Tidaklah berlebihan kiranya ketika saya mengatakan bahwa dalam tes medis ini saya mendapatkan keberuntungan menakjubkan. Saya lihat ada sebagian teman yang tidak beruntung. Mahasuci Allah, Dzat yang telah mengatur keberuntungan, tiada aib dan tiada cela. Dokter yang melakukan pengetesan ada tiga orang. Saya adalah nama terakhir yang dites oleh dokter yang pertama. Ia seorang dokter yang paling baik dan paling mudah melakukan tes medisnya diantara ketiga dokter itu. Sedangkan saudara Ali Naufal dites oleh dokter yang ketida, yang merupakan dokter paling kasar dan paling buruk cara pemeriksaannya. Jika persentase kelulusan pada dokter pertama yang memeriksa saya ini cukup tinggi, maka persentase serupa untuk dokter yang ketiga ini adalah sebaliknya (sangat rendah). Saya pun lulus. Meskipun demikian sebenarnya saya sangat mengkhawatirkan kelulusan ini. Saudara Ali Naudal ternyata tidak lulus, sekalipun ia sangat yakin akan kesehatan mata dan kesehatan badannya ditambah lagi dengan kesigapan yang penuh untuk lulus.
Dokter menyarankan kepadanya agar memperbaiki kacamatanya untuk kemudian diadakan pemeriksaan ulang. Ini pun ia lakukan. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan untuk kedua kalinya, hasilnya tetap sama, sehingga ia sudah tidak punya kesempatan lagi untuk dapat lulus. Karena tidak lulus, akhirnya ia masuk ke Kuliyatul-Adab (Fakultas Sastra) jurusan Bahasa Arab. Ia tekuni betul kuliahnya ini hingga akhirnya berhasil meraih gelar License (Lc.). Orang yang punya himmah (kemauan kuat) memang tidak bisa dihadang oleh apapun.