Sebagian pemuda yang mengaku anggota jamaah Islamiyah, dalam berbagai kesempatan masih sering tampak sikapnya yang bertentangan dengan adab lslami.
Masih suka merokok, bertengkar dengan teman, berpacaran, dan lain-lainnya. Hal inilah yang membuat jamaah tersebut banyak dikritik sehingga merasa terbebani.
Memang, dalam kenyataannya masalah seperti ini banyak terjadi di kalangan pemuda yang baru tersentuh da’wah. Mereka masih memerlukan penanganan dan pembinaan. Seperti contoh kasus, ada seorang maha-siswa yang kuliah di Fakultas Ilmu Ekonomi. Jika dita-nya, “Kamu di fakultas apa?”, dia akan menjawab, “Saya di Fakultas Ilmu Ekonomi.”
Jika Anda bertanya kepada seorang mahasiswa tingkat empat di fakultas yang sama, “Kamu di fakultas apa?”, dia akan menjawab, “Saya di Fakultas Ekonomi Managemen.” Apakah keduanya sama?
Ziarah dan pertemuan merupakan obat yang meng-gairahkan bagi seorang teman, dapat membangkitkan semangat, dan meningkatkan kadar ruhani serta menim-bulkan perasaan dihargai keberadaannya. Sehingga perasaannya berkembang dan semangatnya semakin kuat.
Bila kita benar-benar setia setiap waktu dan dalam segala kondisi, berarti kita telah membangun rasa kasih sayang dan membuat teman merasa bangga dan mantap.
Jika kita memahami dan menyadari secara menda-lam, maka kita tidak akan membeda-bedakan satu masalah dengan masalah lain. Kita bagaikan satu tubuh.
Setiap anggota tubuh mempunyai tugas yang berbeda-beda. Maka tidak ada satu muamalah pun kecuali dalam rangka da’wah, agar da’wah tetap berlangsung dan menyebar.
Interaksi da’wah yang tidak memperhatikan kepe-kaan hati dan perasaan, akan menghancurkan sendi-sendi bangunan yang telah ditata. Akibat yang lain adalah akan menjauhkan hati dari kepekaan dan kepedulian.
Barangkali peristiwa yang paling serius yang pernah saya alami dan rasakan sendiri adalah bahwa orang-orang terkenal, —yang majehsnya selalu dihadin banyak orang, baik tua maupun muda— bila sudah dimakan usia maka ia akan sebagaimana makhluk Allah yang lain. Seseorang yang sudah lanjut usia atau terserang suatu penyakit, maka\di hari-hari pertama (sakitnya) akan banyak yang menjenguk dan memperhatikan. Namun, setelah lama berlalu, setelah ia terlelap dalam tidurnya, kesedihan semakin bertambah, kesepian membuatnya tak dapat tidur dan pikirannya mulai menerawang ke masa lalu dan masa depan, akhirnya kesendirian dan kesedihan membuatnya semakin merasa terasing. Pada saat-saat seperti inilah ia lebih memerlukan seorang teman yang datang menjenguknya, menenangkan perasaannya, dan mengubah kondisinya yang menyedihkan dan memprihatinkan.
Kita harus berpikir jauh ke depan, bila suatu saat kita mengalami nasib yang sama seperti mi. Karena segala sesuatu itu selalu diukur dengan kondisi pada masa-masa terakhir.
Apakah beberapa pelajaran dalam tarbiyah itu sudah terpatri dalam hati semua ikhwah, sehingga tidak melupakan kewajiban Islam im, tidak terjerumus dalam halhal yang terlarang, dan tidak memutuskan hubungan persaudaraan?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Hak seorang Muslim atas Muslim yang lain itu lima perkara: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan yang bersin!” (Muttafaq Alaih)