Ustadz Hasan Al Banna rahimahullah menyebutkan:
Sikap masyarakat terhadap da’wah beragam. Ada ummat Islam berjiwa mujahid. Sikap kita terhadap mereka adalah loyal, selama mereka loyal kepada kita, meskipun terdapat perbedaan dengan ijtihad-ijtihad kita. Ada juga kaum muslimin yang berdiam diri karena udzur. Sikap kita terhadap mereka adalah da’wah dan nasihat. Ada kaum dzimmi yang tidak melanggar janji, sikap kita dengan mereka adalah sama-sama bertanggung jawab. Ada kaum dzimmi yang merusak perjanjian, berarti mereka menjadi pihak yang patut diperangj. Ada juga pihak yang menjalin janji dan masuk ke dalam negara kita, di bawah jaminan keamanan kita secara bebas, mereka tidak boleh disakiti.
Empat Kelompok Ummat Islam
Di hadapan kita, ada empat kelompok ummat Islam.
Pertama, orang yang percaya terhadap da’wah kita, membenarkan perkataan kita dan tertarik dengan prinsip-prinsip kita. Hatinya merasa puas dan tentram, mengajak mereka agar segera bergabung dan bekerja bersama kami hingga semakin memperbanyak jumlah para mujahidin, dan suara da’wah makin lantang. Tidak ada artinya keimanan tanpa diikuti dengan amal. Tak ada gunanya ‘aqidah yang tak mendorong pemiliknya untuk mewujudkan secara nyata dalam sikap dan pengorbanan di atas jalannya. Demikianlah para as-sabiqunal awalun, orang-orang yang dada mereka diterangi Allah Subhanahu wa Ta’ala. dengan hidayah. Mereka mengikuti para anbiya’, beriman dengan risalahnya dan berjihad di alannya dengan sebenar-benarnya ihad. Mereka akan memperoleh balasan besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala., ditambh pahala orang-orang yang mengikuti mereka, tanpa sedikitpun mengurangi nilai pahala yang diberikan khusus untuk mereka.
Kedua, kelompok orang yang ragu-ragu, belum memperoleh kejelasan tentang kebenaran dan belum mengetahui makna perkataan kami tentang ikhlash dan manfaat. Kami tidak mengabaikan kelompok ini disebabkan keraguannya. Dan kami wasiatkan agar mereka banyak menjalin hubungan dengan kami secara intensif, mmbaca risalah-risalah kami dari jauh maupun dekat, menelaah buku-buku kami, menghadiri acara-acara umum kami, serta mengenali pribadi Ikhwan-Ikhwan kami. Insya Allah, kelak hatinya akan cenderung kepada kami. Demikianlah keadaan orang-orang yang mulanya ragu terhadap pengikut para rasul.
Ketiga, orang yang tak ingin mengerahkan perannya kecuali bila melihat ada keuntungan material di baliknya. Kami mengatakan kepada mereka, bahwa kami tidak dapat mewujudkan angan-angan anda kecuali pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bila Anda ikhlas, dan surga bila Dia mendapati kebaikan Anda. Adapun kami, adalah orang-orang yang tidak memiliki jabatan, miskin harta. Keadaan kami adalah mengorbankan apa yang kami miliki dan mengerahkan semua yang kami sanggupi untuk da ‘wah. Harapan kami berpulang pada ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. semata. Dia-lah sebaik-baiknya Pelindung dan Penolong. Bila Allah berkenan menyingkapkan selaput dan membuka katup ketamakan hatinya, niscaya ia mengetahui Allah mempunyai yang lebih baik dan kekal. Kemudian ia segera bergabung dengan kelompok pejuang agama Allah, mengorbankan hartanya di dunia, semata-mata mengharap pahala dari Allah kelak.
“Apa yang di sisimu akan lenyapl dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang- orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An Nahl: 96)
Bila tidak yang jelas Allah Maha kaya dari siapapun yang tidak memprioritaskan hak Allah dalam hartanya, dunianya, akhiratnya, matinya dan hidupnya. Demikianlah keadaan kaum seperti mereka di zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Mereka menolak berbai’at dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali dengan syarat meraih keuntungan setelahnya. Jawaban Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak lain memberi tahu bahwa bumi Allah akan diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang ia kehendaki, dan semuanya akan dikembalikan untuk mereka yang bertaqwa.
Keempat, orang yang buruk sangka kepada kami, hatinya diliputi purbasangka terhadap da’wah kami. Hanya memandang kami secara negatif, hanya mencaci dan penuh curiga. Mereka menolak untuk melepas sikap tersebut, dan tetap tenggelam dalam kesombongan, hanyut dalam keraguan dan praduganya. Kami berdo’a kepada Allah untuk kami dan dia. Semoga Dia memperlihatkan kebenaran itu adalah benar dan menjadikan kami sebagai pengikutnya. Memperlihatkan kebathilan itu adalah bathil dan menjauhkan kami darinya. Semoga kami dan dia memperoleh petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kami berdo’a untuknya, dan menyeru mereka. Dan kami berdo’a dalam hal ini. Hanya Allah sajalah tempat berharap. Allah Subhanahu wa Ta’ala. telah menurunkan nabi-Nya yang mulia pada kelompok manusia, dan Dia berfirman,
“Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah memberi petunjuk siapapun yang ia kehendaki.” (QS Al Qashash: 56)
Meskipun demikian kami tetap mencintainya, mengharapkan kedatangannya, dan kepercayaannya terhadap da’wah kami. Syi’ar kami terhadapnya sebagaimana ditunjukkan oleh Rasul Musthafa shalallahu ‘alaihi wa sallam dahulu:
“Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui.”[1]