Pada suatu hari, kami dikejutkan dengan kedatangan seorang pemuda yang memakai huththah (pakaian Arab) dan mengenakan ikat kepala. Ia berbicara dengan dialek Palestina dan memperkenalkan dirinya yang bernaa Adil An-Nasyasyaibani, berasal dari Palestina, dan datang ke Rasyid sebagai imigran. Kami pun menyambut hangat dan gembira atas kedatangannya. Kami lalu berkumpul mengelilinginya sambil mendengarkan dengan saksama kisah yang ia ceritakan kepada kami tentang peperangan yang terjadi di sana antara bangsa Arab dan kaum Yahudi. Kami juga meminta kepada salah satu warung makan yang ada di Rasyid agar menyediakan makanan tiga kali sehari untuk tamu kami, dan memberinya apa saja yang ia inginkan.
Ketika ia datang ke warung makan, yang sering ia minta adalah daging atau ikan. Bila pemilik warung makan itu betanya kepadanya, apa yan ingin dia makan, ia akan segera menunjuk ikan dan berkata, “Dari jenis ini!” Lelaki itu pun menjadi tamu kehormatan kami di kantor Ikhwan. Bahkan, di tengah keluarga Rasyid. Ketika seseorang berjumpa dengannya dan mengetahui bahwa ia berasal dari Palestina, orang itu akan segera menghormati dan memuliakannya.
Sampai akhirnya, Ustadz Syukri datang mengunjungi kami dari Mahmudiyah. Kami lalu memperkenalkan tamu agung yang berasal dari Palestina itu, Adil An-Nasysyaibani, bahwa ia adalah seorang imigran Palestina yang terdampar di Rasyid. Namun, Ustadz Syukri diam sejenak saat memandangnya, lalu melontarkan beberapa pertanyaan yang membuat tamu kami terdesak, bahkan menampakkan gurat kemarahan pada wajahnya.
Ustadz Syukri lalu memanggil kami semua tanpa kehadiran tamu itu dan berkata,”Wahai saudaraku, tidak mungkin seorang pemuda Palestina seperti ini meninggalkan medan jihad dan kabur menuju Rasyid. Orang ini, sesungguhnya, tidak memiliki nilai sedikit pun. Lalu, mengapa kalian semua begitu abai memperhatikan hal ini? Aku yakin bahwa dia adalah seorang penipu ulung.”
Namun, kami berkata kepadanya, “Kami percaya dengan ucapannya setelah mendengar dari para pedagang Rasyid yang mengekspor beras ke negeri Syam bahwa nama An-Nasysyaibani adalah salah satu keluarga besar di Palestina.” Akan tetapi, Ustadz Syukri berkata bahwa itu adalah salah satu seni yang mereka gunakan untuk melakukan penipuan.
Seperti kebiasaannya setiap hari, pemuda Palestina itu keluar meninggalkan Kantor Cabang Ikhwan. Namun, pada hari itu, ia tidak muncul lagi setelah kami mulai mengawasi gerak-geriknya. Ia kabur saat mulai merasakan bahwa kedoknya mulai tersingkap. Tidak lama kemudian, kami baru mengetahui bahwa pemuda yang mengaku berasal dari Palestina itu melakukan hal yang sama di beberapa Kantor Cabang Ikhwan. Kantor Pusat mulai sadar akan masalah ini dan mengirim surat yang mengingatkan agar setiap Ikhwan waspada ketika menghadapi kasus seperti ini.