Dasar pokok kepercayaan yang dianut oleh orang-orang Nasrani adalah Trinitas, yakni Tuhan terdiri dari tiga oknum yang telah menyatu, yaitu Bapak, Anak, dan Ruhul Kudus. Trinitas ini merupakan inti (Jauhar) yang masing-masing inti berdiri sendiri terpisah dari yang lain.
Di samping itu, tiga oknum ini merupakan tuhan yang satu. Salah seorang Nasrani berkata:
“Dia adalah Tuhan, Anak Tuhan dari Ruh Tuhan yang berarti tiga, tapi satu yang tak terbagi-bagi.”
Sebenarnya kepercayaan atau paham trinitas ini bukanlah kepercayaan yang khusus bagi pemeluk agama Nasrani semata. Di dalam Ensiklopedi Abad XIX (Perancis) disebutkan sebuah penjelasan dalam mendefinisikan kata Trinitas sebagai berikut:
“Trinitas adalah bersatunya tiga pribadi yang berbeda yang terjelma bagi Tuhan yang satu dalam keyakinan agama Kristen dan sebagian agama-agama yang lain, sehingga dapat dikatakan, umpamanya: Trinitas Kristen, atau Trinitas Hindu.”
Almarhum Prof. Dr. Farid Wajdi berkata: “Ya, benar. Trinitas memang terdapat di dalam agama bangsa Mesir Kuno untuk menyebutkan Tuhan-tuhan kebangsaan mereka. Namun sekarang keyakinan keagamaan seperti itu telah musnah.”
Trinitas India masih ada sampai sekarang sebagai keyakinan keagamaan yang dipeluk oleh berjuta-juta orang dari bangsa India dan bangsa China. Kasta Brahmana meyakini bahwa Tuhan Pencipta telah menjelma pertama kali dalam bentuk tubuh Dewa Brahma, kemudian dalam diri Dewa Wishnu, kemudian dalam diri Dewa Shiwa. Mereka menggambarkan ketiganya itu bergandengan antara yang satu dengan yang lain untuk menunjukkan adanya penjelmaan yang tiga ini, tapi menyatu.
Para pemeluk agama Budha meyakini bahwasanya tuhan Wishnu yang merupakan salah satu unsur Tritunggal ini telah menjelma berulang kali untuk membebaskan dan menyelamatkan dunia dari kejahatan dan dosa. “Sedangkan penjelmaannya dalam diri sang Budha adalah untuk kali yang kesembilan.” Demikian pernyataan Prof. Dr. Farid Wajdi.
Keyakinan Trinitas ini pada hakikatnya adalah keyakinan paganisme yang kemudian menyusup ke dalam agama Allah. Sedangkan Allah Maha Suci dari sesuatu yang dianggap menyerupaiNya atau Allah dianggap menyerupai sesuatu. Allah berfirman: “Tak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah.” (QS 42: 11)
Dzat Allah berada di luar jangkauan akal pikiran manusia. Allah berfirman: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS 6:103)
Dzat Allah yang suci tidak mungkin tersusun dari bagian-bagian atau menyatu dengan sesuatu, atau menjelma dalam diri salah seorang dari makhlukNya. Allah berfirman: “Dia mengetahui apa-apa yang ada dihadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Dan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmuNya.” (QS 20:110)
Keyakinan tentang keesaan dan kesucianNya itu merupakan keyakinan semua para Nabi dan para Rasul, termasuk didalamnya Al Masih (Nabi Isa) itu sendiri.
Adapun orang-orang yang berpaham selain itu, tidak mengesakan Tuhan dan mensucikanNya maka mereka sama sekali tidak memiliki bukti logika dan mempunyai sandaran dalil naqli (keterangan-keterangan agama). Anggapan seperti itu hanya semata-mata sangkaan dan dugaan yang datang kepada mereka dari ajaran-ajaran agama paganisme kuno. Ensiklopedi Abad XIX ketika membicarakan masalah Tritunggal menyatakan sebagai berikut:
“Sesungguhnya keyakinan trinitas meskipun tidak terdapat di dalam kitab Perjanjian Baru Injil dan tidak pula di dalam berbagai perbuatan bapak-bapak, yakni para Rasul, tidak pula terdapat di dalam ajaran murid-murid mereka yang terdekat, akan tetapi gereja Katolik dan Protestan yang semata-mata mendasarkan pendapatnya kepada taqlid beranggapan bahwa keyakinan Trinitas diterima dengan baik dikalangan orang-orang Kristen di segala masa. Meskipun ada bukti-bukti sejarah yang memperlihatkan kepada kita bagaimana sebenarnya keyakinan semacam itu mulai muncul, bagaimana perkembangan selanjutnya dan bagaimana pula gereja berhubungan dengan paham tersebut sesudah itu.”
“Memang benar bahwa adat istiadat dalam pembaptisan senantiasa disebutkan padanya nama Bapak, nama Anak dan Roh Kudus. Akan tetapi kami akan memperlihatkan kepada Anda bahwa ketiga macam kata-kata itu mempunyai pengertian yang tersendiri yang sama sekali berbeda dengan apa yang dipahami oleh orang-orang Kristen di zaman kita sekarang ini.”
“Bahwasanya para murid Al-Masih yang pertama yang mengenal betul pribadi Al-Masih dan mendengar sendiri ucapan-ucapannya adalah orang yang paling jauh dari anggapan dan keyakinan dan bahwa beliau merupakan salah satu dari tiga unsur Trinitas yang menjelma sebagai Dzat Pencipta.”
“Petrus, salah seorang murid beliau yang terdekat yang biasa disebut “Hawari” (pembela setia Al Masih) sekali-kali tidak memandang beliau kecuali sebagai seorang laki-laki yang memperoleh wahyu dari sisi Allah.”
“Adapun Paulus, sungguh ia telah menyalahi keyakinan murid-murid nabi Isa yang terdekat.”
Paulus berkata, “Al Masih adalah lebih luhur dari sekedar manusia biasa. Dia adalah contoh manusia baru yakni logos (akal) yang sempurna yang terlahir dari Allah. Ia ada sebelum wujudnya alam semesta ini. Al Masih telah menjelamkan dirinya dalam tubuh kasar itu untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Namun, disamping itu Dia mengikuti tuhan Bapak.”
Demikianlah penjelasan ensiklopedi tersebut. Selanjutnya ditegaskan:
“Di masa-masa itu keyakinan tentang Isa Al Masih sebagai manusia benar-benar mendominasi selama terbentuknya gereja pertama dari bangsa Yahudi yang telah memeluk agama Nasrani. Sebab orang-orang Kristen dari penduduk Nazaret[1], orang-orang Ethiopia dan semua kelompok-kelompok Kristen yang berasal dari bangsa Yahudi meyakini bahwa Isa Al Masih adalah manusia biasa yang diperkuat dengan Roh Kudus. Di saat itu tidak seorang pun menuduh mereka sebagai orang-orang yang menjauhi kebenaran atau sebagai orang-orang yang ingkar.”
Gustin Marsheir, seorang ahli sejarah bangsa latin yang hidup abad kedua berkata:
“Sesungguhnya di masa Al Masih telah terdapat di dalam gereja orang-orang yang beriman yang meyakini bahwa Isa itulah Al Masih dan menganggap beliau sebagai manusia biasa semata, meskipun beliau lebih tinggi kedudukannya dibanding manusia-manusia yang lain. Sesudah itu terjadilah peristiwa bahwa semakin bertambah jumlah orang-orang yang memeluk agama Kristen maka timbullah keyakinan-keyakinan baru yang belum pernah ada sebelumnya.”
Demikian dikutip dari Ensiklopedi Abad XIX dalam buku Kanzul Ulum Wal Lughah.
Sesungguhnya kekeliruan aqidah Tritunggal (Trinitas) itu sangat jelas, sejelas matahari. Namun demikian saya tidak mengerti mengapa mereka bersemangat memegang paham yang bathil dan mereka fanatik kepadanya dengan fanatik yang buta tanpa sandaran yang kuat, baik dari sejarah maupun dasar logika. Allah berfirman:
“Sesungguhnya penglihatan mata tidaklah buta, melainkan butalah hati-hati yang didalam dada.” (QS 22:46)
“Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah maka tiada dia memiliki cahaya sedikitpun.” (QS 24:40)
Pernah terjadi suatu dialog antara muslim dengan salah seorang pendeta:
Muslim:
Ada sebagian orang yang mengabarkan kepadaku bahwa pemimpin para malaikat telah meninggal.
Pendeta:
Itu bohong. Sebab, para malaikat itu kekal, tidak akan mati.
Muslim:
Bagaimana ini? Di dalam khutbah tadi Anda menyatakan bahwa Tuhan telah mati di kayu salib. Sekarang Anda menyatakan para malaikat tidak mati. Bagaimana mungkin Tuhan mati , sedangkan malaikat kekal?
Pendeta:
(Terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Diam seribu bahasa, hanya berkomat-kamit dengan bibirnya)
Seorang penyair Muslim berkata dalam syairnya:
Sungguh aneh kedengarannya
Anggapan orang-orang Nasrani terhadap Isa
Bahwa Tuhan Allah dianggap ayahnya
Dan kepada Yahudi mereka menyerahkannya
Untuk dibunuh, lalu disalibnya
Jika sekiranya perkataan mereka itu nyata,
Coba tanyakan kepada mereka
Dimana gerangan bapaknya berada
Oh!
Kiranya ayahnya rela anaknya disiksa
Ucapkan terima kasih kepada Yahudi karena tindakannya
Tetapi, sekiranya ayahnya murka
Sembahlah Yahudi karena dapat mengalahkannya
Di antara pernyataan terbaik mengenai hal ini adlah ucapan Al Bushiri dalam kasidahnya:
“Al Masih telah tiba,
Sebagai rasul dari Tuhannya
Namun ternyata…
Orang yang kurang akal enggan menerimanya
Apakah Anda pernah mendengar
Bahwa Tuhan sedang lapar
Lalu mengambil makanan
Dan juga minuman karena kehausan
Adakah tuhan tidur karena lelah
Lalu berdoa kepada tuhannya?
Juga mencari tempat berteduh
Karena panas terik matahari yang cerah?
Bahkan, rasa sakit menimpa dirinya
Tanpa dapat dihindar
Atau berusaha mengubahnya
Wahai, tegak bulu romaku
Disaat tuhan telah mati
Menurut anggapan mereka itu
Siapa yang bertanggung jawab mengurus dunia ini
Mereka beranggapan semua manusia telah berdosa
Maka tuhan menebusnya dengan dirinya
Bukankan itu berarti
Yang membunuh adalah yang dibunuh?
Jika ada yang hendak mensucikan tuhannya
Patutkah kiranya ia berkata:
Maha Suci Tuhan yang telah bunuh diri
Demi untuk menebus dosa kami?
Atau ia berkata:
Maha Agung Engkau, Ya Tuhan!
Karena Yahudi meletakkan duri di kepalanya
Sebagai mahkota raja
Kemudian tuhan berjalan dengan patuh
Memikul kayu salib kematiannya
Dengan kedua tangan terikat erat
Dalam keadaan serba terhina
Orang-orang Nasrani tersesat di jalan
Dalam memandang diri Al-Masih
Mereka tidak mendapat petunjuk kebenaran
Dari Tuhan Yang Maha Pengasih
Mereka menganggap tiga itu satu
Andaikata mereka memperoleh petunjuk
Tentulah mereka tahu
Bilangan yang banyak, tidaklah sama dengan yang sedikit
Jika sekiranya Allah menghendaki
Suatu umat mendapat fitnah
Atau menghendaki mereka tersesat
Maka yang buruk bisa saja tampak begitu indah
[1] Nazaret adalah nama sebuah tempat dan dari nama itu diambilnya kata Nasrani