Setia Semasa Masih Hidup dan Setelah Mati

Saya pernah jatuh sakit beberapa hari, kemudian saya pulang kampung. Saya ingin sekali dikunjungi teman-teman yang saya rindukan. Saya menunggu dering telepon atau ketukan pintu dari teman-teman ter-cinta. Saya membayangkan puluhan di antara mereka yang ingin sekali saya melihatnya. Tetapi semua itu sia-sia belaka.

Saya sempat berpikir tentang penyebabnya seraya bergumam, “Barangkali mereka mengira bahwa doktor melarang mengunjungiku. Atau, barangkali mereka mengira sudah banyak yang mengunjungiku sehingga tidak ingin mengganggu.”

Semuanya husnuzhan.

Dengan satu kejadian ini menunjukkan baliwa ter-nyata banyak ikhwah yang tidak menunaikan kewajibannya. Padahal kewajiban itu tidak dapat gugur karena husnuzhan belaka. Setiap orang punya tanggung jawab pribadi, sehingga tidak menjadi keharusan untuk datang sendiri, bila ada udzur. Barangkali cukup lewat telepon, surat, atau lewat orang lain.

Berapa banyak orang sakit semakin parah sakitnya karena tidak bertemu teman atau saudaranya. Kalau ber-kunjung dalam kondisi seperti ini maka wajib hukumnya. Rasul Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bila ia sakit maka jenguklah!”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala. pada han kiamat nanti akan berfirman, “Wahai bani Adam, Aku sakit, apakah engkau tidak menjenguk-Ku?”

Manusia bertanya, “Ya Rabb, bagai-mana saya menjenguk-Mu padahal Engkau Rabbul ‘Alamin?”

Allah menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa hamba-Ku Fulan sakit, tidakkah kamu menjenguknya? Tahukah kamu, bila kamu menjenguknya kamu akandapati Aku di sampingnya!”

“Wahai manusia, Aku minta makan kepadamu, tidakkah kamu mau memberi-nya?”

Manusia langsung bertanya, “Ya Rabb, bagaimana saya memberi-Mu makan, padahal Engkau Rabbul ‘Alamin?”

Allah menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa ada seorang hamba-Ku yang minta makan, tidakkah kamu memberinya? Tahukah kamu bila kau berikan makanan kepadanya, kamu akan mendapati Aku di sampingnya?”

“Wahai manusia, Aku minta minum kepadamu, tidakkah kamu mau memberinya?”

Manusia bertanya lagi, “Ya Rabb, bagaimana saya memberi-Mu minum, padahal Engkau Rabbul ‘Alamin?”

Allah menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa ada seorang hamba-Ku yang minta minum, tidakkah kamu memberinya? Tahukah kamu bila kau berikan minuman kepadanya, kamu akan dapati Aku di sampingnya?” (HR. Muslim)

Seorang penjenguklah yang harus berusaha menda-tangi rumah saudaranya dengan motivasi ukhuwah dan cinta serta kesadaran pribadi yang muncul dari kerinduan  hati. Maka tidak wajar kalau yang sakit memohon saudaranya agar datang mengunjunginya. Karena ziarah atau kunjungan adalah kewajiban syar’i (agama). Tidak adanya ziarah atau kunjungan akan berpengaruh pada hubungan pribadi, dapat memadamkan api cinta, mele-mahkan semangat, dan mengubah karakter jiwa serta membalik kesedihan yang ringan menjadi perasaan yang penuh kepahitan. Semua itu akan dirasakan, baik oleh yang sakit maupun keluarganya, di tengah ujian yang mendadak sepanjang perjalanan hidupnya.

Interaksi antarsesama ikhwah akan dapat menimbulkan ketenangan batin dan kebahagiaan hati, bahkan dapat membangkitkan rasa optimisme, walaupun tidak dapat diungkapkan. Sesungguhnya ungkapan justru tidak akan mampu mencapai tingkat perasaan, karena interaksi sesama ikhwah memang tidak dapat digambarkan dengan lisan atau penjelasan.

Oleh karenanya, nilai-nilai seperti inilah yang harus merasuki setiap hati yang hidup dan peka dengan penuh keikhlasan, sehmgga seseorang tidak kehilangan eksistensinya dan tidak menyia-nyiakan waktu. Setiap aktivi-tasnya senantiasa sarat dengan ruh kehidupan.

Itulah sebabnya, Ikhwan pada setiap hari raya selalu mengadakan kunjungan kepada putra-putri pejuang yang telah syahid pada perang Palestina, pada pembantaian di tepi sungai, dan di penjara-penjara perang (mili-ter), serta kepada anak-anak para da’i yang telah mencu-rahkan seluruh kehidupannya dalam da’wah Islam.

Alhamdulillah kunjungan ini masih tetap berlangsung hingga sekarang sambil membawa oleh-oleh, walaupun sebagian putra-putri mereka kini telah menjadi tokoh masyarakat. Mereka tetap harus merasakan kesetiaan dan kecintaan saudarasaudaranya, sekalipun peristiwa-nya sudah lama berlalu. Hal itu karena sesuatu yang paling indah dalam kehidupan ini adalah tegaknya nilai-nilai ukhuwah dan saling berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran.