisa dari kebenaran hanyalah sedikit, ibarat puing-puing yang tersisa dari kota mati. Orang yang mengenalnya dengan baik hampir tidak mengenalinya kecuali dengan usaha keras dan penuh kesulitan.
Tanpa ragu, kisah Yunus adalah benar, bukan khayalan yang direkayasa sebagaimana diklaim oleh sebagian penjelas Taurat. Dan kami tidak mengetahui sejauh mana kebenarannya bahwa Yunus berasal dari bumi Palestina dan diutus oleh Allah ke Ninaway di bumi Irak. Yang nampak bagiku adalah bahwa hal ini tidak benar. Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah tidak mengutus seorang Rasul setelah Luth, kecuali jika dia di puncak nasab kaumnya. Bagaimana bisa Yunus bukan dari penduduk kota di mana dia diutus kepadanya.?! Al Quran secara nyata mengatakan bahwa penduduk kota di mana Yunus diutus kepada mereka adalah kaumnya, “Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus?” (QS. Yunus: 98). Bagaimana bisa mereka adalah kaum Yunus sementara dia dianggap orang asing bagi mereka? Ini adalah pemahaman yang jauh.
Klaim Taurat bahwa Yunus menolak perintah Allah kepadanya agar pergi ke Ninaway adalah klaim yang salah. Tidak mungkin bagi seorang Yunus yang diangkat menjadi Nabi dan Rasul untuk menolak perintah Allah kepadanya. Dan klaim Taurat bahwa Yunus naik perahu sebelum sampai di Ninaway adalah klaim yang salah pula. Hadits secara jelas menyatakan bahwa kejadian itu setelah dia pergi meninggalkan kaumnya karena adzab yang tidak turun kepada mereka.
Hadits menyatakan bahwa para penumpang perahu mengenal Yunus, tidak sebagaimana yang dinyatakan oleh Taurat bahwa mereka tidak mengenalnya. Hadits juga menyatakan bahwa Yunuslah yang meminta agar dilakukan undian, tidak sebagaimana yang dinyatakan oleh Taurat bahwa merekalah yang meminta itu. Hadits menyatakan bahwa undian dilakukan tiga kali, bukan satu kali seperti yang dikatakan oleh Taurat. Hadits menyatakan bahwa Yunus melemparkan dirinya ke laut, tidak seperti Taurat yang menyatakan bahwa merekalah yang melemparkannya.
Taurat menyebutkan bahwa pada saat laut bergejolak Yunus sedang tidur nyenyak, ini tidak benar. Ini menjelek-jelekkan Nabi Yunus. Tidur nyenyak dalam situasi seperti ini bukanlah tabiat orang-orang besar.
Al Quran membenarkan Taurat dalam beberapa hal, seperti ketika Yunus ditelan ikan besar. Akan tetapi Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus mendengar tasbih batu-batu di lautan seperti disebutkan oleh hadits. Dan doa yang dibaca oleh Yunus dalam Taurat bukanlah doa yang disebutkan oleh Al Quran yang sesuai dengan kondisinya. Doa dalam Taurat yang tidak mengandung pengakuan terhadap kesalahannya.
Yang ada di dalam Al Quran dan hadits-hadits shahih adalah bahwa Yunus mengajak kaumnya, orang-orang Ninaway, tapi mereka menolak untuk beriman. Yunus mengancam mereka dengan adzab dan kebinasaan. Begitulah umat-umat para Rasul, mereka tidak diadzab kecuali jika hujjah telah tegak atas mereka. Adapun apa yang dinyatakan oleh Taurat bahwa Yunus dating memberitakan adzab kepada mereka yang akan turun setelah empat puluh hari tanpa peringatan terlebih dahulu dan tanpa pergolakan panjang, menyelisihi apa yang sudah terbiasa dalam urusan dakwah para Rasul kepada kaum mereka.
Taubat penduduk Ninaway dan kembalinya mereka kepada Allah yang disebutkan oleh Taurat dibenarkan oleh Al Quran. Binatang ternak yang dipisahkan dari anak-anaknya yang disebutkan oleh Taurat juga dinyatakan benar oleh hadits. Dan di dalam hal ini, Taurat memuat perincian yang mungkin saja benar, namun pengungkapan penyesalan Allah atas keburukan yang hendak dilakukannya kepada penduduk kota adalah pengungkapan yang buruk lagi salah. Yang benar adalah bahwa Allah menerima taubat mereka dan mengasihi mereka.
Taurat menyatakan bahwa Yunus marah terhadap rahmat Allah kepada penduduk kota lalu dia menyalahkan-Nya. Ini tidak benar. Yang benar adalah bahwa Yunus takut dibunuh karena adzab Allah tidak turun menimpa mereka. Hukum pendusta di lingkungan mereka adalah dibunuh.
Yunus memperingatkan mereka dengan adzab setelah empat puluh hari. Ini salah. Yang benar adalah setelah tiga hari sebagaimana termaktub di dalam hadits.
Taurat menyatakan bahwa Allah menumbuhkan sebuah pohon labu bagi Yunus, dan bahwa pohon itu mongering hingga dia bersedih. Lalu Allah membuat perumpamaan dengannya: dia bersedih atas matinya sebuah pohon, tetapi tidak bersedih atas sebuah umat yang jumlahnya melebihi seratus ribu orang. Ini benar. Akan tetapi tidaklah benar bahwa Allah menumbuhkan pohon labu untuknya setelah dia memperingatkan kaumnya. Dan apa yang secara jelas dinyatakan oleh hadits dan oleh Al- Qur’an secara tersurat bahwa semua itu terjadi setelah Yunus dimuntahkan dari dalam perut ikan.
Di dalam Taurat tidak terdapat banyak perincian seperti termaktub di dalam Al Quran dan hadits. Taurat tidak menyinggung sebab-sebab yang membuat Yunus pergi dari kotanya, yaitu karena takut dibunuh dikarenakan adzab yang dijanjikannya tidak kunjung turun. Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus dimuntahkan oleh ikan besar dalam keadaan sakit seperti anak burung tanpa bulu. Taurat juga tidak berbicara tentang seorang anak muda dengan perincian-perinciannya.
Pelajaran-pelajaran dan Faedah-faidah Hadits
- Hendaknya seorang mukmin teguh di atas perintah Allah dan sabar atas hukum-Nya. Dia tidak sepantasnya terburu-buru dalam urusan di mana Allah mempunyai urusan di dalamnya.
- Dampak taubat dan iman dalam mengangkat kemarahan Allah, murka dan adzab-Nya sebagaimana yang terjadi pada kaum Yunus, bahwa Allah mengangkat adzab dari mereka ketika mereka beriman.
- Kadangkala Allah menguji hamba-hamba-Nya yang shalih jika mereka melakukan penyimpangan terhadap perintah Allah, sebagaimana Dia menguji Yunus. Tetapi Dia menyelamatkan mereka dengan iman, kebaikan dan doa mereka, sebagaimana Yunus selamat dari perut ikan.
- Dampak doa dan pengakuan terhadap kesalahan dalam menyelamatkan diri dari kesulitan. Allah menyelamatkan Yunus karena doa dan tasbihnya. “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang- orang yang banyak bertasbih niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari Kebangkitan.” (QS Ash Shaffat: 143-144)
- Hadits ini menunjukkan kodrat besar Allah. Dia menghentikan perahu hingga tidak berjalan, padahal perahu-perahu yang ada di kanan kirinya hilir mudik. Dia menahan ikan hingga tidak mematikan Yunus yang berada di dalam perutnya. Dia memerintahkannya untuk memuntahkannya dipantai. Dia membuat Yunus mendengar tasbih batu-batu di dasar lautan. Dia membuat pohon dan batu bisa berbicara untuk memberikan kesaksian kepada anak muda.
- Allah mengangkat anak muda penggembala kambing sebagai raja. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Anak muda itu memperbaiki kaumnya selama empat puluh tahun, masa yang panjang.
- Sejauh mana perubahan yang terjadi pada kaum Yunus. Keadaan mereka menjadi baik dan urusan mereka menjadi lurus. Ini dibuktikan dengan turunnya raja mereka dari tahtanya dan menyerahkannya kepada anak muda penggembala yang bertemu Yunus. Dia menyampaikan salam Yunus kepada kaumnya, serta pohon dan daratan berarti untuknya.
- Beratnya dosa dusta. Pada masa umat terdahulu dusta termasuk dosa besar dan pelakunya berhak untuk dibunuh.
- Pada masa selain kaum Yunus terdapat orang-orang yang baik. Para penumpang perahu menolak melemparkan Yunus walaupun Yunus selalu menang undian tiga kali, sehingga Yunus sendirilah yang menceburkan diri.
- Kesalahan yang dilakukan oleh Yunus tidak menodai kedudukannya dan tidak menurunkan kemuliaannya. Dia termasuk Nabi dan Rasul Allah di mana Dia memilih, mengangkat dan mengunggulkan mereka. Rasul kita telah memperingatkan agar jangan ada orang yang mengklaim atau berkata, “Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta,” hanya karena Yunus melakukan kesalahannya. Di dalam Shahih Bukhari Nabi bersabda, “Janganlah kamu berkata, ‘Sesungguhnya aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.” Dalam riwayat lain, “Tidak sepantasnya seorang hamba berkata, ‘Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.“[3]
- Keutamaan doa Dzin Nun. Doanya menjadi doa yang dilontarkan oleh orang-orang yang tertimpa kesulitan, orang-orang yang mandapat kesedihan, dan orang-orang yang dikepung oleh kesusahan dan kesengsaraan. “Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim.” (QS Al Anbiya:87)
- Boleh naik perahu, sebagaimana Yunus melakukannya.
- Sejauh mana kesulitan para Rasul dalam berdakwah kepada Allah dan menghadapi kaum mereka, serta sejauh mana ujian Allah dan cobaan-Nya kepada mereka.
- Ketaatan para makhluk kepada Allah. Ikan besar menelan Yunus sebagaimana yang Dia perintahkan dan ia tidak membunuhnya. Begitu Allah memintanya agar memuntahkan, maka ia melakukannya. Ikan- ikan besar dan ikan-ikan lainnya serta batu lautan, semuanya bertasbih kepada Allah dan Yunus mendengar tasbihnya.
- Koreksi Al Quran dan hadits terhadap berita-berita yang diselewengkan oleh Bani Israil.
- Rasulullah menyebutkan sifat Nabi Yunus pada waktu beliau menunaikan ibadah haji. Sebuah hadits riwayat Muslim dalam Shahih-nya, bahwa Rasulullah mendatangi sebuah jalan di gunung Harsya (gunung dekat Juhfah) dan beliau bersabda, “Seolah-olah diriku melihat Yunus bin Matta di atas unta merah yang gemuk dengan berjubah wol, tali kekang untanya dari sabut, dan dia sedang bertalbiyah.”[4]
[1] Shahih Bukhari, 6/450; Shahih Muslim, 1/152, no. 166.
[2] Qamusul Kitabil Muqaddas, hlm. 1123.
[3] Lihatlah hadis-hadis yang melarang hal ini dalam Shahih Bukhari, 6/450 no. 3412, 3416.
[4] Shahih Muslim, 1/251, no. 166; Musnad Ahmad, 3/352, no. 1854, cetakan Ar-Risalah.