Rukun puasa secara garis besar ada 2, yaitu; Niat dan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.
1. Niat
Niat diharuskan dalam setiap ibadah. Secara khusus, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan keharusan niat di malam hari sebelum masuk waktu fajar bagi orang yang berpuasa.
Beliau bersabda, “Siapa yang tidak niat untuk berpuasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Daud dan Tirmizi)
Para ulama berpendapat bahwa perkara ini berlaku dalam puasa wajib. Adapun puasa sunah, seseorang boleh memulai niat setelah fajar selama dia belum makan dan minum.
Niat dilakukan di dalam hati. Tidak ada redaksi khusus untuk melafazkannya. Selama seseorang telah memantapkan niat di dalam hatinya bahwa dia besok akan berpuasa Ramadhan, maka hal itu sudah cukup.
Niat dilakukan setiap malam. Ada sebagian ulama yang membolehkan niat sekaligus untuk satu bulan Ramadhan.
2. Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.
Perkara-perkara yang membatalkan puasa telah ditetapkan dalam Al Qur’an dan Sunah. Ada yang yang telah disepakati oleh para ulama, ada pula yang diperselisihkan.
Ada dua perkara yang penting diperhatikan dalam masalah ini. Pertama adalah perkara yang membatalkan puasa (akan dibahas dalam bab berikutnya). dan kedua terkait dengan waktu pelaksanaanya yang berawal dari sejak terbit fajar dan berakhir hingga terbenam matahari.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam.” (QS. Al-Baqarah: 187)
Juga berdasarkan ucapan dan pengamalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam berapa riwayat terkait. Maka, tidak dibenarkan menambah atau mengurangi waktu puasa yang ditentukan berdasarkan syariat.