Ma’rifatullah (2)

Medan Berpikir

Ketika Islam mengajak manusia untuk berpikir, sesungguhnya apa yang dikehendakinya adalah berpikir dalam batas kemampuan dan jangkauan akal. Islam mengajak untuk memperhatikan apa yang diciptakan Allah, seperti langit dan bumi, ataupun manusia itu sendiri dan berbagai masyarakat manusia. Islam hanya melarang berpikir tentang dzat Allah, sebab dzat Allah berada di luar jangkauan akal pikiran. Di dalam sebuah hadist riwayat Abu Nu’aim secara marfu’ disebutkan:

“Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu memikirkan tentang dzat Allah, sebab kamu tidak akan dapat memikirkan kadar kedudukan-Nya (sebagaimana mestinya).” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah secara marfu’ kepada Nabi dengan sanad yang lemah tetapi maknanya shahih)

Kitab suci al-Qur’an menyebutkan ratusan ayat yang mengajak untuk memperhatikan tentang alam raya yang terhampar luas dan cakrawalanya yang tak berbatas dan tak bertepi.

“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir tentang dunia dan akhirat.” (QS. al-Baqarah [2] : 219)

Alangkah luasnya dunia yang diserukan Islam (kepada umat manusia) untuk dipikirkannya. Padahal luas dunia ini tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan luasnya akhirat.

Tujuan Berpikir

Di antara tujuan paling mulia yang dikehendaki Islam dari upayanya membangkitkan akal dan memfungsikannya untuk merenung dan memikirkan sesuatu adalah memberi petunjuk kepada manusia agar memahami undang-undang kehidupan, sebab-sebab keberadaan alam, hukum-hukum yang berlaku bagi alam semesta dan berbagai hakikat segala sesuatu, agar supaya petunjuk ini menjadi mercusuar yang dapat menyingkap tentang adanya pembuat dan pencipta alam, dan selanjutnya petunjuk tersebut dapat membimbingnya dengan lembut kepada hakikat yang lebih besar ini, yakni mengenal Allah.

Sesungguhnya ma’rifatullah itu hanyalah hasil kerja akal pikiran yang cerdas dan memperoleh ilham, dan buah pemikiran yang mendalam dan cemerlang.

Inilah salah satu sarana al-Qur’an dalam memberikan pembuktian tentang Allah.

Al-Qur’an menggugah akal pikiran dan membukakan kitab alam yang luas di hadapannya agar dari kitab tersebut ia dapat mengetahui sifat-sifat kesempurnaan Allah, sifat-sifat keagungan-Nya, fenomena kebesaran-Nya, bukti-bukti kesucian-Nya, keluasan ilmu-Nya, kehebatan kekuasaan-Nya dan kesendirian-Nya dalam mencipta dan mewujudkan sesuatu yang baru.

Marilah kita simak dengan penuh perhatian dan kesadaran firman-firman Allah dalam ayat-ayat berikut ini:

“Katakanlah: segala puji milik Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia? Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dari air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain) bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari) kebenaran. Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkannya) dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat(Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa pulakah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Katakanlah: Tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. An-Naml [27] : 59-64)

Bukti manakah yang lebih terang benderang daripada bukti ini, dan hujjah manakah yang lebih kuat daripada hujjah ini? Apabila akal pikiran tidak mau tunduk kepada bukti ini, dan tidak pula mau menyerah kepada hujjah ini, maka sesungguhnya ia tidak akan tunduk kepada bukti apapun, dan juga tidak akan mau menyerah kepada hujjah apapun.

“Dan barang siapa yang tiada diberi cahaya oleh Allah maka tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. An-Nuur [24]: 40)

Seorang penyair berkata:

Tidaklah dapat dibenarkan sedikitpun menurut akal pikiran.

Apabila adanya siang hari masih memerlukan bukti.