Muhammad ‘Allal Al Fasi

(Pemimpin Besar, 1326-1394 H. 1908-1974 M.)

Tempat,Tanggal Lahir dan Masa Kecil Muhammad ‘Allal Al Fasi

Nama penuhnya adalah Muhammad ‘Allal bin Abdul Wahid bin Abdus Salam bin Majdzub Al Fasi Al Fahri. Keluarganya berhijrah dari Maroko ke Andalusia (Spanyol).

Muhammad ‘Allal Al Fasi dilahirkan di kota Fas, Maroko pada tahun 1908. Beliau belajar di Universitas Al Qurawiyin dan mendapatkan ijazah Diploma Tinggi pada tahun 1932. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang begitu komitmen dengan agama, sehingga beliau  mampu menguasai pengetahuan agama dan semangat membela tanah air. Karena itu, sejak menjadi mahasiswa, beliau menjadi tokoh nasional, orator yang ulung, penyair, dan ulama di Maroko.

Muhammad ‘Allal Al Fasi berperanan aktif dalam melawan penjajah Perancis. Perlawanan ini dilakukan melalui berbagai media. Antara lain adalah untuk menyebarluaskan kajian keislaman, menyatakan kepada umat yang berpecah belah agar bersatu, dan memasuki dunia politik untuk menggagalkan rencana busuk penjajah.

Aktivitas dan Jihad Muhammad ‘Allal Al Fasi

Muhammad ‘Allal Al Fasi menentang pemberian hak istimewa kepada orang-orang Perancis dalam mengkaji air di kota Fas. Beliau juga  menentang pengasingan Zhahir Barbari yang  dimaksudkan untuk memecah belah bangsa Maroko  pada tahun 1930. Karena itu, beliau ditangkap oleh  penguasa Perancis. Padahal, saat itu beliau masih duduk di dalam jurusan  diploma dan menjadi guru di  Madrasah An Nashiriyah. Beliau diasingkan ke wilayah  Tazah.

Setelah bebas pada tahun 1931, Muhammad ‘Allal  Al Fasi kembali ke kota Fas. Tidak seberapa lama  kemudian, beliau tanpa sebab yang munasabah telah  dilarang mengajar. Karena itu, beliau memanfaatkan  waktu di kampus Al Qurawiyin untuk menyampaikan kajian ilmiah pada malam hari, mengenai sejarah Islam.

Pada tahun 1933, penguasa Perancis di Maroko  bermaksud untuk menangkap  Muhammad ‘Allal Al Fasi. Lalu  beliau  pergi ke Spanyol dan  Switzerland, untuk bergabung dengan Amir Syakib Arselan dan saudara-saudaranya, para pejuang Islam keturunan Arab dan lainnya.

Pada tahun 1934, Muhammad ‘Allal Al Fasi  kembali ke tanah  air. Kemudian pada tahun  1936, beliau  mendirikan  Persatuan  Pekerja. Pada Tahun  1937, beliau membentuk  Kelompok Rahsia Pekerja Nasional. Tahun 1937, penguasa menangkap dan mengasingkannya ke  Gabon  sehingga tahun 1941.

Kemudian, beliau dipindahkan ke Congo, dari tahun 1941 sehingga tahun 1946. Pada tahun itu, beliau dibebaskan, lalu beliau mendirikan Hizb Istiqlal (Partai Kemerdekaan) bersama rekan-rekannya. Sejak itu, beliau seringkali melawat ke negara-negara Arab dan Barat untuk mengkampanyekan kemerdekaan Maroko dari tangan penjajah Perancis. Ketika kembali ke tanah air pada tahun 1949, beliau tidak dibolehkan masuk oleh orang-orang Perancis. Lalu,  beliau tinggal di kota Tonjah, yang saat itu menjadi negara bagian.

Ketika Raja Muhammad Khamis (V) diasingkan tahun 1953, Muhammad ‘Allal Al Fasi menyeru rakyat Maroko untuk melakukan revolusi menentang Perancis. Ketika saja dikembalikan dari pengasingan dan keadaan  stabil kembali, Muhammad ‘Allal Al Fasi ikut mengurus negara, beberapa saat menjelang wafatnya raja Muhammad Khamis. Ketika itu, pada tahun 1961, beliau menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Keislaman. Namun, pada tahun 1963 beliau dipecat daripada jabatannya.

Setelah itu, Muhammad ‘Allal Al Fasi melakukan perang dingin melalui Partai Kemerdekaan di Majlis Perwakilan Rakyat, karena beliau merupakan salah satu daripada anggotanya. Beliau menjadi Ketua Partai Kemerdekaan dari tahun 1960 – 1967.

Ustadz, guru besar, mujahid, dan pemimpin besar Muhammad ‘Allal Al Fasi adalah salah satu tokoh Islam kontemporer yang memikul amanah dakwah, berjihad di jalan Allah  Ta’ala,  dan menghabiskan usianya untuk memerangi kezaliman, kesewenang-wenangan, dan penjajahan. Beliau pemimpin Partai Kemerdekaan yang pada mulanya didirikan untuk melawan penjajah Perancis dan mengembalikan hak-hak rakyat Maroko.

Ustadz ‘Allal Al Fasi merupakan ulama terkemuka yang memimpin gerakan kemerdekaan bangsa Maroko. Beliau berperanan aktif dalam perlawanan nasional melalui lisan, tulisan, dan fizik. Beliau berkelana ke penjuru negeri untuk memotivasi rakyat agar berjuang melawan musuh Islam yang menjajah negeri, menghina penduduknya, merampas kekayaan, dan menyebarkan kerusakan di dalamnya.

Ketika diasingkan penjajah dan rekan-rekannya, beliau berkelana ke negara-negara Arab, negara-negara Islam, dan dunia internasional untuk mempublikasikan masalah negaranya, memalukan penjajah, mengungkap cara-cara busuk mereka, memperjelas rencana-rencana jahat mereka, menjelaskan cara untuk merebut kemerdekaan, mengembalikan hak-hak bangsa Maroko, dan mengempenkan penegakan syariat Islam.

Sasterawan besar, Ahmad Bakatsir, memberikan penghormatan kepadanya dengan sebuah syair:

aku menyebutmu, wahai filial

saat manusia tertidur

tiada mata yang terjaga selain mataku dan matamu

kesedihan benar-benar mengiris hati nuraniku

keputus-asaan senjata yang merontokkan harapanku

kegelapan malam hampir menghabisi diriku.

karena kegelapan Arab membuat tujuan

kehilangan arah penjajah mengepung bangsa

namun ia tak menyerah

ia tetap tegar

mempertahankan telaga dan mata airnya

aku menyebutmu. hai filial,

tapi sedih menyergapku

tapi aku berusaha mengusir sakitnya kesedihan

seolah aku diasingkan bersamamu

maka bersabarlah

kesabaran telah menjadi popular di kalangan firab

aku senang berjuang untuk keluargaku di Palestina

kijang-kijang,

bukan syair yang meratapi kematianku

Seruan ‘Allal Al Fasi disambut banyak orang, baik di dalam maupun di luar negeri. Pemuda berhimpun di sekitarnya dan menjadikannya pemimpin yang memandu gerakan mereka. Lalu, ia mulai merapikan barisan mereka dan menjelaskan langkah-langkah perjuangan, tahapan-tahapan jihad, dan beban-beban perjuangan. Di lawatannya, ia berhasil berinteraksi dengan beberapa tokoh, pemimpin, dan mujahid berskala internasional, seperri Imam Hasan Al Banna, Muhammad Shalih Harb, Amin Al Husaini, Basyir Al Ibrahimi, Fudhail Al  Wartilani, Hasan Al Hudhaibi, dan lainnya.

Pertemuanku dengan Muhammad ‘Allal Al Fasi

Saya berbahagia karena berkali-kali bertemu Muhammad ‘Allal Al Fasi dan mengambil manfaat dari kajian, ceramah, dan seminarnya. Itu terjadi pada awal tahun 1950an.

Ketika menjadi mahasiswa di Mesir, kami mewakili berbagai suku dari negara-negara Islam. Tetapi, ikatan persaudaraan Islam menjadi landasan terkuat interaksi dan perkumpulan kami. Saat itu, terjadi dialog panjang antara Muhammad ‘Allal Al Fasi dengan mahasiswa utusan dari Maroko. Mereka mendesak Muhammad ‘Allal Al Fasi memerhatikan aspek tarbiyah (pembinaan) dalam memimpin Partai Kemerdekaan, agar aspek politik tidak menjadi warna paling dominan di dalam setiap aktivitas partai.

Muhammad ‘Allal Al Fasi menerima kritikan tersebut dengan hati lapang, hormat, dan senang. Beliau menganggap kritikan sebagai usaha baik dari pemuda Maroko yang telah terwarnai oleh pergerakan Islam kontemporer.

Sikap-sikap Kepahlawan Muhammad ‘Allal Al Fasi

Ustadz Muhammad ‘Allal Al Fasi mempunyai hubungan erat dengan aktivis perjuangan Islam, melakukan koordinasi kerja bersama-sama, mengukuhkan ikatan tatkala menempuh ujian, memberi pembelaan kepada mereka ketika ditekan, dan memperjuangkan cita-cita bersama-sama.

Muhammad ‘Allal Al Fasi berusaha keras meningkatkan perlawanan terhadap kezaliman pemerintah Mesir pada masa Abdun Naser, karena melemparkan aktivis Islam ke penjara dan menghukum gantung tokoh-tokoh Islam seperti Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, Sayyid Quthb, Yusuf Thal’at, Ibrahim Ath Thayyib, Hendawi Duair, Mahmud Abdul Lathif, Abdul Fatrah Ismail, Muhammad Yusuf Hawwasy, dan lain-lain.

Muhammad ‘Allal Al Fasi mengadakan beberapa muktamar dan mengeluarkan pernyataan mengkritik keras kebijakan dan tindakan pemerintah Mesir. Juga menulis makalah panjang tentang jihad para tokoh pergerakan di surat khabar Al ‘Ilm, yang menjadi corong Partai Kemerdekaan. Bahkan, partainya menggelar pertemuan-pertemuan akhbar untuk mengutuk pembantaian keji terhadap dai dan mujahid di negeri Kinanah (Mesir).

Saya tidak sanggup untuk mengungkapkan semua sikap kepahlawanan ‘Allal Al Fasi yang tidak terhitung. Hari-hari berlalu dengan cepat, lalu tibalah kesempatan bertemu dengannya di kunjungannya ke Kuwait.

Terjadi pembicaraan antara saya dengannya tentang keprihatinan dan persoalan yang dihadapi umat Islam, serta cara efektif untuk mengentalkan umat dari kubangan ujian.

Semua pembicaraan, khutbah, ceramah, dan seminar yang disampaikan Muhammad ‘Allal Al Fasi mengandungi tentang pentingnya mengukuhkan aktivitas-aktivitas pemuda. Sebab, mereka generasi terpenting dalam menegakkan risalah Islam. Juga tentang pentingnya pembinaan aqidah bagi mereka, agar mereka menjadi perintis kebangkitan umat Islam yang telah lama tidur.

Umat telah ditipu  pemimpin mereka yang hanya mementingkan keempukkann kerusinya, meskipun harus menghancurkan rakyat, menginjak-injak kehormatan, mengotori tempat-tempat suci, dan merosakkan negeri. Karena itu, beliau berusaha men-tarbiyah pemuda mukmin, mewariskan pengetahuan, serta menularkan pengalamannya di bidang politik, ilmu, jihad, dan perjuangan kepada mereka.

Pemimpin yang telah meninggalkan kita ini aktif di medan dakwah dan mengorbankan apa yang mampu ia berikan. Meskipun kita tidak sependapat dengannya di sebagian ijtihad politiknya, namun kita mengakui sikap-sikap yang beliau ambil berasal dari keyakinannya bahawa Islam satu-satunya cara untuk membebaskan umat dari penderitaan mereka selama ini.

Pengaruh dan Karya-karya Muhammad ‘Allal Al Fasi

Banyak yang mengenal almarhum Muhammad ‘Allal Al Fasi hanya sebagai tokoh politik dan pemimpin nasional. Padahal, beliau merupakan tokoh pemikir Islam dan aktivis dakwah perbaikan yang telah dirintis oleh Muhammad Rasyid Ridha. Beliau juga mempunyai pengalaman luas mengenai fiqh Islam, terutama fiqh Madzhab Maliki dan fiqh perbandingan.

Ijtihad-ijtihad fiqhnya dijadikan hujjah para ulama Maroko, Aljazair, dan Tunisia. Aktivitas-aktivitas politiknya lebih dominan, sehingga perhatiannya kepada fiqh kadangkala dinomorduakan.

Muhammad ‘Allal Al Fasi mengajar di Fakultas Perundangan dan menerbitkan beberapa buku, antara lain:

  • Difa ‘Anisy Syari’ah.
  • Al Himayf Marakisy.
  • As Siyasah Al Barbariyah fi Marakisy.
  • An Naqdu Adz Dzati.
  • Al Harakat Al Istiqlaltyah fil Maghrib Al ‘Arabi.
  • Al Hurriyah.
  • Al Himayah Al Asbaniyah fil Maghrib.
  • Waqi’ul ‘Alam Al Islami.
  • Muhimmatu ‘Umma’d Islam.
  • Manhajul Istiqlaliyah.
  • Ra’yu Muwathin.
  • Nahwa Wahdatin hlamiyatin.
  • Da-iman Ma’asy Sya’b.
  • Anasyid Wathaniyah.
  • Hadits Anit Tabsyir Al Masihi.
  • Kai La Nansa.
  • Al Madkhal li ‘Ulumil Quran wat Tafiir.

Dan masih banyak lagi yang belum tercetak. Muhammad ‘Allal Al Fasi menjadi anggota Majma’ ‘Ilmi Arab (Kelompok Pengkajian Ilmiah Arab) di Damaskus dan Majma’ul Lughah ‘Rabiyah (Kelompok Pengkajian Bahasa Arab) di Kairo.

Muhammad ‘Allal Al Fasi orator ulung, ahli fiqh yang kaya ilmu, ahli politik yang piawai, dan aktivis dakwah yang dinamis. Hail dan akal manusia tertarik kepadanya, serta pemuda berbondongbondong menyambut seruannya. Mereka mengundangnya untuk mengisi halaqab-halaqah ilmiah, kelompok-kelompok mahasiswa, dan seminar-seminar tentang berbagai pemikiran. Mereka mengajukan pertanyaan dan persoalan kepadanya, serta mendiskusikan jalan terbaik untuk membebaskan negara mereka dari neraka penjajahan.

Suatu ketika saya berkesempatan bersama Muhammad ‘Allal Al Fasi, Dr Hasan At-Turabi, dan Ustadz Ibrahim Al Wazir. Kami diundang menghadiri muktamar tahunan Organisasi Mahasiswa Muslim tahun 1968 di Amerika Syarikat. Kami berkesempatan mengelilingi Amerika selama sebulan. Itulah waktu waktu terindahku bersama Muhammad ‘Allal Al Fasi.

Saya dapat mengetahui aspek-aspek keperibadian yang tiada dua, yang terwujud dalam kepahlawanan dan kerja kerasnya.

Ungkapan-ungkapan Muhammad ‘Allal Al Fasi

“Kekuasaan dapat melukai jasad muslim, merampas harta dari kehidupannya, atau mengusirnya dari tanah air dan keluarganya. Tapi kekuasaan tidak mampu merampas keimanannya, menghilangkan kebanggaan pada keislaman dirinya, atau menghapuskan aqidahnya.”

“Umat Islam sangat perlu kembali kepada agama mereka secara murni seperti awal dan memerdekakan diri dari keterbelakangan yang diciptakan penjajah asing. Penjajah yang mengangkangi negeri harus dilawan sehingga mereka tidak dapat memahami atau membuat penganggaran, kecuali dengan tolok ukur penjajah.”

Proyek akhir yang dilakukan Muhammad ‘Allal Al Fasi dan patut disyukuri adalah usahanya mempengaruhi pemerintah agar tidak mendukung pembuatan film tentang Rasulullah Shalallabu Alaihi wa Sallam. yang kandungannya menjatuhkan Rasulullah, agama Islam, dan umat Islam.”

Muhammad ‘Allal Al Fasi pulang ke rahmatullah pada hari Senin 20 Rabi’ul Awal 1394, atau 13 Mei 1974.

Semoga Allah merahmati Muhammad ‘Allal Al Fasi dengan rahmat yang luas dan memberinya balasan yang baik atas amal-amal shalih yang beliau lakukan, serta mengampuni kesalahan-kesalahannya.