Polos, jahil, dan su’uzhzhan, merupakan sebuah kombinasi yang sudah pasti bakal melahirkan ketimpangan dan kesalahan dalam bersikap dan memahami sebuah strategi (baca: siyasah) dalam kehidupan dakwah Islamiyah.
Sikap polos menjadikan sebagian orang terlalu lugu memahami hal-hal zahiriyah yang nampaknya bertentangan dgn doktrin yang selama ini dipegang. Sifat jahil menjadikan mereka tergesa menghukumi sesuatu sebagai sebuah pelanggaran tanpa melihat hikmah dan mashlahat di balik perbuatan tersebut. Dan sikap su’ud dzon menjadikan mereka terlalu tertutup dan eksklusif terhadap apa saja yang dilakukan oleh selain kelompoknya kendati ada alasan-alasan syar’i yang melatarinya.
Sungguh, mereka yang terjangkiti penyakit komplikasi ini, akan berhadapan dengan banyak sekali kenyataan sejarah dari sirah kehidupan Nabi shallalahu alaihi wasallam dan salafus salih khususnya para pemimpin kaum muslimin, yang menempuh sebuah kebijakan dan strategi dakwah kendati zahirnya berseberangan dengan nash atau merugikan posisi kaum muslimin. Sekali lagi secara zahir. Namun di baliknya terkandung hikmah dan mashlahat yang harumnya bak wangi minyak kesturi. Nyawa, harta, dan kehormatan kaum muslimun terjaga. Terlebih, dakwah Islam tetap eksis berjalan tanpa sebarang halangan. Kapan saja penyakit komplikasi ini tidak dicampakkan, maka dikhawatirkan mereka akan terjebak dalam jurang kebinasaan.
Jadi demikianlah, formulasi tiga sifat ini, polos, jahil dan su’ud dzon yang ada dalam diri seseorang atau sebuah kelompok selamanya akan menjadi penyakit dalam perjalanan dakwah ilallah. Potensi umat yang semestinya lebih dioptimalkan menciptakan mashlahat bagi dakwah, habis terkuras menghadapi orang-orang yang terinfeksi penyakit komplikasi ini. Jadi abaikan saja. Sebab penyakit mereka itu lebih disebabkan karena taasshub, dan kesenangan debat kusir. Bukan mencari kebenaran apalagi solusi bagi umat yang saat ini makin terpojok di sudut-sudut peradaban. Wallahul Musta’an.