Mukadimah
Peperangan-peperangan berikut yang kami sebut sebagai “Tahapan Perang Defensif“ merupakan peperangan yang memang bersifat membela diri. Masing-masing dari setiap peperangan ini seperti akan Anda ketahui merupakan tindak balas atau counter attack terhadap persengkokolan atau permusuhan yang dilancarkan oleh kaum musyrikin. Karena itu, peperangan ini hanyalah mencerminkan salah satu tahapan di antara tahapan-tahapan dakwah silam di masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bukan mencerminkan hukum final yang menjadi landasan jihad dalam Islam. Ia hanyalah merupakan salah satu tahapan dakwah yang sebagiannya telah kita bahas seperti tahapan dakwah secara rahasia kemudian dakwah secara terang-terangan.
Kita akan memperoleh gambaran tahapan akhir yang membentuk, bersama tahapan sebelumnya, keseluruhan hukum Islam pada peristiwa-peristiwa pasca perdamaian Hudaibiyah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengisyaratkan tahapan tersebut dalam sebuah sabdanya yang diucapkan seusai perang Bani Quraidah :
“Sekarang kita menyerang mereka dan mereka tidak akan mampu menyerang kita.“ ( HR Bukhari)
Berikut ini adalah peristiwa-peristiwa tahapan pembelaan diri dalam usia dakwah Islam yang pertama. Kami cukupkan dengan menyebutkan hukum-hukum atau pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengannya tanpa menyebutkan rincian atau perbedaan yang amat melelahkan.
Peperangan Pertama Yang Dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Telah kita katakan bahwa Hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang lebih kuat menyebutkan bahwa permulaan disyariatkan peperangan ialah seudah Hijrah. Perintah perang ini dilaksanakan pada bulan Shafar, awal bulan keduabelas sejak hijrah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke Madinah. Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar untuk pertama kali dengan tujuan perang. Peperangan ini dikenal dengan perang “Widan“ yang bertujuan memerangi kaum Quraisy dan Nabi Hamzah.
Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melanjutkan peperangan karena Baniu hamzah menawarkan perdamaian. Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersama para sahabatnya kembali ke Madinah tanpa melakukan peperangan.