[Allah berfirman:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah?.” (Al A’raf: 185)
“Sesungguhnya dalampenciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau dud.uk atau dalam keadaan berbaring dan merekamemikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (Ali Imran: 190-191)
Dari nash kedua kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal tidak akan tercapai kecuali dengan bertemunya dzikir dan pikir manusia. Apabila kita telah mengetahui bahwa kesempurnaan hati merupakan kesempurnaan manusia maka kita mengetahui pula kedudukan dzikir dan pikir dalam tazkiyatun nafs . Oleh sebab itu para penempuh jalan menuju Allah senantiasa berusaha keras agar dzikir dan pikir dapat berhimpun pada diri seorang penempuh perjalanan spiritual di awal perjalanannya; seperti memikirkan berbagai hal seraya bertasbih, tahmid, takbir atau mentauhidkan Allah. Di dalam Ihya ‘-nya Al Ghazali telah memamaparkan cara-cara tafakkur tentang penciptaan Allah, sekiranya pembaca mencoba setelah membaca beberapa paragrap pembahasan ini untuk merenungkan apa yang disebutkan seraya menyertai pikir tersebut dengan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil niscaya ia akan menyaksikan dampak hal tersebut secara langsung di dalam hatinya sehingga mengetahui pengaruh-pengaruh tafakkur dalam hati dan jiwa.
Sesungguhnya dzikir dan pikir dapat memperdalam ma ‘rifatullah di dalam rati yang merupakan permulaan bagi setiap tazkiyah. Oleh sebab itu Al Ghazali mengemukakan cara-cara tafakkur tentang ciptaan Allah secara panjang lebar. Al Ghazali rahimahullah berkata.]
Cara Tafakkur tentang Makhluk Ciptaan Allah
Ketahuilah bahwa setiap hal yang terdapat di alam wujud ini selain Allah adalah perbuatan Allah dan penciptaan-Nya. Dalam setiap dzarrah dari inti, gejala, sifat atau atribut terdapat berbagai keajaiban dan rahasia yang menunjukkan kebijaksanaan, kekuasaan, kemuliaan dan keagungan Allah. Tetapi hal tersebut tidak bisa dijangkau seluruhnya, karena sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menulis hal tersebut niscaya lautan itu akan mengering sebelum mencapai sepersepuluhnya.
Di dalam Al Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggalakkan tafakkur tentang penciptaan Allah, di antaranya firman Allah: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Ali Imran: 190). Sebagaimana firman Allah: “Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya” dari awal Al Qur’an hingga akhir, maka marilah kita kaji cara-cara tafakkur tentang sebagian tanda-tanda kekuasaan tersebut.
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah manusia yang tercipta dari nuthfah (setetes mani). Sesuatu yang paling dekat denganmu adalah dirimu sendiri. Di dalam dirimu terdapat berbagai keajaiban yang menunjukkan keagungan Allah. Sepanjang hidupnya manusia tidak sanggup mengungkap sepersepuluhnya, sementara Anda bahkan melalaikannya. Wahai orang yang lalai dan tidak tahu akan dirinya sendiri, bagaimana Anda berambisi untuk mengetahui selain dirimu? Allah telah memerintahkanmu untuk mentadab-burkan dirimu sebagaimana disebutkan di dalam kitab-Nya yang mulia: “Dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan?.” (Adz Dzariyat: 21). Dia menyebutkan bahwa engkau diciptakan dari setetes mani yang menjijikkan; “Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya? Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya, kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.” (‘Abasa: 17-22). Allah berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.” (Ar Rum: 20)
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya?.” (Al Qiyamah: 37-38) “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina, kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan?” (Al Mursalat: 20-22)
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.” (Yasin: 77)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur.” (Al Insan: 2)
Kemudian Dia menyebutkan bagaimana setetes mani itu Dia jadikan “segumpal darah”, kemudian “segumpal darah” Dia jadikan “segumpal daging” kemudian “segumpal daging” itu Dia jadikan tulang. Firman Allah: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ….” (Al Mu’minun: 12-14)
Disebutkannya nuthfah (setetes air mani) berulang-ulang di dalam kitab yang mulia ini bukan untuk didengar lafazhnya tanpa dipikirkan maknanya. Sekarang perhatikanlah setetes air mani —setetes air yang menjijikkan, seandainya dibiarkan sesaat saja terkena udara pasti akan rusak dan busuk— bagaimana Allah mengeluarkannya dari tulang sulbi dan tulang rusuk. Bagaimana Dia menghimpun antara laki-laki dan perempuan, menanamkan rasa kasih sayang dan cinta ke dalam hati mereka. Bagaimana Dia menuntun mereka dengan mata rantai cinta dan syahwat kepada per£emuan. Bagaimana Dia mengeluarkan air mani dari orang lelaki dengan gerakan senggama, dan bagaimana mengambil “telur” dari dalam urat darah halus, kemudian bagaimana Dia menciptakan janin dari setetes mani dengan diberi makanan dan minuman hingga tumbuh, berkembang dan besar. Bagaimana setetes mani yang berwarna putih berkilau Dia jadikan segumpal darah berwarna merah, kemudian Dia jadikan segumpal daging,-kemudian bagaimana Dia membagi bagian-bagian nuthfah yang sama dan serupa itu menjadi tulang, urat, sel dan daging? Kemudian bagaimana Dia m’enyusun organ-organ dalam seperti hati, perut, jantung, paru-paru, ginjal, rahim’dan pencernaan, masing-masing memiliki bentuk tersendiri dan ukuran tertentu untuk fungsi khusus. Kemudian bagaimana Dia membagi setiap organ tubuh ini dengan bagian-bagian lain, lalu menyusun mata dari beberapa lapisan, setiap lapisan punya sifat khusus dan struktur tertentu, seandainya salah satu lapisannya tidak ada atau hilang salah satu sifatnya niscaya mata itu tidak dapat melihat.
Sekarang perhatikanlah tulang, la adalah organ yang sangat keras, bagaimana Dia menciptakannya dari setetes mani yang lunak dan lembek, kemudian Dia menjadikannya sebagai penopang badan, kemudian Dia menentukan ukuran-ukuran dan bentuk-bentuknya yang berbeda-beda; ada yang kecil, besar, panjang, pendek, bundar. lebar dan halus. Karena manusia memerlukan gerak dengan seluruh badannya dan sebagian organnya, maka Dia tidak menjadikan tulangnya terdiri atas satu tulang tetapi tulang yang banyak yang dipisahkan oleh sendi-sendi sehingga mudah untuk bergerak. dengan ukuran yang sesuai, kemudian menyambungkan sendi-sendinya dengan urat-urat daging yang ditumbuhkan dari salah satu ujung tulang dan dilekatkan dengan tulang yang lain seperti pengikatannya, kemudian Dia menciptakan pada salah satu ujung tulang ‘benjolan-benjolan’ yang keluar darinya dan pada bagian lain ‘cekungan’ yang masuk ke dalam sesuai dengan bentuk ‘benjolan’ agar bisa masuk ke dalamnya dengan pas, sehingga apabila ingin menggerakkan bagian badannya ia tidak terhalangi. Kalau tidak ada persendian niscaya tidak bisa menggerakkan badannya.
Kemudian perhatikanlah penciptaan tulang kepala, bagaimana Dia menghimpun dan menyusunnya. Dia telah menyusunnya dari 55 tulang yang beraneka macam bentuknya; sebagiannya dipadukan dengan sebagian yang lain sehingga menjadi batok kepala seperti yang Anda lihat. Enam di antaranya berkaitan dengan tulang otak, empatbelas di antaranya berkaitan dengan rahang atas, dua di antaranya berkaitan dengan rahang bawah, dan selebihnya adalah gigi yang sebagiannya tebal sehingga bisa dipakai untuk “menggiling” dan sebagian lagi tajam sehingga bisa dipakai untuk memotong yaitu gigi-gigi taring, gigi geraham dan gigi seri… Kemudian Dia menjadikan tengkuk sebagai penopang kepala, yang tersusun dari tujuh “engsel” yang melingkar dan elastis. Tentang hikmah dari hal yang kami sebutkan ini terlalu panjang untuk dipaparkan.
Kemudian Dia menyusun tengkuk di atas punggung dan menyusun punggung dari bawah tengkuk sampai ujung tulang pinggul terdiri dari 24 “engsel,” dan menyususn tulang pinggul dari tiga bagian yang berlainan lalu dari bawahnya bersambung dengan tulang tungging yang juga terdiri dari tiga bagian.
Kemudian menyambungkan tulang punggung dengan tulang rusuk, tulang lengan, tulang kedua tangan, tulang pinggang, tulang pinggul, tulang kedua paha, tulang kedua betis, jemari kedua kaki dan lain sebagainya. Jumlah tulang yang terdapat pada tubuh manusia sebanyak 248 tulang, selain tulang-tulang kecil yang mengisi celah-celah persendian. Perhatikanlah bagaimana Dia menciptakan semua hal tersebut dari air mani yang lembek dan hina.
Tujuan menyebutkan jumlah tulang ini bukan untuk diketahui jumlahnya semata-mata, karena hal ini merupakan ilmu pengetahuan yang dekat yang bisa diketahui oleh para dokter dan ahli anatomi, tetapi tujuannya ialah agar darinya bisa diperhatikan Pencipta dan Pengaturnya; bagaimana Dia menciptakannya dengan ukuran-ukuran tertentu dan mengaturnya sedemikian rupa. Dia menciptakannya dengan jumlah tertentu sebab seandainya berlebih satu saja niscaya akan menyusahkan manusia untuk mencabutnya. Dokter memperhatikannya untuk diketahui cara pengobatannya sedangkan ahli bashirah memperhatikannya untuk menjadi bukti atas kemuliaan Pencipta dan Pengaturnya. Kedua pandangan ini sungguh jauh berbeda.
Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah ta’ala menciptakan sejumlah organ untuk menggerakkan tulang yaitu urat. Di dalam tubuh manusia Allah menciptakan 529 urat —urat ini terdiri atas daging, syaraf, pembalut dan selaput— yang berlainan bentuk dan ukuran sesuai dengan perbedaan letaknya dan kadar kebutuhannya. 24 urat di antaranya untuk menggerakkan biji dan kelopak mata; seandainya berkurang satu niscaya akan menimbulkan kerusakan pada mata. Demikianlah setiap urat disusun dalam jumlah dan ukuran tertentu. Bahkan urusan syarat. urat nadi, dan pembuluh jauh lebih kompleks dan lebih mengagumkan, yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan. Kemudian dalam tubuh secara keseluruhan terdapat berbagai keajaiban. Demikian pula sifat-sifat dan nilai-nilai yang tidak dapat diketahui dengan panca indra.
Sekarang perhatikanlah zhahir manusia dan batinnya. Perhatikanlah badan dan sifat-sifatnya, niscaya Anda mengetahui berbagai keajaiban dan penciptaan yang menimbulkan decak kekaguman. Semua itu adalah ciptaan Allah dalam setetes air mani yang menjijikkan. Dari sini Anda bisa melihat keagungan ciptaan-Nya dalam setetes air, maka apatah lagi ciptaan-Nya dalam kerajaan langit dan planet-planetnya. Bagaimana Mahabijaksana-Nya dalam penciptaan dan pengaturan semua hal tersebut? Janganlah Anda mengira bahwa satu partikel dari kerajaan langit terlepas dari kebijaksanaan dan aturAn Nya, bahkan ia merupakan penciptaan yang paling cermat, akurat dan lebih rumit ketimbang peciptaan tubuh manusia. Bahkan penciptaan benda-benda di bumi tak bisa dibandingkan dengan berbagai keajaiban kerajaan langit. Oleh sebab itu Allah berfirman:
“Apakah kamu yang lebih sulitpenciptannya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang.” (An Nazi’at: 27-29)
Kembalilah sekarang kepada setetes mani dan renungkanlah keadaannya pertama kali dan bagaimana ia telah menjadi makhluk manusia. Renungkanlah, seandainya jin dan manusia bersatu untuk menciptakan setetes mani menjadi pendengaran, penglihatan, akal, ilmu, ruh, tulang, urat nadi, syaraf, kulit atau rambut; apakah mereka mampu melakukannya? Bahkan seandainya mereka ingin mengetahui hakekatnya dan cara penciptaannya setelah Allah menciptakan hal tersebut niscaya mereka juga tidak sanggup melakukannya. Sungguh mengherankan, jika Anda melihat lukisan manusia di sebuah dinding dengan lukisan yang sangat menarik hingga mirip dengan manusia, lalu orang ;.ang melihatnya pun berucap: Mirip manusia! Maka Anda pun mengagumi karya pelukis dan kehebatannya, padahal Anda mengetahui bahwa lukisan itu lanyalah dibuat dengan cat, kuas, tangan, kemampuan melukis, ilmu pengetahuan dan keinginan. Tak ada sesuatu pun dari lukisan itu yang diciptakan ileh pelukisnya, bahkan berasal dari buatan orang lain. Apa yang dilakukannya nanyalah memadukan antara cat dan dinding dalam sebuah tatanan tertentu. :etapi Anda sudah sangat mengagumi dan mengagungkannya.
Anda mengetahui setetes mani yang menjijikkan itu diciptakan oleh Penciptanya di dalam tulang sulbi dan rusuk. kemudian dikeluarkan darinya dan dibentuk dengan bentuk yang sebaik-baiknya dan dalam ukuran yang serasi. Dia membagi bagian-bagiannya yang serupa menjadi beberapa bagian yang berbeda-beda, kemudian menumbuhkan tulang dengan cermat pada bagian-bagian tersebut, membentuk organ-organnya dengan sangat indah, menghiasai zhahir dan batinnya, mengatur urat-urat dan syaraf-syarafnya, menciptakan alat saluran makannya agar bisa mempertahankan hidupnya, memberinya pendengaran, penglihatan, menciptakan tulang punggung sebagai penopang tubuhnya, perut sebagai penampung makanannya, kepala sebagai penghimpun berbagai inderanya, kemudian membuka mata dan menyusun lapisan-lapisannya dengan bentuk, warna dan struktur yang sangat indah kemudian melindunginya dengan kelopak. Kemudian Dia membuka kedua telinganya dan meletakkan cairan pahit untuk melindungi pendengarannya dan menolak seranggga darinya, dan memagarinya dengan daun telinga untuk menghimpun suara lalu mengembalikannya ke alat pendengarannya, di samping untuk merasakan rayapan serangga. Di dalam telinga juga terdapat lekukan-lekukan agar orang yang tengah tertidur segera terbangun bila ada serangga atau sesuatu rang masuk ke dalamnya. Kemudian Dia memunculkan hidung di tengah wajah dengan bentuk yang sangat indah, membuka kedua lubangnya dan meletakkan indera penciuman di dalamnya untuk membau makanan-makanannya dan menghirup hembusan udara yang menjadi makanan hatinya dan penyegaran batinnya. Kemudian Dia membuka mulut dan meletakkan lidah di dalamnya sebagai juru bicara dan pengungkap apa yang ada di dalam hati, dan menghiasi mulut dengan gigi agar menjadi alat mengunyah dan memotong; Dia memperkuat akar-akarnya, mempertajam ujung-ujungnya, berwarna putih, dan menyusunnya rata ujung-ujungnya seperti mutiara yang tersusun indah. Kemudian Dia menciptakan dua bibir dengan bentuk dan warna yang sangat indah untuk menutup mulut dan menyempurnakan keluarnya huruf-huruf pembicaraan. Kemudian Dia menciptakan tenggorokan dan mempersiapkan-nya sebagai sarana keluarnya suara. Kemudian Dia menciptakan pangkal tenggorokan dalam berbagai bentuk dan ukuran sehingga melahirkan perbedaan suara; tidak ada dua suara yang sama bahkan nampak.perbedaan antar dua suara sehingga pendengar bisa membedakan orang semata-mata melalui suara di ruangan yang gelap. Kemudian Dia menghiasi kepala dengan rambut dan pelipis; menghiasi wajah dengan jenggot dan dua alis mata, dan menghiasi alis dengan rambut yang tipis dan melengkung; dan menghiasi dua mata dengan rambut mata.
Kemudian Dia menciptakan organ-organ dalam dan menundukkan setiap organ untuk fungsi tertentu. Dia menciptakan pencernaan, paru-paru, jantung, empedu dan ginjal dengan fungsinya masing-masing, kemudian menciptakan dua tangan dengan bentuk panjang untuk bisa menjangkau apa yang diinginkan, melebarkan telapak tangan, membagi lima jari, membagi setiap jari dengan tiga lekukan, meletakkan empat jari di satu sisi dan ibu jari di sisi yang lain sehingga ibu jari bisa menjangkau semua jari. Seandainya orang-orang terdahulu dan terkemudian bersatu untuk mencari tbrmasi lain menyangkut letak susunan jemari tidak seperti apa yang sudah ada niscaya mereka tidak sanggup melakukannya; karena dengan susunan seperti itu tangan bisa dipakai untuk mengambil dan memberikan. Kemudian Dia menciptakan kuku sebagai hiasan jari dan alat untuk menggaruk badannya bila diperlukan; seandainya manusia tidak memiliki kuku yang merupakan anggota badan yang paling tidak berharga, lalu ia merasa gatal niscaya ia akan menjadi makhluk yang paling lemah dan tidak ada seorang pun yang bisa menggantikannya dalam menggaruknya; seandainya meminta bantuan kepada orang lain niscaya orang lain tersebut tidak dapat menemukan tempat yang harus digaruk itu kecuali setelah susah payah dan waktu yang relatif lama. Allah menciptakan semua ini dari setetes air mani ketika masih berada dalam rahim dalam tiga kegelapan; seandainya tabir itu dibukakan dan dapat disaksikan niscaya bisa dilihat perencanaan dan gambar tersebut muncul satu persatu, tetapi pembuat gambar dan alatnya tidak bisa terlihat! Apakah Anda pernah melihat pembuat gambar tidak menyentuh alatnya dan pekerjaannya ketika dia membuatnya? Mahasuci Dia! Sungguh Mahaagung ciptaan-Nya dan sungguh nyata dalil-dalilnya.
Kemudian perhatikanlah kesempurnaan rahmat-Nya di samping kesempurnaan kekuasaan-Nya. Sesungguhnya ketika bayi merasakan sempitnya rahim, karena dia semakin besar, bagaimana Allah memberinya petunjuk jalan sehingga bayi itu membalik posisi, bergerak, keluar dari tempat yang sempit itu dan mencari jalan keluar seolah-olah berakal dan melihat apa yang diperlukannya.
Kemudian setelah keluar dan metnerlukan makanan, bagaimana Allah memberinya instink untuk mengenyot tetek? Karena badannya masih sangat rentan tidak bisa menerima makanan yang berat, bagaimana Allah mengaturnya dengan menciptakan susu yang lembut dan dikeluarkannya di antara kotoran dan darah menjadi minuman yang layak dan bersih; bagaimana Dia menciptakan dua tetek dan mengumpulkan susu di dalamnya, menum-buhkan dua puting dalam ukuran yang pas dengan mulut bayi, kemudian membuka pitting dengan satu lubang kecil sekali sehingga susu tidak keluar darinya kecuali setelah diisap secara bertahap. karena bayi tidak kuasa meminumnya kecuali sedikit, kemudian bagaimana Allah memberinya instimk untuk mengisap sehingga dari lubang yang sangat kecil itu dapat mengeluarkan ASI yang banyak bila sedang lapar’?
Kemudian perhatikanlah kasih-sayang, rahmat dan kelembutan-Nya, bagaimana Allah mengakhirkan penciptaaan gigi hingga mencapai usia dua tahun, karena dalam usia dua tahun itulah bayi tidak mengkonsumsi makanan kecuali ASI sehingga tidak memerlukan gigi. Bila sudah besar, ASI tidak cocok lagi baginya dap memerlukan makanan keras, memerlukan kunyahan, sehingga Allah menumbuhkan gigi-giginya sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu dini dan tidak terlambat. Mahasuci Allah, bagaimana Dia mengeluarkan tulang yang keras tersebut dalam isit yang lembek! Kemudian Allah melembutkan hati kedua orang tuanya untuk merawatnya pada saat dia sendiri tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Seandanya Allah tidak melimpahkan rasa kasih-sayang ke dalam hati kedua orang tuanya niscaya bayi itu merupakan makhluk yang paling lemah untuk mengatur dirinya.
Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah memberinya kemampuan, akal, dan, hidayah secara bertahap hingga baligh dan sempurna lalu menjadi puber, kemudian dewasa, kemudian tua, kemudian tua renta; dengan menunjukkan sikap ingkar atau syukur, taat atau bermaksiat, beriman atau kafir, sebagaimana ditegaskan Allah dalam salah satu firman-Nya:
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendakmengujinya (denganperintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (Al Insan: 1-2)
Perhatikanlah kelembutan dan kedermawanan yang ada, kemudian perhatikanlah kekuasaan dan kebijaksanaan yang membuat Anda mengagumi ciptaan-Nya itu.
Tetapi sungguh aneh orang yang menyaksikan lukisan yang sangat indah di sebuah dinding lalu membuatnya mengaguminya dan mengagumi pelukisnya seraya berpikir bagaimana pelukis itu melukisnya dengan kemampuan yang tinggi, lalu dia berkata mengaguminya; Betapa pintar dan sempurnanya pelukis itu! Namun setelah menyaksikan berbagai keajaiban yang ada pada dirinya sendiri dan pada diri orang lain, mengapa ia lupa akan Penciptanya sehingga keagungan, kemuliaan dan kebijaksanaan-Nya tak pernah membuatnya kagum?
Itulah paparan singkat tentang berbagai keajaiban tubuhmu yang tidak dapat dijelaskah semuanya. Ia merupakan objek tafakkur yang paling dekat dan bukti yang paling nyata atas keagungan Penciptanya, tetapi Anda mengabaikannya dan Anda tidak mengetahui diri Anda kecuali ketika Anda merasa lapar lalu makan hingga kenyang dan tidur, bernafsu birahi lalu melampiaskannya dengan jima’, dan marah lalu bertengkar. Semua binatang sama dengan Anda dalam mengenali dan merasakan hal ini. Kelebihan dan kekhususan manusia hanyalah terletak pada ma ‘rifatullah dengan memperhatikan kerajaan langit dan bumi, serta berbagai keajaiban alam dan jiwa, karena dengan hal inilah seorang hamba masuk ke dalam kalangan malaikat muqarrabin dan dikumpulkan dalam kelompok para Nabi dan shiddiqin. Kedudukan ini tidak dimiliki oleh binatang dan tidak bisa juga dicapai manusia yang menikmati dunia dengan naftu binatang. Bila manusia melaku-kan hal ini maka ia lebih buruk dari binatang, karena binatang tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya sedangkan manusia telah diberi Allah kemampuan tersebut kemudian ia mengabaikannya dan mengingkari nikmat Allah; mereka seperti binatang bahkan lebih buruk.
Apabila Anda telah mengetahui cara tafakkur tentang diri Anda maka tafakkurlah tentang bumi yang menjadi tempat tinggal Anda, kemudian tentang sungAl sungainya, gunung-gunungnya, dan tambang-tambangnya. Kemudian meningkatlah kepada kerajaan langit. Sedangkan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya di bumi ialah Dia menciptakan bumi sebagai hamparan, menjadikan-nya mudah bagi manusia untuk berjalan di segala penjurunya, memancangkan gunung-gunung di dalamnya sebagai pasak yang mencegah keruntuhannya. Allah berfirman:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baikyang menghamparkan (adalah Kami).” (Adz Dzariyat: 47-48)
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya.” (Al Mulk: 15)
Allah banyak menyebutkan bumi di dalam kitab-Nya yang mulia agar direnungkan berbagai keajaibannya; punggungnya menjadi tempat menetap bagi makhluk hidup sedangkan perutnya menjadi tempat tidur bagi makhluk mati:
“Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul, orang-orang hidup dan orang-orang mati.” (Al Mursalat: 25-26) Perhatikanlah tanah yang mati. Apabila diturunkan hujan kepadanya, ia menggeliat dan menumbuhkan berbagai tumbuhan yang menakjubkan dan mengeluarkan berbagai rnacam binatang. Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah memperkokoh sisi-sisi bumi dengan berbagai gunung yang kokoh; bagaimana Dia menyimpan air di bawahnya lalu memancarkan berbagai mata air, mengalirkan sungai-sungai di permukaannya; dan mengeluarkan dari batu yang kering dan tanah yang kotor air yang segar.
Dengan air, Dia menjadikan segala sesuatu yang hidup lalu dengannya pula Dia mengeluarkan berbagai rnacam tumbuhan, seperti kurma dan zaitun; dan yang lainnya yang beraneka ragam rasa, warna dan bentuknya. Sebagian rasanya lebih lezat dari yang lain, padahal air dan tempat tumbuhnya sama.
Kemudian kita dapati pula beraneka ragam tabiat tumbuh-tumbuhan, berbagai manfaat dan khasiatnya. Ada yang bisa dimakan, ada yang berkhasiat rienguatkan, mematikan, mendinginkan, memanaskan, dan ada pula yang rerkhasiat membersihkan darah; membuat orang ngantuk dan lain-lain.
Tidaklah satu daun atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dari tanah kecuali memiliki berbagai khasiat yang tidak bisa seluruhnya diketahui oleh manusia. Setiap tumbuhan memerlukan perawatan khusus, seperti pohon korma dan?adi. Sebagian lagi ditanam batangnya. Keterangan singkat tentang beberapa ;enis tumbuhan tersebut sudah cukup untuk menjelaskan cara tafakkur yang diperlukan.
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah lautan yang dalam yang mengitari peniuru bumi, sehingga semua daratan. pegunungan dan bumi bila dibandingkan dengan air laksana sebuah pulau di tengah lautan besar.
Anda telah menyaksikan berbagai keajaiban daratan (pada paparan di atas). Sekarang, perhatikanlah berbagai keajaiban laut karena di dalamnya “erdapat berbagai binatang dan mutiara yang lebih menakjubkan dari apa yang ada di daratan, sebagaimana luasnya beberapa kali luas daratan. Di dalam lautan terdapat binatang-binatang besar yang apabila punggungnya muncul maka Anda pasti akan mengiranya sebuah pulau. Di dalam lautan terdapat ;uga berbagai macam binatang darat seperti kuda, burung, sapi atau “manusia,” bahkan ada beberapa jenis binatang yang tidak terdapat di daratan.
Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan mutiara dan permata di dasar lautan di bawah air. Perhatikanlah Dia menumbuhkan marjan dari batu cadas di bawah air; marjan adalah tumbuhan seperti pohon yang tumbuh dari batu. Kemudian perhatikanlah benda-benda berharga lainnya yang dihasilkan dari laut. Kemudian perhatikanlah berbagai keajaiban perahu, bagaimana Allah menahannya di atas permukaan air, mengangkut para pedagang, mahasiswa, harta kekayaan dan lain sebagainya; Dia menundukkan perahu bagi mereka untuk membawa beban-beban mereka, kemudian mengirim angin untuk menjalankan perahu, kemudian mengenalkan berbagai arah datangnya angin kepada para nelayan berikut waktu-waktunya. Seluruh keajaiban ciptaan Allah di laut tak mungkin dapat dicatat dalam beberapa jilid buku.
Hal yang lebih mengagumkan dari itu semua dan lebih nyata dari semua yang nyata, yaitu cara menurunkan air yang dengannya segala sesuatu di atas permukaan bumi ini hidup, baik binatang ataupun tumbuh-tumbuhan. Seandainya seseorang memerlukan seteguk air minum kemudian dihalangi niscaya ia akan mengerahkan seluruh isi bumi ini untuk bisa mendapatkannya. Sungguh aneh sikap manusia, bagaimana ia mengagungkan dinar, dirham dan permata tetapi melupakan nikmat Allah dalam seteguk air yang apabila sangat diperlukannya ia mau mengorbankan seluruh isi dunia ini untuk mendapatkannya. Perhatikanlah berbagai keajaiban air, sungai, sumur dan laut. Semuanya merupakan objek untuk tafakkur. Semuanya merupakan bakti nyata dan tanda-tanda kekuasaan yang menyatakan dengan bahasa realitas tentang kemuliaan penciptanya, mengungkapkan kebijaksanaan-Nya dalam menciptakan itu semua, menuerukan para pemilik hati seraya menyatakan: Tidakkah kamu melihat aku, gambarku, sifatku, berbagai keadaanku dan banyaknya manfaatku? Apakah kamu mengira bahwa aku diciptakan oleh seseorang dari jenisku? Tidakkah kamu malu melihat satu kata yang terdiri dari tiga huruf lalu kamu memastikan bahwa kata itu dari ciptaan manusia yang mengetahui, berkehendak dan berbicara, kemudian kamu melihat berbagai keajaiban garis-garis ilahiyah yang tertera pada berbagai lembaran wajahku dengan pena Ilahi yang dzat-Nya tidak dapat dijangkau penglihatan, kemudian hatimu melupakan keagungan penciptanya.
Nuthfah (setetes mani) berkata kepada orang-orang yang memiliki pendengaran dan hati, bukan kepada orang-orang yang mengesampingkan pendengaran: Engkau meragukan aku dalam kegelapan bilik pada saat yang menampakkan perencanaan dan pembentukan pada wajahku, lalu para pelukis melukis pelipisku, kelopakku, jidatku, daguku dan mulutku, kemudian Anda melihat proses kemunculan sedikit demi sedikit secara bertahap, tetapi. Anda tidak lukiskan dalam nuthfah itu ataupun di luarnya, juga tidak di dalam rahim atau di luarnya, pun tidak ada berita darinya kepada sang ibu atau bapak, juga tidak kepada nuthfah atau rahim itu sendiri. Tidakkah “Pelukis” ini lebih mengagumkan ketimbang pelukis yang Anda saksikan melukis sebuah gambar menakjubkan dengan pena yang jika Anda perhatikan sekali atau dua kali niscaya Andabisa melakukannya juga. Apakah Anda bisa belajar “seni lukis” dan “penggambaran” yang meliputi bagian dalam dan luar nuthfah bahkan semua bagiannya tanpa menyentuh nuthfah itu dan tanpa berhubungan dengannya baik dari dalam ataupun dari luar? Jika Anda tidak mengagumi keajaiban-keajaiban ini dan tidak bisa memahami bahwa yang “menggambar,” “melukis” dan “menentukan” itu tidak ada pelukis atau penggambar yang dapat menandingi atau menyamai-Nya. Sebagaimana lukisan dan ciptaan-Nya tidak dapat ditandingi atau disamai oleh lukisan dan ciptaan siapapun. Jika Anda tidak mengagumi hal ini maka kagumilah akan ketidak-kaguman Anda itu, karena sesungguhnya ia merupakan hal yang paling mengagumkan? Sesungguhnya hal yang membuat bashirah-uau buta sekalipun hal itu sangat jelas dan hal yang membuatmu tidak mendapatkan kejelasan padahal-hal itu sudah sangat jelas merupakan sesuatu yang perlu Anda kagumi. Mahasuci Tuhan yang memberi petunjuk dan menyesatkan, yang menjadikan orang berbahagia dan sengsara; yang membuka bashirah para kekasih-Nya sehingga dapat menyaksikan-Nya dalam seniua benda paling kecil di dunia ini; yang membuat buta hati para musuh-Nya dan menutup diri-Nya dari mereka dengan kemuliaan dan kesombongAn Nya, bagi-Nya penciptaan dan perintah, karunia Jan keutamaan, kelembutan dan keperkasaan; tidak ada yang dapat menolak iiukum-Nya, dan tidak ada yang dapat menggugat keputusan-Nya.
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah udara yang lembut yang dapat dirasa dengan indera perasa pada saat berhembusnya angin kepada tubuh, tetapi wujudnya tidak dapat dilihat dengan mata; jumlahnya sebanyak satu lautan; burung-burung bergelayutan di udara langit, berlomba dan “berenang” di dalamnya dengan kedua sayapnya sebagaimana binatang-binatang berenang di lautan di dalam air. Apabila Allah menggerakkan udara dan menjadikannya angin yang berhembus; jika suka Dia bisa menjadikannya sebagai rahmat dari-Nya sebagaimana yang difirmankan-Nya: “Dan Kami telah meniupkan angin untukmengawinkan (tumbuh-tumbuhan). “(Al Hijr: 22); atau jika suka Dia bisa menjadikannya sebagai siksa atas makhluk-Nua yang durhaka sebagaimana difirmankan-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang.” (Al Qamar: 19-20)
Kemudian perhatikanlah kelembutan udara, juga kekuatannya bila ditekan di dalam air. Balon berisi udara tak dapat ditenggelamkan ke dalam air oleh orang yang kuat kekar, sedangkan besi keras tenggelam bila diletakkan di atas permukaan air. Perhatikanlah bagaiamana udara tertahan air dengan kuatnya padahal ia sangat lembut? Dengan hikmah inilah Allah menahan perahu di atas permukaan air.
Kemudian perhatikanlah keajaiban-keajaiban udara berikut hal-hal yang muncul padanya berupa awan, halilintar, kilat, hujan, salju dan petir. Ia merupakan keajaiban di antara langit dan bumi. Al Qur’an telah mengisyaratkan tersebut di dalam firman-Nya:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main.” (Ad Dukhan: 38)
Itulah hal yang ada di antara keduanya. Kemudian di beberapa tempat Al Qur’an mengisyaratkan rinciannya, misalnya firman-Nya: “Dan awan yang dikenadalikan antara langit dan bumi.” (Al Baqarah: 164) J
ika Anda tidak mendapatkan apa-apa dari hal ini kecuali bahwa Anda melihat hujan dengan kedua mata Anda dan mendengar petir dengan kedua telinga Anda maka pengetahuan ini juga dimiliki oleh binatang. Karena itu, meningkatlah dari dunia binatang ke dunia makhluk yang tinggi. Anda telah membuka kedua mata Anda lalu Anda mengetahui zhahirnya, maka pejamkanlah mata Anda yang zhahir dan lihatlah dengan bashirah Anda yang batin agar Anda dapat menyaksikan berbagai keajaiban batinnya dan rahasia-rahasianya. Ini juga merupakan masalah yang bisa dijadikan sebagai perenungan panjang.
Perhatikanlah awan tebal yang gelap, bagaimana Anda melihatnya terkumpul di udara yang bersih tanpa mengandung kotoran; bagaimana Allah menciptakannya jika Dia suka dan kapan Dia suka. Sekalipun sangat ringan tetapi membawa air banyak dan menahannya di udara langit sampai Allah mengizinkan pengiriman air dan membagi curahan. Setiap curahan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki Allah dan dalam bentuk yang diinginkan-Nya, sehingga Anda melihat awan mengguyur air ke suatu wilayah dan mengirim beberapa tetesan yang terputus-putus, tanpa bersentuhan antara satu tetes dengan tetesan yang lain, bahkan setiap tetes turun di jalan yang telah ditentukan tanpa meleset sedikitpun, sampai tanah tertentu hanya mendapatkan beberapa tetes hujan saja. Sekiranya generasi terdahulu dan generasi kemudian bersatu untuk mengetahui jumlah air hujan yang turun di satu negeri atau di satu desa pasti tidak akan mampu melakukannya, karena tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali yang menciptakannya. Semua itu merupakan karunia dari Tuhan yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa; keperkasaan dari Tuhan yang Mahamencipta lagi Mahaperkasa; tidak seorang pun dari makhluk-Nya yang bersekutu atau berandil padanya, bahkan tidak ada pilihan bagi kaum Mu’minin kecuali harus menyerah dan tunduk di bawah kemuliaan dan keagungan-Nya. Orang yang bodoh mengatakan, bahwa air hujan turun karena ia berat sesuai dengan tabi’atnya, tidak ada sebab lain. Ia mengira bahwa hal itu merupakan pengetahuan yang ditemukan dan membang-gakan. Seandainya dikatakan kepadanya, ‘Apa arti tabi’at dan apa yang menciptakannya’? Siapakah yang menciptakan air yang bertabi’at berat’? Apakah yang menaikkan air yang ada di bawah pohon ke ujung dahan padahal ia bertabi’at berat’? Bagaimana air itu jatuh ke bawah lalu naik ke atas di dalam pohon sedikit demi sedikit, dengan tidak terlihat sehingga menyebar ke semua ujung daun lalu memasok “makanan” kepada setiap bagian dari setiap daun, kemudian dari urat besar dan panjang di sepanjang daun tersebut tersebar urat-urat kecil —seolah-olah yang besar itu sungai dan apa yang bercabang darinya adalah sungAl sungai kecil kemudian dari sungAl sungai kecil itu menjadi aliran yang lebih kecil darinya, kemudian tersebar darinya berbagai garis-garis jaringan laba-laba yang lembut yang tidak bisa dilihat oleh mata sehingga menyebar ke semua lebar daun— lalu air itu sampai ke dalamnya ke seluruh bagian daun untuk memberikan makanan, menumbuhkan dan menghi-asinya agar tetap segar dan hijau. Demikian pula kepada semua bagian buah-buahan. Jika air bergerak berdasarkan tabi’atnya ke bawah, maka mengapa ia bergerak ke atas? Jika hal itu terjadi karena tarikan grafitasi lalu apa yang menundukkan grafitasi tersebut’? Jika akhirnya kembali kepada Pencipta langit dan bumi, Tuhan yang Mahaperkasa, yang Mahamerajai, lalu mengapa tidak dikembalikan kepadanya sejak awal proses? Akhir orang yang bodoh merupakan awal orang yang berakal.
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah kerajaan langit dan berbagai galaksi yang ada padanua. Ia adalah tanda kekuasaan terbesar. Siapa yang mendapatkan semua keajaiban bumi tetapi tidak mendapatkan keajaiban-keajaiban langit sesungguhnya ia belum mendapatkan apa-apa. Bumi, lautan, udara dan semua benda selain langit dibandingkan dengan petala langit tak ubahnya seperti setetes air di lautan. Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah mengagungkan perkara langit dan bintang-bintang di dalam Kitab-Nya; berapa kali Dia bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menggunakannya seperti firman-Nya:
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang.” (Al Buruj: 1)
“Demi langit dan yang datangpada malam hari.” (Ath Thariq: 1)
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (Adz Dzariyat: 7)
“Dan (demi) langit serta pembinaannya.” (Asy Syams: 5)
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya.” (Asy Syams: 1-2)
“Sungguh Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam.” (At Takwir: 15-16)
“Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al Qur’an. Sesungguhnya sumnah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.” (Al Waqi’ah: 75-76)
Anda telah mengetahui bahwa keajaiban-keajaiban setetes mani yang menjijikkan itu tidak bisa diketaliui oleh generasi terdahulu dan generasi kemudian —padahal Allah tidak memakainya untuk bersumpah— maka bagaimana pula dengan sesuatu yang dipakai Allah untuk bersumpah bahkan Allah mengaitkan rizki dengannya dan menishatkannya kepadanya, firman-Nya:
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rizkimu dan terdapat pula apa yang dijanjikan kepadamu.” (Adz Dzariyat: 22)
Allah juga memuji orang-orang yang merenungkan penciptaannya:
“Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (Ali Imran: 191)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Celaka bagi orang yang membacanya tetapi tidak memikirkannya.” (Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya)
Yakni melewatinya tanpa memikirkannya. Allah juga mencela orang-orang yang berpaling darinya: “Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapatpadanya.” (Al Anbiya’: 32)
Semua lautan dan bumi bila dibandingkan dengan langit sungguh terlalu iauh; ia adalah langit yang kokoh lagi terpelihara dari perubahan hingga tiba ajalnya. Oleh sebab itu, Allah menamakannya dengan “yang terpelihara” sebagaimana di dalam firman-Nya: “Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara.” (Al Anbiya’: 32)
Allah berfirman:
“Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh.” (An Naba’: 12)
“Apakah kamu yang lebih sulitpenciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya.” (An Nazi’at: 27-28)
Perhatikanlah kerajaan langit agar Anda mengetahui berbagai keajaiban kemuliaan dan keperkasaan Allah. Janganlah Anda mengira bahwa makna memperhatikan kerajaan langit itu ialah dengan mengarahkan pandangan mata kepadanya lalu Anda melihat birunya langit dan sinar cahaya bintang, karena binatang pun bisa melihatnya dengan mata. Seandainya hal ini yang dimaksudkan niscaya Allah tidak memuji Ibrahim alaihis salam dengan firman-Nya:
“Dan demikianlah Kamiperlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihat-kannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.” (Al An’am: 75)
Tidak! Tetapi Ibrahim tidak melihat dengan indera mata, karena Al Qur’an mengungkapkannya dengan Al Mulk (kerajaan) dan syahadah (alam nyata). Apa yang tidak dapat dijangkau mata diungkapkan dengan Al ghaib dan Al malakut, sedangkan Allah Mahamengetahui yang ghaib dan yang nyata, tidak ada seorang pun yang bisa meliputi sesuatu dari ilmu-Nya dengan apa yang Dia kehendaki:
“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (Al Jin: 26-27)
Sekarang angkatlah kepalamu ke langit dan perhatikanlah dia berikut gugusan bintang, matahari dan bulannya. Renungkanlah jumlah bintang-bintangnya, aneka ragam warnanya; yang sebagian cenderung kemerah-merahan, sebagian yang lain cenderung keputih-putihan, sebagian lagi cenderung ke warna abu-abu. Kemudian perhatikanlah bentuknya; sebagian berbentuk kalajengking, sebagian yang lain berbentuk unta, srigala, singa dan manusia.
Berbagai keajaiban langit tak dapat dihitung banyaknya. Apa yang telah kami paparkan tidak lain hanyalah mengingatkan jalan berpikir. Saya yakin, secara umum, bahwa dalam setiap bintang Allah mempunyai banyak hikmah penciptaan, baik menyangkut bentuk, ukuran atau warna, posisinya di langit, kedekatan dan kejauhannya dari garis tengah langit, kedekatan dan kejauhannya dengan berbagai gugusan bintang yang ada di sekitarnya. Analogikanlah hal tersebut dengan apa yang telah kami sebutkan tentang anggota tubuh Anda, sebab setiap bagian dari tubuh memiliki hikmah bahkan banyak hikmah. Apalagi perkara langit jauh lebih besar, tak dapat dibandingkan dengan alam bumi. Janganlah Anda melihat semata-mata kepada langit dengan keagungan–ya danbintang-bintangnya yang banyak itu, tetapi lihatlah kepada Penciptanya ragaimana Dia menciptakannya kemudian menahannya tanpa tiang dan tali yang kamu lihat.
Mahasuci Tuhan yang mengenalkan para hamba-Nya apa yang telah diperkenalkan-Nya kemudian berfirman kepada mereka semua: “Dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan sedikit.” (Al Isra’: 35)
Demikianlah penjelasan berbagai hal yang menjadi objek perenungan para pemikir yang memikirkan ciptaan Allah, bukan tentang dzat Allah. Kegiatan memikirkan ciptaan Allah ini tidak ayal lagi pasti melahirkan ma’rifah icntang Pencipta berikut keagungan, kemuliaan dan kekuasaan-Nya. Semakin ranyak Anda mengetahui keajaiban ciptaan Allah, semakin sempurna pula pengetahuan Anda tentang kemuliaan dan keagungan-Nya. Hal ini tak ubahnya seperti Anda mengagungkan seorang cendekiawan karena Anda mengetahui ilmu yang dimilikinya. Semakin banyak Anda mengetahui keajaiban karyanya aiau sya’irnya semakin bertambah pula pengetahuan Anda dan penghormatan Anda terhadapnya, sehingga setiap kata dan setiap bait yang mengagumkan akan menambah derajatnya di dalam hati Anda. Demikian pula perenungan tentang ciptaan Allah. Semua yang ada di alam (wujud ini adalah ciptaan-Nya yang tak ada habisnya untuk direnungkan. Setiap hamba akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dikaruniakan.
Semua hal yang kita perhatikan juga diperhatikan oleh orang-orang penganut naturalisme sehingga cara pandangnya yang naturalistik itu menjadi sebab kesesatannya, sedangkan orang yang mendapatkan taufiq (dari Allah) memandangnya dengan cara pandang yang benar sehingga menjadi sebab hidayah dan kebahagiaannya. Tidaklah sebutir atom di langit atau di bumi kecuali dengannya Allah menyesatkan dan memberi hidayah siapa yang dikehendaki-Nya. Siapa yang melihat perkara tersebut sebagai perbuatan Allah naka ia akan mendapatkan ma’rifah tentang kemuliaan dan keagungan Allah serta mendapatkan hidayah dengannya. Barangsiapa melihatnya semata-mata?ebagai sesuatu yang saling mempengaruhi tanpa melihat kaitannya dengan Penyebab segala sebab maka ia celaka. Kita berlindung kepada Allah dari cesesatan. Semoga Allah menjauhkan kita dari ketergelinciran kaki sebagaimana yang dialami oleh orang-orang yang tidak mengetahui karunia, kedermawanan, keutamaan dan rahmat-Nya.”