Tips Menarik Simpati Mad’u (1)

29. Senyumlah!

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak senyum dan tertawa di hadapan para sahabatnya, karena mengagumi pembicaraan mereka dan melibatkan dirinya dengan mereka” (Imam Al Ghazali).

Tidak ada cara yang paling mudah dilakukan untuk menarik simpati mad’u kecuali dengan senyum. Karena itu, senyumlah! Senyumlah sepanjang Anda bertemu dengan mad’u Anda. “Wah…itu capek!”, kata Anda. Ternyata tidak! Jika senyum itu adalah senyum yang tulus. Senyum yang datang dari hati Anda. Senyum akan melelahkan jika bukan dari hati Anda. Jika hanya sekedar senyum lipstick yang dipaksakan.

Lalu gimana caranya senyum yang tulus padahal hati lagi ngambek? Senang-senangkanlah hati Anda. Caranya bisa dengan mengingat-ingat pengalaman masa lalu yang lucu, membayangkan sesuatu yang lucu, membaca buku humor, menggoyang-goyangkan badan (tapi jangan di depan mad’u lho!), membayangkan kebaikan-kebaikan  mad’u, atau dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan sebelum bertemu mad’u.

Namun, sebenarnya senyum akan datang dengan sendirinya jika Anda mempunyai falsafah hidup sersan, serius tapi santai. Orang yang susah senyum itu seringkali karena ia terlalu serius dengan hidup. Terlalu serius menghadapi masalah, sehingga baginya no time for senyum.

30. Hindari Perdebatan

“Tidaklah sesat suatu kaum setelah Allah menunjuki mereka kecuali karena mereka melakukan perdebatan” (HR. Tirmidzi).

Kadangkala Anda mendapatkan mad’u yang suka berdebat. Ia suka bertanya yang bila jawabannya kurang memuaskan dibantahnya. Atau suka menyanggah pendapat Anda padahal Anda telah memberikan penjelasan balik. Cara menghadapi mad’u yang suka mendebat adalah dengan tidak melayaninya. Jika ia bertanya atau menyanggah pendapat Anda, berikan penjelasan hanya sebanyak dua kali. Setelah itu katakan padanya dengan tersenyum, “Mungkin kita perlu mempelajari masalah ini lebih jauh lagi. Mari kita jadikan ini sebagai PR (Pekerjaan Rumah) bersama”. Lalu alihkan pembicaraan ke topik yang lain.

Jika sudah berdebat, biasanya masing-masing pihak malu untuk mengakui kesalahannya, sehingga mereka sama-sama menjadi keras kepala. Perdebatan tak akan menyelesaikan masalah. Malah membuat sakit hati pihak yang melakukannya.

Karena itu, jangan ladeni perdebatan walau Anda merasa benar. Senyumlah dan segera beralih ke pembicaraan lain. Dengan meninggalkan perdebatan, Anda memberikan kesempatan bagi masing-masing pihak mengevaluasi pendapatnya. Mungkin dari situ, kesadaran akan muncul. Seringkali kesadaran untuk menerima pendapat yang berbeda muncul belakangan setelah meninggalkan perdebatan.

31. Sering-seringlah Memuji Mad’u

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolokkan-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolokkan-olokkan)…” (QS. 49 : 11).

Pujian lebih baik daripada celaan. Pujian membuat orang merasa dihargai, sehingga akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Sebaliknya, celaan membuat orang sakit hati dan merasa tidak dihargai, hingga akhirnya dapat menurunkan semangat dan kinerja.

Sering-seringlah Anda mencela mad’u jika ingin melihat semangat dan kinerja mereka menurun. Sering-seringlah Anda memuji mad’u jika ingin melihat kinerja mad’u meningkat. Jangan pelit memuji mad’u, tapi pelitlah untuk mencela mad’u.

Anda perlu jeli membaca peluang untuk memuji mad’u. Setiap ada kesempatan yang Anda lihat cukup layak untuk memuji mad’u, maka pujilah ia dengan segera. Tentu saja pujian yang disampaikan adalah pujian yang tulus, tidak berlebih-lebihan, dan spesifik. Pujian yang terkesan basa-basi dan berlebihan tidak akan bermanfaat untuk meningkatkan semangat dan kinerja mad’u. Mungkin malah akan membuat mad’u tersinggung. Pujian juga perlu disampaikan dengan spesifik, tidak terlalu umum. Hal ini agar mad’u dapat mengintrospeksi diri mana perbuatannya yang dipuji dan mana yang tidak. Pujian yang terlalu umum kurang efektif untuk meningkatkan kinerja mad’u. Misalnya, jangan memuji mad’u dengan ucapan “Pekerjaan kamu bagus”, tetapi lebih baik dengan ucapan “Pekerjaan kamu membuat proposal kemaren bagus”.

Namun, pujian tak perlu Anda sampaikan jika Anda yakin niat mad’u untuk berbuat hanya ingin mendapatkan pujian dari Anda.

32. Jika Diundang Mad’u, Hadirlah

“Andaikan aku diundang untuk menghadiri (jamuan) kikil (tulang tangan atau kaki), maka tentu aku mendatanginya dan andai dihadiahkan kepadaku kikil, tentu aku menerimanya” (HR. Bukhari).

Jika mad’u mengundang Anda untuk menghadiri acara yang berhubungan dengan kepentingannya, maka hadirlah. Misalnya, hadirlah pada acara walimahnya, aqiqah anaknya, tasyakuran yang diselenggarakan olehnya, atau acara penting yang dilakukan keluarganya. Selain diwajibkan dalam Islam, menghadiri undangan mad’u juga akan membuat ia menghargai Anda. Karena itu, sempatkanlah waktu Anda untuk menghadiri undangannya.

Jika Anda tak punya banyak waktu untuk menghadiri undangan mad’u, maka hadirlah sebentar saja. Sekadar “setor muka’ saja. Dan jika Anda sama sekali tak bisa menghadiri undangannya, berilah kabar dan sampaikan permintaan maaf Anda. Namun, jangan terus menerus Anda tidak bisa hadir pada undangannya. Hal itu dapat membuat ia merasa kurang dipedulikan oleh Anda. Bagi mad’u, kehadiran Anda sangat penting dan berarti. Mungkin Anda merupakan satu-satunya tamu istimewa yang diharapkan kehadirannya oleh mad’u.

Jika Anda sering tak menghadiri undangannya, dengan alasan apa pun, ia akan merasa kecewa dengan Anda. Jangan heran jika suatu ketika ia mengecewakan Anda, dan Anda kaget kenapa demikian. Persoalannya, ya itu tadi…Anda sering mengecewakannya. Wajar jika suatu ketika ia mengecewakan Anda.

33. Jenguk mad’u jika tertimpa musibah

“Siapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan maka Dia memberinya musibah.” (HR. Bukhari).

Jika mad’u atau keluarganya tertimpa musibah, seperti kematian, sakit atau kecelakaan, maka sempatkanlah waktu untuk menjenguknya. Kehadiran Anda pada saat mad’u tertimpa musibah jauh lebih berarti daripada kehadiran Anda pada saat memenuhi undangannya. Mad’u akan terkesan dengan kehadiran Anda dan mungkin akan diingatnya sepanjang jalan kenangan (maksudnya, lama sekali).

Ia juga akan merasa berhutang budi dengan Anda karena Anda telah memperhatikannya. Apalagi jika Anda dapat memberikan bantuan tenaga atau dana, ia akan merasa lebih simpati terhadap Anda. Inilah cara para pemimpin menanam budi kepada anak buahnya. Cara ini patut Anda tiru. Kita jangan jadi murobbi tipe “habis manis sepah dibuang”. Ketika mad’u suka, kita bersamanya dan memanfaatkannya. Namun ketika ia berada dalam duka, kita biarkan ia menanggungnya sendirian.

34. Jangan Sungkan Meminta Maaf, Jika Salah

Harta tidak akan berkurang karena sedekah, Allah tidak menambah kepada seseorang yang memaafkan kecuali dengan kemuliaan, dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ melainkan Allah pasti mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Jika Anda melakukan kesalahan pada mad’u, jangan malu untuk meminta maaf. Segeralah meminta maaf, tanpa ditunda dan tanpa takut kredibilitas Anda jatuh.

Justru wibawa Anda akan meningkat, jika Anda segera meminta maaf. Memang, ada murobbi tertentu yang tidak mau meminta maaf atas kesalahannya. Padahal ia jelas-jelas salah. Murobbi semacam ini akan terkesan angkuh. Tak perlu Anda ikuti perilakunya. Ia mungkin takut gengsinya jatuh kalau meminta maaf pada orang lain.

Padahal Islam dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk segera meminta maaf, jika salah.

Meminta maaf adalah cermin kedewasaan seseorang. Sebaliknya, tidak mau  meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat merupakan cermin kekerdilan jiwa seseorang. Bahkan sebaiknya, Anda juga meminta maaf jika kuatir perbuatan atau perkataan Anda salah atau menyinggung perasaan orang lain. Sering meminta maaf juga akan membuat dosa Anda diampuni Allah. Pokoknya, nggak ada ruginya dech meminta maaf.

35. Sempatkan untuk Ber “Say Hello” Melalui Telekomunikasi

“Demi zat yang diriku berada di tangan-Nya, kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman dan kalian tidak beriman sehingga saling mencintai. Maukah kalian aku beritahukan tentang amal perbuatan yang apabila kalian lakukan pasti kalian saling mencintai?” Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim).

Gunakan kemjuan teknologi komunikasi untuk ber“say hello” dengan mad’u. Tanyakan kabarnya melalui telpon, SMS (Short Message Service) atau e-mail.. Tanyakan saja kabarnya, misalnya dengan mengirimkan pesan melalui SMS, “Assalamu’alaikum, gimana kabarnya Antum hari ini?”. Tidak perlu Anda berpanjang-panjang menanyakan kabarnya dan tidak perlu menunggu bahan pembicaraan untuk menghubunginya. Namun, jika Anda mempunyai bahan pembicaraan, maka itu lebih baik lagi. Misalnya, Anda tahu isterinya baru saja pulang dari rumah sakit, Anda bisa menanyakan kabar kesehatan isterinya via telpon. Insya Allah, jika Anda melakukan tips ini secara rutin, niscaya mad’u akan merasa diperhatikan oleh Anda. Mad’u juga   akan lebih menghargai Anda. Jangan sungkan dan gengsi untuk melakukan tips ini. Kadangkala murobbi tertimpa penyakit “gengsi” untuk menghubungi mad’unya lebih dulu. Apalagi jika murobbi merasa tidak ada kepentingannya untuk menghubungi mad’u. Sebagai murobbi yang baik, Anda perlu membuang jauh-jauh penyakit “gengsi” ini.

Apalagi ber”say hello” dengan mad’u juga tidak membutuhkan waktu banyak. Cukup 1-2 menit per mad’u. Jika jumlah mad’u Anda banyak, Anda bisa membuat jadwal untuk menghubunginya. Misalnya, hari ini menghubungi A, besok, B, besok lagi C, dan seterusnya. Waktu menghubunginya juga terserah keluangan Anda. Bisa pagi, sebelum berangkat kerja. Bisa malam, setelah Anda pulang kerja. Bisa juga ketika Anda menunggu sesuatu, dan daripada bengong, lebih baik menghubungi mad’u via telekomunikasi.

36. Katakan Sesering Mungkin, “I Love You”

“Apabila salah seorang diantara kamu mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahukannya” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Ah….cara ini tak lazim dan terlalu romantis, begitu kata Anda. Memang, mengatakan cinta pada seseorang (apalagi sesama jenis) tak lazim dalam budaya kita. Biasanya “I love you” hanya diucapkan pada kekasih, yang pasti lawan jenis. Namun tahukah Anda bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sering mengungkapkan kata-kata “I love you” kepada para sahabatnya? Mengapa kita tidak membudayakan sunnah rasul ini? Jika Anda merasa malu mengucapkannya karena tak lazim, mungkin Anda bisa memulainya dengan kata-kata semisal “I love you”. Misalnya, dengan mengatakan “saya peduli dengan Antum”, “saya sering memikirkan Antum”, “saya sayang dengan Antum”, atau “saya ingin Antum menjadi orang baik”. Kata-kata semacam itu sungguh sangat berarti bagi mad’u dan mempertebal keyakinannya bahwa Anda betul-betul mencintainya.

Katakan bahwa Anda mencintai mad’u dengan tulus, tanpa terkesan basa-basi. Misalnya, jangan tiba-tiba Anda mengatakan “I love you” dengan mad’u tanpa ada juntrungan apa-apa. Bisa-bisa hal itu ditafsirkan lain oleh mad’u. Cari sebab atau konteks situasi dimana Anda dapat mengucapkan kata-kata tersebut dengan tulus.

Memang, ada murobbi tertentu yang gengsi mengucapkan kata-kata cinta kepada mad’unya. Bahkan menunjukkan ekspresi sayangnya saja sulit banget. Murobbi semacam ini terlalu cool dan kurang ekspresif. Hubungan mad’u dengan murobbi jadi kaku dan formalistik. Nikmatnya ukhuwah jadi susah dirasakan. Anda bukanlah murobbi semacam itu.

37. Berikan Hadiah Kepada Mad’u

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah pasti kalian akan saling mencintai” (HR.Al Baihaqi).

Berikan mad’u hadiah secara tulus, baik berupa penghargaan maupun tanda cinta. Hadiah berupa penghargaan adalah hadiah yang diberikan kepada mad’u karena prestasi tertentu. Hadiah ini tidak diberikan kepada seluruh mad’u, tapi hanya kepada mad’u yang berprestasi dalam suatu hal. Fungsinya sebagai penghargaan bagi mad’u yang berprestasi dan motivasi bagi mad’u yang tidak mendapatkan hadiah untuk meningkatkan prestasinya. Sedang hadiah sebagai tanda ungkapan cinta diberikan kepada seluruh mad’u tanpa pilih kasih.

Sebaiknya, hadiah yang diberikan berupa barang tahan lama, sehingga ada kesan yang lama untuk mengenangnya. Hadiah yang diberikan juga tidak usah terlalu mahal (kecuali jika Anda punya dana). Waktu untuk memberikannya juga bisa kapan saja.

Tidak perlu menunggu momen tertentu. Tempatnya juga bisa dimana saja, di dalam atau di luar halaqah. Namun jika di dalam halaqah, sebaiknya semua mad’u mendapatkannya agar tidak ada yang iri (kecuali untuk hadiah berupa penghargaan).

Anda juga dapat memberikan hadiah kepada mad’u pada acara-acara penting mad’u. Misalnya, ketika mad’u walimah, akikah, kelulusan sarjana, dan lain-lain. Bisa juga hadiah yang diberikan berupa oleh-oleh setelah Anda pulang dari luar kota (negeri).