Sifat-sifat Allah yang telah diuraikan di muka semuanya adalah sifat-sifat salbiyah. Adapun sifat-sifat-Nya yang tsubutiyah adalah:
1. Kuasa (Qudrah)
Allah adalah Maha Kuasa, tidak lemah sedikitpun untuk mengerjakan sesuatu. Terjadinya alam semesta ini tiada lain hanyalah merupakan salah satu dari fenomena-fenomena kuasa Allah dan keagungan-Nya. Kuasa Allah di segenap waktu layak untuk mewujudkan segala sesuatu yang mungkin ada atau tidak mewujudkannya.
Berpikir sejenak mengenai langit dan bumi, malam dan siang, hidup dan mati dan segala sesuatu yang berlaku dan yang terjadi setiap saat dapat membimbing manusia untuk mengetahui dan mengenal kuasa Allah. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” (QS. Qaaf [50]: 38)
Allah juga berfirman:
“Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. Al-Mukminun [23]: 80)
Allah berfirman:
“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagiannya) kemudian menjadikannya bertindih-tindih maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan yang seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat, awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya, dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nuur [24]: 43-45)
2. Kehendak (Iradah)
Allah Maha Berkehendak yakni Allah menentukan sesuatu yang mungkin ada dengan sebagian apa yang pantas berlaku untuknya. Allah bebas berkehendak menjadikannya tinggi atau pendek, baik atau buruk, berilmu atau bodoh, ada di tempat ini atau di tempat lain. Allah mempunyai wewenang untuk bertindak dan berbuat terhadap alam semesta ini sesuai dengan kehendak-Nya, keinginan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendaki-Nya. Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)” maka jadilah ia.” (QS. An-Nahl [16]: 40)
Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu menciptakan apa saja yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-sekali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah subhanahu wa ta’ala dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan dengan Dia.” (QS. Al-Qashas [28]: 68)
Allah berfirman:
“Katakanlah: wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran [3]: 26)
Firman Allah:
“Bagi Allah lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syu’ara [42]: 49-50)
Firman-Nya lagi:
“Tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya atas kamu. Mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. Al-Maidah [5]: 6)
“Allah hendak menerangkan (hukum syariah-Nya) kepadamu dan menunjukkanmu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para Nabi dan Shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud memalingkan kamu sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An-Nisaa’ [4]: 26-27)
3. Mengetahui (‘Ilmu)
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang ada, baik yang terjadi di masa lampau, yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi.
Ilmu Allah atau sifat tahu-Nya Allah sama sekali tidak didahului oleh ketidaktahuan, juga tidak akan mengalami lupa. Sifat ilmu-Nya Allah tidak dibatasi dengan waktu dan ruang atau tempat.
Pengetahuan Allah terhadap hal-hal yang bersifat menyeluruh sama saja seperti pengetahuannya perihal perincian-perinciannya. Segala sesuatu yang tampak di alam semesta ini berupa kecermatan susunannya, ketelitiannya dan kekuatan bangunannya, itu semua tiada tara kecuali merupakan bukti keluasan ilmu-Nya dan kesempurnaan kebijaksanaan-Nya.
Allah berfirman:
“Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka dimana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 7)
Allah berfirman:
“Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudh).” (QS. Al-An’am [6]: 59)
Allah berfirman:
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudh).” (QS. Yunus [10]: 61)
4. Hidup (Hayat)
Allah adalah Dzat yang Maha Hidup. Sifat hidup yang membuat pihak yang disifatinya menjadi layak menerima sifat qudrah, iradah, ‘ilmu, sama’ dan bashar. Andaikata Dia tidak hidup maka sifat-sifat tersebut tidak akan ada padaNya.
Hidupnya Allah merupakan hidup yang sempurna dari kehidupan, tidak ada kehidupan yang lebih sempurna dari kehidupan yang dimiliki Allah. Bahkan mengenai hidupnya Allah, akal pikiran manusia tidak dapat memahami hakikatnya, seperti sifat-sifat-Nya yang lain. Hidupnya Allah tidak mengalami ketiadaan dan tidak mengenal kefana’an. Alam semesta tidak mungkin ada kecuali dari Dzat yang Maha Hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan berserah dirilah kamu kepada Dzat yang Maha Hidup yang tidak akan mengalami kematian.” (QS. Al-Furqan [25]: 58)
“Dialah yang Maha Hidup. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Ghafir [40]: 65)
Firman Allah:
“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan yang hidup kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya).” (QS. Thaha [20]: 111)
5. Berbicara (Kalam)
Allah subhanahu wa ta’ala berbicara. Kalam Allah tidak dengan huruf dan tidak pula dengan suara. Allah telah menetapkan sifat ini kepada diri-Nya sendiri dan bahwasanya Dia telah berfirman kepada Musa. Dia berfirman:
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. An-Nisa’ [4]: 164)
Firman-Nya:
“Dan tatkala Musa telah datang (untuk munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan, dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya.” (QS. Al-A’raf [7]: 143)
Allah berbicara kepada para Nabi-Nya. Allah berfirman:
“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu.” (QS. Asy-Syu’ara [42]: 51)
Dan bahwasanya kalimat-kalimat Allah tiada terbatas. Allah berfirman:
“Katakanlah kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al-Kahfi [18]: 109)
Juga firman Allah:
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.” (QS. Luqman [31]: 27)
Sifat kalam ini termasuk sifat-sifat Allah yang telah ditetapkan-Nya terhadap diri-Nya sendiri. Maka kita pun mengimaninya dan tidak perlu mencari hakikatnya. Sebab sifat ini seperti halnya sifat-sifat Tuhan yang lain yang tidak dapat diketahui hakikatnya.
6. Mendengar (Sama’) dan Melihat (Bashar)
Allah subhanahu wa ta’ala Maha Mendengar, dapat mendengar segala sesuatu sehingga Dia benar-benar mendengar langkah semut hitam yang berjalan di atas batu licin di waktu malam yang gelap gulita. Mendengarnya Allah terhadap satu kelompok yang tidak membuat-Nya lengah dari mendengarkan kelompok yang lain, tidak terpengaruh oleh hiruk-pikuk, atau terganggu oleh suatu gangguan apapun, dan tidak mengalami kerancuan karena faktor bahasa.
Allah mendengar sesuatu tanpa menggunakan anggota tubuh, tanpa alat penangkap suara, tanpa telinga maupun daun telinga seperti makhluk.
Di masa Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam seorang wanita mengadukan suaminya kepada Rasulullah, seraya membantah beliau lalu Allah menurunkan firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 1)
Sebagaimana Allah mendengar segala sesuatu maka Dia-pun melihat segala sesuatu dengan penglihatan yang menyeluruh, mencakup segala yang ada. Penglihatan Allah tidaklah menggunakan mata seperti cara melihatnya makhluk.
Allah telah mengutus Harun dan Musa kepada Fir’aun dan Allah telah berfirman kepada keduanya:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. Berkatalah mereka berdua: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau bertambah melampaui batas. Allah berfirman: Janganlah kamu berdua khawatir. Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (QS. Thaha [20]: 42-46)
Allah berfirman:
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat, dan apa yang disembunyikan dalam hati. Dan Allah menghukum dengan kebenaran. Sedangkan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Thaha [40]: 19-20)