Tanggung Jawab Besar

Tanggung jawab terbesar kita adalah melakukan tajdid (pembaruan) dan naql (alih generasi). Yakni pembaruan ajaran Islam dan proses perubahan terhadap pribadi muslim dari satu kondisi ke kondisi yang lain dan perubahan umat Islam dari satu fase ke fase yang lain.

1.   Tentang Ikhwanul Muslimin, melalui penjelasan Ustadz Hasan Al-Banna, kita mendapati dua fenomena

Pertama, Ikhwan sebagai sebuah jamaah yang memusatkan perhatian pada pelayanan umum. Ia ikut bersama-sama dengan semua jamaah Islam yang ada untuk berkhidmat kepada masyarakat umum dengan berbagai sarana.

Kedua, Ikhwan sebagai sebuah gerakan pembaruan. Hasan Al-Banna telah memfokuskan perhatiannya pada fenomena yang kedua ini, karena aspek inilah yang terpenting. Di antara fenomena pembaruan dalam gerakan ini ialah Ikhwan memahami betul berbagai kebutuhan amal islami dewasa ini, yang selama ini diabaikan oleh umat Islam sendiri. Islam memerlukan sebuah gerakan yang menyeluruh, yang menjadikan seorang muslim bisa merasakan bahwa dirinya muslim, merasakan bahwa kita hidup secara bersama-sama, juga merasakan ketertarikan secara umum dengan Islam dan kaum muslimin, serta merasakan pula ikatan khusus dengannya.

Di samping itu, kita membutuhkan gerakan secara menyeluruh yang dimulai dengan pengenalan Islam, dilanjutkan dengan proses takwin (pembinaan) secara detail, dan berakhir dengan pelaksanaan secara menyeluruh untuk mewujudkan tujuan besar yang telah Allah tugaskan kepada setiap muslim untuk mewujudkannya, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Untuk mewujudkan semua ini, Islam membutuhkan sebuah jamaah yang mampu menggerakkannya. Sedangkan jamaah itu sendiri –untuk bisa tegak—memerlukan konsep dan tata nilai yang komprehensif.

Tentang dakwah kita, Ustadz Hasan Al-Banna berkata, “Bersama kita, ia akan tegak sebagai salah satu dari berbagai dakwah pembaruan bagi kehidupan umat dan bangsa-bangsa yang telah menggariskan sebuah manhaj baru yang diyakini dan dijadikan sebagai panduan.” Berkaitan dengan aspek terakhir ini beliau berkata, “Akan tetapi, inti dakwah mereka (Ikhwan) adalah fikrah (pemikiran) dan aqidah. Mereka tancapkan keduanya dalam jiwa semua orang, mereka bangun opini umum dengannya, dan mereka yakinkan semua hati kepadanya sehingga berhimpunlah semua ruh di sekelilingnya. Itulah prinsip-prinsip amal untuk dan bersama Islam di berbagai sektor kehidupan.”

Pada bagian lain beliau berkata, “Sarana-sarana umum dakwah ini tidak berubah, tidak diganti, dan tidak  akan melampaui tiga hal berikut: iman yang mendalam, pembinaan yang cermat, dan aktivitas yang tiada putus-putusnya.”

Di tempat yang lain beliau berbicara tentang unsur yang harus ada dalam gerakan ini, yakni: manhaj yang shahih, mukmin yang aktif, serta pemimpin yang tegas serta terpercaya.

Dari pemaparan sekilas tentang poin-poin ini kita mengetahui tanggung jawab besar yang pertama bagi kita, yakni proses pembaruan di tengah umat Islam. Selain itu kita juga mengetahui salah satu unsur penting yang diperlukan oleh proses tersebut, yang menurut istilah Imam Syahid adalah: Pemimpin yang tegas dan terpercaya. Setiap langkah yang tidak bertolak dari permulaan ini adalah langkah yang rapuh dan tidak akan dapat bertahan. Selain itu ia tidak dapat memainkan peran pentingnya. Dari itu maka titik awal adalah sebuah kepemimpinan yang mampu melakukan pembaharuan, mewujudkan cita-cita, memutuskan, melakukan perubahan dan menunaikan semua kewajiban. Untuk memenuhi hajat Jamaah dan umat ini sekaligus, maka pencarian unsur-unsur kepemimpinan Islam, lalu melatih dan memberinya peran yang tepat, merupakan hal penting dan pokok di medan amal islami. Jalan menuju ke sana harus ditempuh dengan kecermatan yang tuntas.

Mudah-mudahan risalah yang akan dibahas ini akan dapat memnenuhi satu dari tanggung jawab tersebut. Kepemimpinan yang kita idam-idamkan ini hendaknya dapat mewujudkan iman yang mendalam, mengomando proses pembinaan yang cermat, dan membiasakan amal yang berkesinambungan, seiring dengan manhaj yang shahih dan bekerjasama dengan para aktivis muslim lainnya.

Apakah syarat-syarat kepemimpinan ini? Apa saja sifat-sifatnya? Bagaimanakah ia bekerja? Bagaimanakah ia bertindak? Bagaimanakah moralitas dan kecakapannya, perencanaan dan kapasitasnya? Bagaimana pula pola geraknya, sarananya, dan lain-lainnya? Semua ini harus jelas semenjak awalnya.

2.   Mengubah umat sebagai prolog mengubah dunia

Tanggung jawab pertama Jamaah atau pimpinannya adalah mengubah kondisi pribadi muslim dan selanjutnya kaum muslimin. Orang muslim kini lemah rasa keislamannya dan lemah pula penisbatan dirinya kepada Islam, selain juga lemah perasaannya bahwa dia adalah bagian dari umat Islam. Karena itu pekerjaan pertama kita adalah membangkitkan perasaan muslim tentang eksistensi keislamannya dan eksistensi kejamaahannya. Dengan kata lain, banyak kaum muslimin merasakan ikatan umumnya –sampai batas tertentu—dengan Islam dan lembaga-lembaga umum, tetapi ikatan khususnya dengan Islam, serta ikatan emosinya dengan kaum muslimin –yang tampak dalam ikatan gerak dan loyalitasnya kepada jamaatul muslimin—hampir-hampir sirna. Karena itu, tanggung jawab pertama Jamaah Ikhwan adalah menumbuhkan perasaan seorang muslim terhadap eksistensi dirinya sebagai muslim dan ikatannya kepada kaum muslimin secara umum. Setelah itu mengantarkannya ke satu tingkat yang lebih tinggi dalam Islam dan menggabungkannya ke shaf, agar proses perubahan umat Islam dari satu fase ke fase berikutnya dapat berjalan dengan sempurna sehingga pada akhirnya terwujudlah impian-impian Islam, baik di tingkat regional maupun internasional, di muka bumi ini.

Dua tanggung jawab besar ini tidak kita ketahui bagaimana cara menunaikannya dengan benar kecuali setelah kita memahami Risalah Ta’alim. Oleh karena itu, pembahasan tentang keduanya dijadikan salah satu tema pendahuluan buku ini.