Sesungguhnya segala puji itu milik Allah. Kami memuji-Nya dan minta pertolongan hanya kepada-Nya, dan kami minta perlindungan Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal-amal kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada yang dapat menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya.
Mudah-mudahan shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kepada keluarga beliau serta siapa saja yang berjalan mengikuti jejaknya sampai hari kiamat.
Sesungguhnya kaum kolonialis barat bermaksud menghapuskan gambaran jihad yang suci dari benak kaum muslimin. Untuk itu mereka mengadakan serangan jahat terhadap jihad Islam, setelah menara terakhir yang menjadi pusat berkumpul kaum muslimin di muka bumi dilenyapkan.
Propaganda-propaganda kaum orientalis telah termakan oleh sebagian kaum muslimin yang berjiwa polos. Untuk itu mereka menyudutkan kaum muslimin dengan kata-kata berbisa bahwa Agama Islam ditegakkan dengan pedang. Lantas kaum muslimin cepat-cepat membela diri mereka dengan perasaan malu-malu dan minder. Di waktu yang sama, kaum kolonialis mengumpulkan segala macam kekuatan yang mereka miliki untuk memerangi agama (dien) ini dan menghapuskan ajaran-ajarannya. Mereka membikin gerakan-gerakan seperti Qadiani dan Bahai dengan tujuan menghapuskan Al Jihad dan Dienul Islam.
Dan sudah menjadi kebijaksanaan Allah Ta’ala dan menjadi ketetapan-Nya, bahwa Dia senantiasa memunculkan seseorang, pada tiap kurun waktu, yang akan memperbaharui agama ini serta menghidupkan kembali ajaran-ajaran yang telah dimatikan oleh umat Islam.
Pada kurun waktu terakhir ini, kewajiban jihad telah menjadi perkara yang dilupakan oleh umat Islam. Dan dengan takdir Allah, maka datanglah ‘Abdullah ‘Azzam untuk menghidupkan kembali “Faridhah Al Jihad” dalam hati dan perasaan umat Islam. Suatu Faridhah (kewajiban) yang telah ditinggikan Allah sebagai Dzarwatus Sanaam Al Islam (Puncak tertinggi dalam Islam).
Demikianlah Asy Syahid (‘Abdullah ‘Azzam) berdiri tegak dalam usaha mengangkat umat ini ke puncak yang tinggi, sesudah mereka menderita kekalahan atau hampir saja mengalami kekalahan spiritual dalam menghadapi tekanan dan makar kaum orientalis.
Allah telah mengangkatnya tinggi-tinggi untuk menyeru kepada dunia Islam, bahkan ke seluruh dunia tanpa perasaan ragu dan bimbang … “Memang benar, bahwa agama kami tegak dengan pedang…” Dan sesungguhnya bendera tauhid tidak akan mungkin berkibar tinggi di seluruh penjuru dunia kecuali dengan pedang. Karena pedang adalah satu-satunya jalan untuk menghilangkan berbagai macam rintangan dan satu-satunya jalan untuk menegakkan Dienul Islam.
Asy-Syahid telah lebih berjihad di Palestina sebelum bergabung dengan para mujahiddin di Afghanistan. Lantas beluau bertekad tidak akan berhenti berjuang atau meletakkan senjata dari tangannya sebelum melihat tegaknya Daulah Islamiyah dan negeri-negeri Islam yang dianeksasi kembali kepada pemiliknya (yakni kaum muslimin). Ibaratnya beliau adalah Madrasah Jihad yang riil (nyata). Dengan madrasah Jihad tersebut, Asy-Syahid mengembalikan kepercayaan diri umat serta menumbuhkan secercah harapan dalam relung hati mereka bahwa umat ini bisa mencapai kejayaannya kembali jika menjadikan Al Jihad sebagai manhajnya dan melangkah di atas jalan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam serta para sahabatnya.
Demikianlah, Asy-Syahid menjadi pejuang yang gigih. Dia bekerja untuk mengembalikan umat yang telah jauh menyimpang dan lama tersesat ke jalannya semula. Dan kita mendapatkan berita-berita yang menggembirakan itu dengan goncangan para penguasa lalim dan congkak serta hancurnya belenggu yang telah lama mengikat kesadaran umat Islam.
Asy-Syahid telah menjelajahi ayat-ayat tentang jihad dan hadits-haditsnya, lalu dia meniru langkah-langkah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam jihadnya, serta berjalan mengikuti jejak para sahabat dan para tabiin. Ketika Asy-Syahid merasa bahwa pohon agama ini mulai layu dan kering, diapun memantapkan tekadnya untuk menyiram pohon tersebut dengan darahnya.
Orang yang menengok khotbah-khotbahnya, ceramah-ceramahnya serta kuliah-kuliahnya akan merasakan kejujuran kata penyampainya. Adapun bukti yang paling kuat atas hal itu ialah Asy-Syahid telah membuktikan kata-kata tersebut dengan darahnya yang suci. Ucapannya, pidatonya dan kuliahnya telah dia tulis dengan darahnya sesudah dia tulis dengan keringat dan air matanya.
Lembaran yang kami suguhkan kepada para pembaca ini, sesungguhnya merupakan khotbah, ceramah dan pidato yang mencerminkan pemikiran Asy-Syahid ‘Abdullah ‘Azzam yang tidak akan pernah bosan dalam mengingatkan umat Islam akan masa lalunya yang gemilang dan peranannya sebagai pengawas dalam memimpin umat manusia dan sebagai umat yang senantiasa mengangkat bendera jihad serta menyebarkan Aqidah Tauhid di muka bumi.
Maktab Khidmat Al Mujahidin sangat memperhatikan peninggalan-peninggalan Asy-Syahid yang sangat bernilai dan bermanfaat itu. Dan supaya luas manfaatnya, maka Maktab Khidmat mempunyai gagasan untuk menyebarkan kaset-kaset ceramah Asy-Syahid dalam bentuk buku serial. Untuk merealisir gagasan tersebut, maka dibentuklah tim kerja yang bertugas mengerjakan proyek tersebut.
Metode Tim Dalam Bekerja
Setelah tim selesai memilih kaset-kaset yang membicarakan topik yang sama, lalu isi kaset tersebut mereka salin ke dalam bentuk tulisan, mereka teliti dan kemudian mereka ketik. Setelah itu, hasil ketikan tersebut mereka setting, maka dengan demikian tuntaslah proses pertama, yakni penuangan isi kaset. Kemudian naskah tersebut diserahkan kepada tim editor untuk diberi titik koma, diberi catatan kaki ayat-ayat serta hadits-haditsnya baru kemudian dicetak. Maka sempurnalah proses akhir dari pembukuan isi kaset tersebut, yakni sesudah menghiasinya dengan judul-judul terlebih dahulu.
Saudaraku pembaca, kami ucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk mau menelaah ucapan yang dituangkan dalam bentuk tulisan ini. Sesungguhnya ia aslinya adalah gaya retorika yang berbeda sama sekali dengan gaya tulisan atau gaya karangan. Jadi apabila ada pengulangan dalam kata atau kalimat dalam tema Ibadah, maka yang demikian itu memang sudah menjadi ciri dari gaya pidato dan ceramah.
Dan akhirnya, kami persembahkan usaha percobaan yang lahir dari jihad Islami ini, kepada dunia Islam supaya bermanfaat kiranya. Dan isi buku ini bukan hanya terbatas pada cetakan yang bersifat teori dan filsafat, akan tetapi ia merupakan Madrasah Jihad yang telah digambarkan secara nyata oleh pemiliknya sebelum dia menyalinnya dalam bentuk ucapan bagi generasi umat.
Kami mohonkan kepada Allah supaya buku ini bermanfaat bagi umat Islam dan menjadi langkah yang berbarakah dalam perjalanan membangun Daulah Islamiyah.